LOMBOK TENGAH - PT Angkasa Pura I (Persero) menggelar operasi katarak gratis bagi masyarakat lingkar Lombok International Airport (LIA), Senin (25/3) di RSUD Praya, Kabupaten Lombok Tengah.
Bakti sosial dalam Program Bina Lingkungan Angkasa Pura I tersebut mengucurkan dana sosial sebesar Rp250 juta lebih, untuk membantu masyarakat penderita katarak mennjalani operasi secara gratis.
GM Angkasa Pura I Lombok International Airport, Nugroho Jati mengatakan, kegiatan bakti sosial operasi katarak gratis ini diprioritaskan untuk masyarakat lingkar Bandara sesuai area kerja PT Angkasa Pura I (Persero). Namun tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat Lombok Tengah pada umumnya, karena Kabupaten Lombok Tengah memiliki angka yang tinggi penderita katarak mata di NTB.
"Kita prioritaskan sesuai area kerja yakni masyarakat yang ada di lingkar Bandara, tapi tidak menutup kemungkinan masyarakat Lombok Tengah pada umumnya," katanya.
Nugroho menjelaskan, dalam operasi katarak ini sudah mendaftar sebanyak 100 orang, namun ditargetkan semakin banyak semakin baik.
"Target kami semakin banyak yang mendaftar semakin bagus. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap Minggu kemarin (24/3) sudah dilakukan operasi sebanyak 69 orang dan sisanya hari ini (Senin, 25/3) agar tidak terjadi antrian pasien," kata Nugroho.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Tengah, H Omdah menyebutkan bahwa penyebab kebutaan di NTB sebesar 4 persen masih didominasi karena Katarak.
Di Kabupaten Lombok Tengah sendiri terdapat 2.777 kasus katarak pada tahun 2018, dengan jumlah yang tercatat melakukan operasi katarak sebanyak 434 orang.
Menurutnya, pada bulan Januari 2019 lalu, telah dilakukan operasi sebanyak 50 orang dan terdapat 150 orang pasien katarak yang siap operasi.
"Tapi tidak sedikit dari pasien tersebut tidak dapat dioperasi karena faktor medis dan faktor keluarga yang tidak mengizinkan dilaksanakannya operasi katarak bagi anggota keluarganya karena alasan takut dan sebagainya," kata H Omdah.
Ia mengakui, penyediaan layanan bedah katarak masih dihadapkan pada banyak tantangan, seperti keterbatasan tenaga spesialis mata, dalam hal jumlah dan distibusi. Selain itu kesulitan akses geografis, kurangya sarana dan prasarana yang layak serta sistem layanan operasi katarak yang mahal atau terjangkau merupakan kendala lain di luar tenaga ahli.
"Layanan operasi katarak yang murah dan terjangkau ini merupakan aspek yang penting untuk diciptakan mengingat 90 persen penderita kebutaan berasal dari daerah miskin. Oleh karena itu, upaya pemberantasan buta katarak sudah seharusnya memberi fokus pada komunitas kurang mampu," katanya. MP03/Abdul Azis