PEDULI LINGKUNGAN. Calon Anggota DPD RI Nomor Urut 30 Dapil NTB, H Irzani mendorong generasi muda NTB untuk mencintai lingkungan dengan menanam pohon. (Istimewa) |
MATARAM - Kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan, serta memiliki semangat untuk menanam pohon, sangat dibutuhkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini bukan semata untuk melestarikan alam, tetapi juga untuk mencegah dan mengantisipasi bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Calon Anggota DPD RI Nomor Urut 30 Dapil NTB, H Irzani mengatakan, saat ini pihaknya terus mendorong generasi muda NTB untuk mulai "gila menanam pohon".
"Kondisi kerusakan hutan kita di NTB sudah cukup parah saat ini. Nah kalau bukan kita yang perbaiki siapa lagi? Jadi selalu saya tanamkan ke para pemuda untuk gila tanam pohon. Tanam pohon sekarang untuk kenyamanan hidup generasi penerus kita di masa depan," tegas Irzani yang mulai akrab disapa Batik Ijo, Senin (11/3) di Mataram.
Irzani menjelaskan, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, saat ini luas total hutan di NTB mencapai 1,07 juta hektare tersebar di pulau Lombok dan Sumbawa.
Ironisnya, dari jumlah total tersebut tercatat sekitar 896 ribu hektare hutan dalam kondisi rusak. Dan dari 896 ribu hektare itu terdapat sekitar 580 ribu yang rusaknya cukup parah dan mengkhawatirkan, sedangkan sekitar 316 ribu hektare lainnya rusak akibat pertanian lahan kering guna ditanami jagung oleh masyarakat.
"Kondisi ini akan sangat riskan bencana. Menimbulkan banjir ketika musim hujan tiba, dan kekeringan ketika musim kemarau menyapa," katanya.
Menurut Irzani, dengan kondisi seperti itu maka akan sangat mustahil jika reboisasi hutan yang rusak hanya mengandalkan peran pemerintah dan Pemda setempat saja.
Sebab, kekuatan anggaran dan tenaga pemerintah tidak akan mampu menutup itu dengan waktu yang cepat.
"Sehingga dibutuhkan peran semua pihak terutama masyarakat untuk mulai peduli lingkungan, peduli hutan, dengan cara mulai menanam pohon," lanjut Irzani.
Sekretaris Umum PW NW NTB ini mengatakan, para santri di Ponpes-Ponpes NW juga sudah mulai melakukan gerakan menanam pohon. Beberapa Ponpes juga justru aktif menyediakan beragam jenis bibit pohon yang bisa digunakan untuk menutup vegetasi hutan yang rusak.
Sementara di lingkungan sekolah umum dan kelompok pemuda desa, gerakan menanam pohon juga terus disosialisasikan.
Irzani mengatakan, kemauan untuk menanam pohon bisa dilakukan dari lingkungan terdekat dahulu. Bisa saja pekarangan rumah atau di pinggiran jalan pedesaan yang masih gersang.
"Yang terpenting memulai dulu. Nanti kalau sudah tanam satu atau dua pohon, pasti akan kembali ingin menanam lagi. Karena menanam pohon ini termasuk perbuatan yang amal dan berpahala karena manfaatnya besar," tukasnya.
Menurutnya, menanam pohon juga akan menjadi peluang dan bernilai ekonomis jika dilakukan sungguh-sungguh. Sebab banyak sekali jenis pohon yang bernilai jual tinggi.
Dengan memanfaatkan kebun atau lahan yang kosong dan nganggur untuk menanam pohon, pasti akan membawa banyak keuntungan di waktu akan datang.
"Misalnya lahan atau kebun yang masih ada celah, bisa ditanami pohon Jati. Ini dalam tempo 10-15 tahun kemudian tentu bisa bernilai ekonomis cukup tinggi. Hitung-hitung kita berbuat baik dan sekaligus menabung, investasi dengan cinta lingkungan," katanya.
Secara psikologis, papar Irzani, bila semangat untuk menanam pohon sudah terbentuk di kalangan generasi muda millennials secara otomatis jiwa untuk mempertahankan dan menjaga kelestarian lingkungan juga akan tumbuh.
"Mulai dari sekarang dan kedepan ke depan, generasi mudalah yang menjadi garda terdepan memerangi illegal logging dan perambahan hutan," tukasnya.