KRISIS AIR. Sejumlah warga dan pemuda di tiga Desa di Kecamatan Batukliang, saat membahas masalah krisis air dan lemahnya kinerja PDAM Lombok Tengah. (Foto: Istimewa) |
LOMBOK TENGAH - Warga masyarakat di tiga Desa yakni Desa Peresak, Desa Tampak Siring, dan Desa Bujak, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, mengeluhkan kondisi krisis air bersih yang mulai dirasakan sejak beberapa bulan terakhir.
Mereka mempertanyakan kinerja PDAM Lombok Tengah yang terkesan kurang peduli. Padahal secara geografis, tiga Desa ini masuk ke dalam lingkar sumber mata air PDAM.
"Ini sudah berbulan-bulan kita susah air. Air PDAM baru datang jam 12 malam sampai jam 1 malam," kata Zainal Abidin, warga Dusun Dasan Aman, Desa Peresak, Kecamatan Batukliang, Jumat malam (22/2), di sela pembahasan masalah bersama sejumlah pemuda dari tiga Desa terdampak.
Menurut Zainal, kondisi ini ironis, sebab tiga Desa ini merupakan lingkar sumber air PDAM, di mata air Benang Setokel dan Aik Bukak.
Kawasan tiga Desa ini juga dilintasi dua pipa besar PDAM seukuran batang pohon kelapa, yang mengalirkan air dari sumber air ke Lombok Tengah bagian Selatan, termasuk ke Bandara Lombok.
"Ya di rumah-rumah kami melintas pipa PDAM yang besarnya seperti batang pohon kelapa, tapi kami tidak merasakan airnya dengan maksimal. Ini kami di utara merasa dizolimi," tukasnya.
Yang membuat warga kesal, papar Zainal, meski air tidak mengalir lancar tapi tagihan PDAM tetap lancar dan biayanya cukup mahal.
Ia mencontohkan di salah satu rumah warga di Desa Peresak, yang meterannya digunakan untuk 3 Kepala Keluarga, itu membayar sampai Rp130 ribu per bulan.
"Ini kan tidak wajar. Airnya hanya datang jam 12 sampai jam 1 malam, tapi tagihannya mahal. Kami tidak masalah soal membayar tagihan, asal selama air lancar," ketusnya.
Ia mengatakan, keluhan sudah disampaikan ke pihak Pemerintah Desa. Namun hingga kini belum ada solusi yang nyata.
Kondisi krisis air ini membuat warga terpaksa mengambil air di sumur yang ada di persawahan, atau mengambil di sumur milik warga lainnya.
Yang sulit adalah warga yang tinggal cukup jauh dari akses sumur.
Muhammad Akib Sulaiman, warga Dusun Subahnale II Desa Peresak mengatakan, banyak warga yang sulit mendapatkan air PDAM.
"Banyak juga yang mengeluh karena akhirnya nggak bisa mandi junub. Ini kan kasihan, sampai sholat (subuh) terganggu karena nggak bisa mandi," katanya.
Warga menduga, ada masalah dengan perpipaan PDAM yang mengaliri tiga Desa itu.
Sebab, sumber air untuk tiga Desa tersebut berasal dari mata Air Aik Bukak, yang pipa pengantarnya hanya sebesar ukuran betis orang dewasa.
Akib berharap PDAM Lombok Tengah bisa melihat kondisi warga masyarakat dan mencarikan solusinya.
Para warga ini meminta agar PDAM Lombok Tengah merubah perpipaan ke tiga Desa itu dengan ukuran yang sama dengan yang dialirkan ke kawasan Selatan.
"Atau bisa juga sumber air dialihkan, dari mata air Benang Setokel saja," katanya.
Kondisi krisis air di tiga Desa ini juga mendapat perhatian serius dari tokoh muda Partai Hanura, Muhammad Rijaluddin.
Caleg Hanura untuk DPRD NTB ini meminta Pemda Lombok Tengah mendorong kinerja PDAM.
"Saya harap Pemda Lombok Tengah dan PDAM Lombok Tengah menyikapi masalah masyarakat ini. Setidaknya segera dilakukan pengecekan, perpipaannya atau kah ada masalah teknis lainnya," kata Rijal, yang juga merupakan tokoh muda setempat.