DESA WISATA KEMBANG KUNING. Seorang wisatawan asyik mempraktekan cara membuat kopi siong kete di Desa Kembang Kuning, Lombook Timur.(MP/Istimewa) |
LOMBOK TIMUR - Desa Kembang Kuning di Kecamatan Sikur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) akan diresmikan sebagai Desa Wisata oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), pada Sabtu 29 Desember 2018 ini.
"Insya Allah Sabtu 29 Desember nanti Kembang Kuning diresmikan jadi Desa Wisata oleh Kemendes PDTT," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kembang Kuning, Musanip, Rabu (26/12), kepada Mandalika Post.
Desa Kembang Kuning memang memesona. Selain panorama khas kawasan agraris, hamparan persawahan hijau, Desa yang terletak di kaki gunung Rinjani ini juga memiliki beragam potensi atraksi seni dan budaya, kearifan lokal, dan keramahtamahan masyarakat.
"Banyak wisatawan mancanegara yang datang justru tertarik merasakan pengalaman lokal disini (Kembang Kuning), hidup bersama masyarakat dan berinteraksi langsung bahkan belajar menyeduh kopi dan masak," kata Musanip.
KEARIFAN LOKAL. Musanip bersama wisatawan mancanegara yang mengenakan busana khas Lombok, di Desa Kembang Kuning.(MP/Foto: Dok. Pokdarwis Kembang Kuning) |
Peresmian Kembang Kuning sebagai Desa Wisata versi Kemendes PDTT tak lepas dari upaya swadaya masyarakat setempat yang dinilai berhasil mengembangkan konsep desa wisata berbasis kearifan lokal penduduknya.
Dengan menggali potensi yang ada di Desa sendiri, masyarakat Kembang Kuning berhasil menarik minat kunjungan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara.
Paket wisata Coffee Siong Kete misalnya. Kelihatannya sederhana dan biasa saja. Aktivitasnya hanya memproses biji kopi hingga bisa disuguhkan menjadi secangkir kopi. Tapi, ini sangat digemari wisatawan.
"Wisatawan mancanegara sangat suka paket Coffee Siong Kete ini. Mereka menggoreng biji kopi dengan wajan dari tanah liat yang secara lokal disebut Kete. Kemudian memprosesnya hingga menyeduh dan menikmati kopi khas kami," kata Musanip.
Keseharian masyarakat yang umumnya bermata pencaharian petani, juga menjadi pengalaman menarik bagi wisatawan mancanegara.
Musanip mencontohkan, wisatawan yang datang biasanya menghabiskan waktu di persawahan. Melihat proses memetik kelapa, membuat minyak kelapa tradisional, hingga ikut belajar memasak dengan bahan sayur-sayuran yang langsung dipetik di lahan petani.
Seingat Musanip, potensi Kembang Kuning sebagai destinasi desa wisata mulai dikembangkan masyarakat sejak 2014 silam. Saat itu pariwisata sudah mulai bergeliat di Desa Tete Batu, tetangga Desa Kembang Kuning.
"Saat itu pelaku wisata di sini masih gaptek. Kita belum bisa memasarkan potensi secara online. Pertengahan 2014, saya coba masuk dengan platform digital www.booking.com, dan mulai dari situ kemudian banyak wisatawan mancanegara yang datang," kata Musanip.
Sejak saat itu, potensi wisata di Desa ini terus dikembangkan. Pokdarwis mengambil peran, dan mulai membuat paket-paket wisata yang memiliki daya tarik bagi wisatawan.
Pokdarwis juga tengah aktif melakukan pelatihan muda-mudi untuk melestarikan alat musik tradisional Ketongkek. Ini alat musik terbuat dari rangkaian bambu, semacam angklung di Jawa Barat.
"Atraksi Ketongkek ini bisa dikolaborasi dengan fire dance dan lainnya, sehingga bisa jadi pertunjukan malam hari untuk tamu yang datang," katanya.
HOMESTAY DESA. Homestay Desa dukungan Kementerian Desa PDTT di Desa Wisata Kembang Kuning. (MP/Foto: Dok. Pokdarwis Kembang Kuning. |
Saat ini tersedia sekitar 12 homestay di Desa Kembang Kuning, yang dibangun dan dikelola masyarakat secara swadaya. Salah satunya adalah Mo Homestay, milik Musanip.
