Dialog Pengembangan Mandalika Innovation Digital Valley antara Pemprov NTB Bersama Akademisi Universitas Indonesia, di Kantor ITDC, kawasan wisata The Mandalika, Lombok Tengah. |
LOMBOK TENGAH - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTB, Hj Niken Saptarini Zulkieflimansyah mengatakan, ide yang ditawarkan dalam sistem Mahadesa 4.0 cukup menarik dan bisa menggerakan partisipasi kaum ibu di tingkat pedesaan untuk peningkatan ekonomi NTB.
"Idenya memang menarik, karena di PKK dengan ibu-ibu sebagai motor utama kita bisa melakukan banyak hal. Ini yang akan kita gali dan pelajari lagi, sebenarnya konsep ini seberapa jauh sih bisa jalan (di NTB), seperti kata pak Gubernur tadi ya," kata Niken, usai menghadiri Dialog Pengembangan Mandalika Innovation Digital Valley antara Pemprov NTB Bersama Akademisi Universitas Indonesia (UI), Kamis (17/1) di Kantor ITDC, kawasan wisata The Mandalika, Lombok Tengah.
Konsep Mahadesa 4.0 disampaikan Founder Mahadesa 4.0 Sulton Muhammad, dalam dialog yang dihadiri Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah dan sejumlah tim akademisi Universitas Indonesia.
Sulton menilai peran PKK juga bisa dimaksimalkan untuk mendorong suksesnya program Mahadesa 4.0.
Niken mengatakan, usulan itu ditawarkan pada PKK karena melihat PKK merupakan sebuah institusi yang punya potensi dan jaringan luas sampai di tingkat desa-desa.
"Kita di NTB juga PKK-nya jalan dengan baik, walaupun kadang ada yang belum tertata. Tapi kita optimis kalau kita tata terus menerus dan kita koordinasikan maka proposal (Konsep Mahadesa 4.0) ini bisa terwujud," katanya.
Dijelaskan, selama ini kiprah PKK lebih banyak berkaitan dengan sektor pendidikan dan kesehatan. Sehingga ide untuk melibatkan PKK dalam sektor ekonomi dalam konsep Mahadesa 4.0 menjadi gagasan baru yang juga sangat visioner untuk dilakukan.
"Kalau PKK dikaitkan dengan potensi ekonomi sangat menarik juga, sebab selama ini kan (hanya) kesehatan dan pendidikan, tapi belum maksimal untuk sisi potensi ekonomi. Jadi gagasan ini akan kita pelajari lagi, karena memang dikatakan tadi sudah berjalan di beberapa daerah di Jawa. Saya pikir kita di NTB bisa mulai membuat pilot project di beberapa desa," kata Niken.
Menurutnya, pilot project bisa dimulai dari desa-desa yang institusi PKK-nya sudah bagus. Ke depan gagasan ini juga sangat potensial dikolaborasikan dengan Dekranasda yang bergerak di sektor industri kerajinan masyarakat.
"Kalau ini (PKK dan Dekranasda) bisa disingkronkan akan bagus sekali, karena gagasan ini kan (membuka) pasar juga, kalau bisa suplay maka jadi NTB yang mandiri," katanya.
Founder Mahadesa 4.0 yang tergabung dalam tim akademisi UI, Sulton Muhammad menjelaskan, konsep Mahadesa 4.0 adalah membangun sistem ekonomi terintegrasi dari seluruh desa dalam satu Kabupaten.
"Jadi tiap desa kita bangun sistem ekonomi digitalnya. Di situ itu kita bangun jaringan distribusi dan pemasarannya, dan tiap desa akan punya satu cluster bisnis sendiri yang mengelola kebutuhan warganya. Ini semua dilengkapi dengan sistem tentunya,"katanya.
Sulton memaparkan, setiap cluster bisnis di desa dilengkapi dengan aplikasi yang mampu mendeteksi seluruh kebutuhan masyarakat di desa tersebut.
Jaringan distribusi dan pemasaran di tiap desa nantinya akan terintegrasi dengan pusat jaringan distribusi dan pemasaran di tingkat Kabupaten.
"Jaringan pusat distribusi dan pemasaran Kabupaten ini yang kemudian berhubungan dengan pabrikan, suplier lokal dan mereka yang akan distribusikan ke semua desa yang sudah terintegrasi. Hal ini akan memudahkan produk lokal bisa dipasarkan di desa yang lain, atau bahkan antar Kabupaten, karena tiap Kabupaten juga akan terintegrasi dalam satu sistem aplikasi digital," jelasnya.
Ia menegaskan, jika semua desa di tiap Kabupaten sudah terintegrasi dan semua Kabupaten di Provinsi NTB terinegrasi juga, maka akan terbentuk satu kesatuan sistim ekonominya.
"Nilai lebihnya akan memberikan kemandirian pada NTB. Artinya nanti dari infastruktur ekonomi ini akan mempermudah setiap industri di NTB dikembangkan karena market tersedia. Misalnya tenun, kan saat ini tidak punya market langsung ke luar. Tapi dengan sistem digital dan online ini akan terbuka marketnya. UMKM juga punya persatuan dan didukung aplikasi," katanya.
Sulton mengaku, NTB cukup menarik karena Gubernur NTB memiliki visi yang berbeda dengan Gubernur yang lain.
"Kemauan membangun (sistem teknologi digital) seperti ini kan harus dimulai dari pemimpinnya, Gubernur NTB ini punya visi yang menantang kayak gini. Jadi bagaimana NTB yang di luar pulau Jawa, mampu pesat berkembang dan bersaing dengan (daerah di Jawa) melalui pemanfaatan teknologi digital," katanya.
Sulton menambahkan, konsep Mahadesa 4.0 ini sudah diterapkan di beberapa Kabupaten di Jawa Timur. Rencananya tahun 2019 ini Mahadesa 4.0 akan dikembangkan di seluruh Kabupaten yang ada di Jatim.
"Yang jadi leading sector nantinya adalah Dinas Perdagangan, Dinas Perindustrian, dan juga Dinas Koperasi UMKM. Tapi sekali lagi ini semua butuh visi pimpinan yang mendukung," tukasnya. MP02