Kepala Bulog Divre NTB, Ramlan. (Foto:Ariyati Astini) |
MATARAM - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menginvestasikan total sekitar Rp138 Miliar untuk pembangunan Modern Rice Milling Plant (MRMP) di Pulau Sumbawa.
MRPM dibangun di pulau SUmbawa mengingat Sumbawa merupakan sentra produksi pertanian tanaman pangan, khususnya padi yang cukup tinggi.
“Kurang lebih nilai invetasinya Rp138 miliar. Karena sumbawa termasuk sentra produksi, kemudian panennya lebih besar. Diharapkan kita bangun dan maksimal penyerapannya di sana," kata kata Kepala Drive Perum Bulog Provinsi NTB, Ramlan UE, Selasa (12/3) di Mataram.
Ia menjelaskan, dengan adanya pembangunan MRMP ini banyak hal yang bisa dirasakan oleh masyarakat, mulai dari memberikan kontribusi serapan pengadaan gabah yang lebih besar, kemudian dapat menyerap tenaga kerja masyarakat setempat.
“Jadi pembangunan MRMP di Sumbawa ini, artinya ada pemberdayaan untuk ekonomi masyarakat setempat,” terangnya.
Ia mengatakan, selama ini yang menjadi kendala pasca panen padi adalah penyerapannya, sehingga banyak diantara hasil produski pertanian yang mengalami kerugian.
Sehingga dengan pembangunan MRMP tersebut dapat membantu hasil produksi petani dapat memiliki nilai tambah.
“Maka dari itu semua hasil komoditas pertanian, terutama gabah beras itu bisa diserap dan masalah kualitas harga bisa diselesaikan dengan dibangunnya MRMP,” ungkapnya.
Selain itu, pembangunan MRMP ini juga salah satu upaya mendukung industrialisasi yang selama ini diprogramkan oleh Gubenur NTB Zulkfliemansyah.
Ramlan mengaku, jika proses pembangunan MRMP ini mendapat dukungan dari pemerintah. Apalagi saat ini Pemprov NTB tengah gencar untuk meningkatkan industrialisasi baik itu di tingkat pertanian, peternakan hingga perikanan.
“Industrialisasi ada sudah disana, makanya kemarin kita sudah melaporkan ke pak Gubenur, beliau sangat antusias dan mendukung," katanya.
Menurutnya, Bupati Sumbawa juga sangat mendukung itu dan bisa dilaksanakan.
Sementara itu, untuk pembangunan tersebut terdiri mulai dari drying centre, milling dan silo.
Bahkan dapat membuat produksi beras kemesan premium yang sesuai dengan frekuensi kebutuhan masyarakat. Tak hanya itu, potensi untuk mengirim beras ke luar daerah pun semakin luas.
“Justru semakin besar peluangnya kita bisa menciptakan beras sesuai frekuensi masyarakat dengan beras kualitas premium,” katanya.
Ramlan mengatakan, kapasitas produksi untuk rice to rice itu 30 ton perjam. Jadi sekitar 300 ton sehari dapat diserap sedangkan untuk silo sekitar 18rb ton.
“Tetapi nanti pasti ada pergerakannya lagi, itu sehari saja bisa menyerap 300 ton dan ini dibangun di atas tanah seluas 4 hektar,” pungkasnya. MP05/Ari