Lalu Nofian Hadi saat turun menyapa kaum perempuan pelaku UMKM di Lombok Barat. (Foto: Istimewa) |
LOMBOK BARAT - Kondisi perekonomian masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) belum sepenuhnya pulih, pasca bencana gempa bumi Juli-Agustus 2018 lalu.
Dengan kerugian materiil mencapai Rp18 Triliun lebih, gempa bumi tahun lalu masih menyisakan banyar PR (baca: Pe-Er) di sektor perekonomian hingga kini.
Tanpa pelibatan seluruh komponen masyarakat hingga tingkat paling bawah di pedesaan, tentu NTB akan sulit merecovery bangkit kembali.
Hal itu mendorong Caleg DPRD NTB dari PKS nomor urut 11 Dapil KLU dan Lombok Barat, Lalu Nofian Hadi merasa harus turun dan ambil bagian.
"Saya turun ke desa-desa, kasih semangat ke kaum perempuan pedagang bakulan atau pelaku industri rumahan, untuk tetap beraktivitas. Semua boleh hancur (karena bencana) tapi semangat jangan (hancur)," kata Nofian Hadi, Minggu ( 9/2)
Mungkin sangat kebetulan, Nofian Hadi menjadi Caleg di daerah pemilihan yang paling terdampak akibat bencana gempa bumi tahun lalu. Lombok Utara dan Lombok Barat merupakan dua Kabupaten yang dampak kerusakannya paling parah dibanding daerah lainnya.
Nofian mengaku, mengeksplore dua Dapil itu membuatnya memahami betapa masyarakat Lombok sangat tabah dan kuat menghadapi ujian.
"Meski saat ini masih banyak yang harus tinggal di pengungsian atau hunian sementara (Huntara), tapi mereka tetap berjuang tidak pasrah dengan keadaan,"kata Nofian sembari mengatakan Hal ini menjadi modal besar bagi percepatan NTB Bangkit kembali.
Nofian mengatakan, kaum ibu pedagang bakulan dan pelaku UMKM serta industri rumahan di KLU dan Lombok Barat harus terus mendapat dukungan untuk berkiprah. Jika dilihat sekilas memang sangat sederhana, karena usaha mereka yang tidak memutar modal dalam jumlah besar.
Namun, secara kolektif dan makro, keberadaan mereka sangat membantu daerah untuk menekan angka inflasi pedesaan sekaligus menjadi katalisator ekonomi yang memastikan perputaran ekonomi masih terjadi di tingkat pedesaan.
Bersama para relawan, Nofian Hadi kerab membangun diskusi kecil dan edukasi tentang wirausaha bagi kaum perempuan di Dapil yang ia perjuangkan. Kendala klise yang biasa ditemukan adalah masalah permodalan, dan belum normalnya pasar.
"Kami bantu mengedukasi misalnya membuat pembukuan sederhana, dan bagaimana bisa mengakses modal dari KUR misalnya. Yang terpenting optimisme mereka tetap ada," ujar Nofian.
Nofian berharap, pemerintah daerah KLU dan Lombok Barat, serta Pemprov NTB, tidak mengabaikan para perempuan pedagang bakulan, dan pelaku UMKM di wilayah ini.
Ia memahami tugas rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memperbaiki dan membangun kembali puluhan ribu rumah sudah cukup menyita waktu dan tenaga pemerintah daerah.
Namun, tambahnya, perputaran ekonomi yang dimulai dari kegiatan UMKM di tingkat pedesaan juga tetap harus diperhatikan.
"Sebab kebutuhan ini pasti beriringan. Jangan sampai masyarakat sudah terbangun rumahnya, namun mereka kemudian bingung karena tidak punya penghasilan atau tabungan," pungkasnya.