Tujuh Belas Tahun Menghilang, Juminah Ditemukan di Jakarta
PEMULANGAN. Anggota DPR RI, H Adi Putra Darmawan Tahir bersama nenek Juminah dan aparat desa serta kerabat Juminah. (Istimewa),. |
LOMBOK TENGAH - Suasana haru menyelimuti keluarga inak Juminah warga Lingkungan Sesake, Praya Tengah, Lombok Tengah.
Isak tangis keluarganya menyambut kedatangan Juminah (65).
Rona kecantikannya masih nampak dari raut wajah perempuan tiga anak itu. Meski logatnya sudah bercampur Betawi, tapi dia masih mengenali kerabat dekatnya.
Satu persatu sanak keluarganya menyalami sekaligus menciuminya. Tak terkecuali sahabat-sahabatnya yang mengira bahwa Juminah telah tiada.
Sudah 17 tahun lamanya Inak Juminah pergi meninggalkan rumah.
Tepatnya pada 2002 saat dirinya masih bersuami. Saat itu, dia mengaku lari dari rumah karena banyak persoalan yang dihadapi.
Berbekal sedikit uang dan pakaian seadanya, dia meninggalkan Pulau Lombok.
Melalui Pelabuhan Lembar, dia berlayar ke Pulau Jawa meski sempat terkatung-katung dalam perjalanan.
Banyak pengalaman pahit yang dialami nenek 65 tahun ini.
Hingga akhirnya dia tiba di Ibu Kota Jakarta. Tanpa bekal yang cukup, Juminah hidup sebatang kara. Tidak ada sanak saudara ataupun kerabat yang dituju. Hingga akhirnya dia menjadi gelandangan.
PENUH HARU. Keluarga dan kerabat menyambut Juminah (berbaju kuning) dengan penuh haru dan bahagia. (Istimewa) |
Hidup berpindah-pindah dan terus berupaya memperoleh kerja.
Tidak sampai di situ, dia terpaksa harus menjalani kehidupan di panti sosial.
Dia tertangkap aparat ketertiban umum setempat dan di bawa ke panti sosial.
Bahkan, Juminah mengaku pernah dikumpulkan bersama orang-orang gangguan jiwa.
"Saya pernah disuruh telanjang dan dikumpulkan sama orang gila gitu. Tapi saya nggak mau meski dipukul berkali kali," kisahnya.
Perantauan Juminah tidak saja di Jakarta. Selepas dari panti sosial, dia pergi ke Jawa Barat hingga ke Sukabumi.
Untungnya, tidak sedikit orang yang mau menampungnya. Hingga dia pun memperoleh pekerjaan.
Selama itu juga dia memendam rasa rindu dengan keluarganya di Lombok.
Namun apa daya, dia tidak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya dia kembali ke Jakarta dan tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Ciracas, Jakarta Timur.
Selama itu, Juminah terus berdoa agar bisa bertemu keluarganya.
Suasana haru kerabat dan tetangga menyambut kedatangan Juminah (berbaju kuning). (Istimewa) |
Hingga akhirnya, petugas panti mencoba mencari informasi mengenai keberadaan keluarganya.
Terlebih, petugas tersebut punya kenalan seorang polisi yang bertugas di Lombok Barat.
Ristan, keponakan Juminah mengatakan pihak keluarga langsung menyambut informasi itu.
Pihaknya berkoordinasi dengan kepala desa, aparat Babinsa, hingga petugas Dinas Sosial Kabupaten Lombok Tengah.
"Setelah melalui sejumlah proses baru kami bisa menghubungi ibu kami di Jakarta melalui video call," ujar Ristan.
Proses pemulangan Juminah tidak semulus yang dikira. Ristan mengaku, birokrasi berbelit menjadi salah satu kendala proses pemulangan Juminah.
Keterbatasan anggaran menurutnya jadi alasan klasik sehingga Juminah harus menahan kerinduannya.
Tiga bulan berlangsung sejak Juminah ditemukan tapi belum dapat bertemu anak-anaknya.
Hingga akhirnya pihak keluarga mengadu pada H. Adi Putra Darmawan Tahir. Anggota DPR RI Dapil NTB dari Fraksi Golkar.
Mendengar hal itu, Adi Tahir pun langsung bergerak cepat. Dia berkoordinasi dengan semua pihak terkait. Selanjutnya membiayai semua kebutuhan Juminah.
"Saya terharu mendengar kisah ibu Juminah ini. Saya nggak bisa membayangkan bagaimana seorang ibu terpisah dari anaknya selama 17 tahun," ujar Adi Tahir.
Kisah Juminah bukan yang pertama. Menurut politisi yang kembali maju sebagai Caleg DPR RI Dapil NTB 2 nomor urut 4 ini, kisah serupa banyak dialami TKI di beberapa negara baik Korea, Malaysia, hingga Timur Tengah.
Ada yang tertipu agen pengiriman tenaga kerja, perusahaan perjalanan umrah palsu, bahkan ada yang kabur dari tempat kerjanya.
Adi Tahir menegaskan, pihaknya berupaya maksimal untuk mengadvokasi dan membantu mereka.
Kesigapan pemerintah menurutnya harus diapresiasi sehingga banyak kasus yang bisa terselesaikan.
"Kasus seperti Juminah ini bisa saja terjadi terhadap siapapun. Saya mengimbau agar masyarakat saling memperhatikan satu dengan lainnya. Pererat silaturahmi dan terpenting segera lapor pihak berwajib jika ada anggota keluarga yang hilang," tegasnya. (*)