Caleg DPRD NTB dari PKS, Lalu Nofian Hadi. (Istimewa) |
LOMBOK BARAT - Masyarakat pulau Lombok, NTB masih merasakan dampak
bencana gempa bumi Juli-Agustus 2018 lalu. Selain kerusakan rumah, ekonomi masyarakat juga terpengaruh.
Pasalnya, sektor Pariwisata sebagai sektor unggulan ke dua di daerah ini selain sektor Pertanian, juga ikut terdampak. Angka kunjungan wisatawan yang anjlok dalam beberapa bulan terakhir, membuat
masyarakat ikut terdampak.
Lombok Utara dan Lombok Barat, yang memiliki cukup banyak destinasi wisata juga sempat terdampak. Meski saat ini sudah pulih dan berbenah, namun tingkat kunjungan wisata masih lesu di dua daerah ini.
"Lombok Utara dan Lombok Barat sempat terdampak. Meski saat ini sudah pulih, namun perlu terus ada upaya untuk menggeliatkan kembali sektor pariwisata ini," kata Lalu Nofian Hadi, Caleg DPRD NTB dari PKS Nomor urut 11 Dapil Lombok Utara dan Lombok Barat, Selasa ( 12/2)
Dampak bencana itu, papar Nofian, masih ditambah lagi dengan kondisi harga tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar yang mahal saat ini.
Nofian mengapresiasi upaya pemerintah dan stakeholders terkait yang sudah berusaha merecovery sektor Pariwisata pasca bencana gempa bumi. Namun, ia juga menilai masih perlu banyak upaya yang harus dilakukan untuk mendorong bangkitnya sektor pariwisata kembali.
Menurutnya, salah satu yang harus terus dilakukan adalah dengan mengembangkan potensi Desa Wisata di Lombok. Baik di Lombok Utara maupun Lombok Barat.
"Konsep Desa Wisata ini saya pikir mampu mendorong pariwisata NTB kembali bangkit sekaligus memperkuat peningkatan perekonomian masyarakat melalui UMKM," katanya.
Ia mencontohkan, Desa Wisata di Sesaot, Narmada, Lombok Barat, yang kini terus berkembang dan mampu menjadi magnet wisata tersendiri bagi wisatawan lokal dan domestik.
Demikian juga dengan Desa Kerujuk di Lombok Utara. Kawasan yang menjual destinasi spot selfie dan fotografi ini juga sangat potensial untuk terus dikembangkan.
Konsep seperti itu menarik, apalagi saat ini trend wisatawan sudah mulai bergeser mencari destinasi wisata yang ramah digital, instagramable dan layak daring.
"Di Yogyakarta dan Bandung misalnya, itu untuk sekadar selfie di spot yang dikembangkan di sana, wisatawan rela menghabiskan biaya dan waktu untuk menempuh perjalanan ke destinasi. Di Lombok potensi ini belum maksimal tergali," ujarnya.
Nofian mengatakan, saat ini dirinya dan sejumlah relawan terus aktif mendorong masyarakat sadar wisata untuk mulai menggagas Desa Wisata baru di wilayah mereka, terutama di Lombok Utara dan Lombok Barat.
Dia juga mulai memfasilitasi dan membantu masyarakat pelaku UMKM untuk mengakses dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bisa dimanfaatkan dari
perbankan.
Hal ini juga, paparnya, yang akan dilakukan ketika diberi amanah duduk di kursi DPRD NTB kelak. Ia bertekad mempercepat ekonomi NTB bangkit dengan mendorong sektor pariwisata dan pengembangan UMKM melalui pengembangan konsep Desa Wisata.
Menurutnya , konsep Desa Wisata yang harus dikembangkan di Lombok Utara dan Lombok Barat meliputi Desa Wisata yang menyediakan Akomodasi, Atraksi, dan Alam yang terintegrasi.
"Untuk akomodasi, rumah penduduk bisa disulap menjadi semacam homestay. Misalnya punya empat kamar, satu kamar bisa direnovasi dan dilengkapi khusus untuk wisatawan yang ingin menginap," paparnya .
Selain itu, keberadaan artshop Desa juga harus dipikirkan untuk menjadi etalase kerajinan maupun produk unggulan di Desa Wisata itu.
Hal ini bisa didukung juga dengan keberadaan sanggar seni dan budaya
yang menampilkan atraksi seni budaya penduduk setempat.
Dengan pola terintergasi ini, kata Nofian, maka multiplier efect ekonomi dapat dirasakan penduduk di Desa Wisata itu, baik dari homestay yang disediakan, produk jajanan, kuliner dan kerajinan, juga
dari sisi pertunjukan senib dan budaya.
"Saat yang coba kita bangun adalah semangat bersama dulu. Gagasan yang
baik tapi tidak punya semangat yang sama akan percuma. Sehingga setiap turun ke lapangan, semangat ini yang selalu coba saya sosialisasikan ke masyarakat," katanya.
Ia menambahkan, kondisi wisata yang masih lesu saat ini bukan berarti harus patah arang.
Sebab konsep desa wisata bila dikembangkan dengan baik, bisa menjadi harapan baru di saat kondisi kunjungan wisata ke NTB kembali normal.
"Yang terpenting harus berani memulai. Desa Wisata ini saya yakin akan menjadi suistainable tourism, pariwisata berkesinambungan di Lombok, NTB," tukasnya.