Menurut Musanip, upaya yang dilakukan masyarakat Kembang Kuning mendapat perhatian Kementerian PDTT, saat suatu ketika staf Kementerian berkunjung ke Kembang Kuning, dan sempat melihat homestay miliknya.
"Orang Kemendes bilang, bisa nggak bikin lagi dua unit yang seperti ini. Saya jawab bisa," katanya.
Kemendes PDTT akhirnya membantu hibah dana untuk pembangunan dua unit Homestay Desa untuk Desa Kembang Kuning. Kini homestay desa itu sudah jadi dan siap pakai, setelah nanti diresmikan bersama peresmian Desa Wisata Kembang Kuning.
"Pengelolaan nantinya dikelola Bumdes dan Pokdarwis," kata Musanip.
Masih Butuh Perhatian Pemda
Potensi Desa Kembang Kuning sangat menjanjikan bila terus dikembangkan. Apalagi sektor pariwisata menjadi sektor yang memiliki multiplier efect sangat luas yang tentu akan mendorong peningkatan perekonomian masyarakat setempat.
Sayangnya selama ini perhatian Pemda Lombok Timur dan Pemprov NTB masih sangat kurang. Musanip mengaku sejauh ini masyarakat jalan sendiri bersama Pokdarwis.
"Contohnya gerbang desa. Itu pembangunannya kami tidak dilibatkan, sehingga konsepnya berbeda dengan konsep Desa Wisata yang sudah didesain Pokdarwis," katanya.
KOPI SIONG KETE. Tradisi membuat kopi di Desa Kembang Kuning, menjadi salah satu paket wisata yang digemari wisatawan mancangera. (MP/Istimewa) |
Ia berharap ke depan, Pemda bisa melibatkan masyarakat terutama Pokdarwis ketika ada proyek atau program apa pun yang dilaksanakan di Desa Kembang Kuning. Sehingga pembangunan yang dilakukan tepat dan sesuai dengan konsep Desa Wisata.
Ke depan, Musanip juga berharap ada upaya promosi yang juga dibantu Pemda Lombok Timur maupun Pemprov NTB. Sebab, pasca gempa bumi Juli-Agustus lalu, kondisi kunjungan wisata ke Kembang Kuning sempat terpuruk.
"Kalau dari sisi bangunan, sangat sedikit kerusakan (akibat gempa). Tapi angka kunjungan sangat turun. Contohnya homestay milik saya, itu dalam 30 hari paling 4 hari yang kosong. Tapi setelah gempa, jadi sulit. Sekarang sudah mulai membaik, tapi kita tetap butuh promosi," katanya.
Ketua APII Lombok Timur, Baiq Agustina Widyawati. (MP/Istimewa) |
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Pariwisata Islami Indonesia (APII) Lombok Timur, Baiq Agustina Widyawati mengatakan, APII Lombok Timur sangat mengapresiasi Kementerian Desa PDTT yang telah memperhatikan pemgembangan Desa Wisata di Lombok Timur.
"Kesungguhan dan perhatian Kemendes ini kita sangat apresiasi dan APII Lombok Timur akan mendukung pengembangan Kembang Kuning sebagai Desa Wisata. Karena memang fokus APII saat ini adalah untuk membina dan mendampingi terbentuknya Desa Wisata di Lombok Timur dan mendesain objek wisata bernuansa Islami," katanya.
Baiq berharap, ke depan dengan sinergi dan sinkronisasi yang kuat antar semua stakeholders kepariwisataan maka Desa-Desa Wisata yang dibina APII Lombok Timur ini menjadi desa yang produktif dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ia mengatakan, peresmian Desa Wisata Kembang Kuning pada Sabtu 29 Desember nanti, hendaknya menjadi momentum penyemangat untuk masyarakat dan para pelaku wisata di sana agar lebih meningkatkan dan mengelola potensi pariwisata yang sudah ada di Desa tersebut.
"Karena pariwisata ini sangat luas dan besar multiplier efect-nya. Kami harap akan semakin banyak Desa lainnya di Lombok Timur yang berhasil seperti Kembang Kuning ini ke depannya," kata Baiq.MP02