Ketua Bidang Humas dan Sosialisasi IPI NTB, I Gede Gunanta. |
MATARAM - Jajaran Insan Pariwisata Indonesia (IPI) Perwakilan Nusa Tenggara Barat (NTB) menekankan agar sejumlah event pariwisata dalam Calendar of Event (CoE) Pariwisata NTB tidak hanya sekadar event seremonial belaka.
Pelaksanaan event diharapkan memiliki dampak ekonomis langsung bagi masyarakar di sekitar venue event, dan juga para pelaku industri pariwisata.
"Ya harapan IPI event-event ini lebih subtantif manfaatnya. Kesannya selama ini kan hanya sekadar seremoni, yang penting ada event. Dampak langsungnya ke masyarakat tidak signifikan," kata Ketua Bidang Humas dan Sosialisasi IPI NTB, I Gede Gunanta, Jumat (25/1) di Mataram.
Gede Gunanta mengatakan, untuk memberikan dampak ekonomi maka pelaksanaan tiap event harus melibatkan semua stakeholders kepariwisataan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya.
Hal ini menurutnya perlu dilakukan agar pelaksanaan event bisa berjalan maksimal dan tepat sasaran sesuai target yang diharapkan, dan juga memberi kemanfaatan bagi banyak pihak dan masyarakat.
"Presiden Jokowi juga seringkali menekankan, event Pariwisata itu harus memberi manfaat bagi masyarakat, dalam arti multiplier efect-nya harus nyata," katanya.
BACA JUGA : Launching CoE Pariwisata 2019, NTB Targetkan 4 Juta Wisatawan
Ia mencontohkan, pada pelaksanaan event TNI Marathon 2018 lalu, kisah sukses pelaksanaan event hanya ada di berita-berita yang terkesan seremonial semata, sementara faktanya tidak seindah itu.
Saat itu, event yang menghadirkan tak kurang dari 5000 peserta, ternyata hampir sebagian besar manfaatnya hanya dirasakan bagi industri hotel di kawasan Kuta, Lombok Tengah saja.
Hotel di Kota Mataram dan Senggigi, Lombok Barat, tidak mendapatkan porsi yang sama.
Alasannya karena event Marathon harus dimulai pukul 05.00 Wita, sehingga tidak cukup waktu jika para peserta menginap di hotel yang jauh.
"Nah disinilah pemerintah daerah khususnya Dinas terkait dapat memberikan masukan kepada penyelenggara, (misalnya) memberikan pertimbangan agar penyelenggaraan event tidak terlalu pagi sehingga peserta bisa menginap di kawasan Mataram bahkan Senggigi,"katanya.
Dengan demikian, tambah Gede, tujuan penyelenggaraan Event yang antara lain dalam rangka Lombok Bangkit dapat dirasakan oleh pelaku usaha pariwisata.
Ia memaparkan, jika sebagian dari 5000 peserta menginap di Mataram dan Senggigi, Lombok Barat, maka jasa transportasi juga akan mendapakan manfaat, dengan mengantar peserta ke lokasi kegiatan di Kuta Lombok Tengah.
Selain itu, para peserta juga punya kesempatan lebih banyak untuk berlanja di Kota Mataram dan sekitarnya.
"Di Kuta, para peserta nginap di hotel sekitar lokasi. Menuju lokasi mereka cukup jalan kaki, artinya jasa transportasi yang harusnya bisa menerima manfaat juga akhirnya terabaikan," tukasnya.
Ia mengatakan, dampak lainnya hotel di Mataram dan Lombok Barat merasa kurang ada keberpihakan pemerintah daerah.
Apalagi, pasca bencana gempa bumi, hampir seluruh hotel yang ada terdampak dari sisi kunjungan tamu dan okupansi huniannya.
Gede Gunanta mengatakan, hal ini hendaknya bisa menjadi pelajaran bagi Pemda dan Dinas Pariwisata ke depan, agar pelaksanaan event Pariwisata bisa benar-benar bermanfaat secara substansial.
Sebab masa recovery ini merupakan masa yang berat dan harus dilakukan bersama-sama oleh semua pihak dan stakeholders kepariwisataan.
"IPI NTB berharap agar event dalam CoE Pariwisata NTB tahun ini bisa melibatkan semua pihak. Jangan sampai hanya sukses di berita-berita seremoni saja, sementara pelaku industri wisata yang membaca malah menarik nafas panjang," tukas Gede.
Namun demikian, Gede Gunanta mengatakan, IPI NTB tetap memberikan apresiasi dan sangat menghargai bahwa pemerintah daerah sudah melakukan banyak hal hebat dalam upaya recovery pariwisata NTB pasca gempa.
"Tentu kita semua masyarakat NTB berharap kondisi ekonomi segera pulih," katanya.