Lalu Nofian Hadi. (Istimewa) |
LOMBOK BARAT - Kondisi jalur pejalan kaki atau trotoar di wilayah Lombok Barat dan Lombok Utara sangat memprihatinkan. Itu disebabkan karena banyak trotoar yang tidak terurus dan tertata baik.
Wilayah Senggigi misalnya, sebagian trotoar hampir menyatu dengan jalan karena proses perbaikan jalan membuat aspal atau badan jalan hampir sama tinggi dengan trotoar. Bahkan di beberapa titik di Lombok Barat dan Lombok Utara, jalan justru lebih tinggi dari trotoar.
Kondisi ini membuat Caleg DPRD NTB dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Lalu Nofian Hadi mengkritisi pemerintah dalam upaya memelihara trotoar. Dia menyebutkan, kondisi trotoar yang buruk mempengaruhi masyarakat menjadi malas berjalan kaki.
"Dengan kondisi trotoar yang tidak terurus dapat menjadi penyebab masyarakat malas berjalan kaki. Padahal jalan kaki sangat berguna bagi kesehatan dan mengurangi intensitas berkendara yang memicu kemacetan," ujarnya, Sabtu (16/3).
Dia mengungkapkan, sebuah riset dari Stanford University yang dimuat di The New York Times pada 2017, meneliti kondisi trotoar Indonesia yang buruk membuat orang Indonesia malas berjalan kaki.
"Dari 111 negara yang diteliti, orang Indonesia rata-rata hanya berjalan sebanyak 3.513 langkah kaki per hari. Jumlah tersebut jauh jika dibandingkan dengan Hong Kong yang penduduknya rata-rata berjalan 6.880 langkah per hari atau Cina dengan rata-rata 6.189 langkah per hari," ungkapnya.
Nofian Hadi yang juga menjadi Caleg DPRD NTB dari PKS Nomor Urut 11, Dapil Lombok Utara dan Lombok Barat, berharap agar pemerintah melakukan langkah perbaikan maupun perawatan terhadap trotoar. Terlebih Lombok merupakan destinasi wisata.
"Apalagi 2021 Lombok menjadi lokasi MotoGP. Jangan berikan kesan buruk pada wisatawan. Karena keindahan trotoar juga akan mempengaruhi citra pariwisata," tegasnya.
Dia juga meminta agar pemerintah daerah Lombok Barat dan Lombok Utara menjadikan riset tentang kondisi trotoar di Indonesia menjadi trigger mechanism atau mekanisme pemicu untuk bekerja memperbaiki jalur pejalan kaki.
Menata Trotoar untuk Destinasi Wisata
Kondisi trotar di daerah wisata Senggigi sangat mempengaruhi citra pariwisata NTB. Bahkan, di NTB banyak trotoar yang dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima, parkiran kendaraan dan menjadi tempat kendaraan melintas. Itu memicu trotoar mudah rusak dan berlubang.
"Pemerintah harusnya dapat tegas dengan hal ini. Penataan PKL dan mendisiplinkan pengendara agar tidak melintas atau parkir di trotoar harus betul-betul intensif digalakkan. Karena bagaimanapun juga wisatawan yang berkunjung akan melihat kondisi trotoar kita," ucapnya.
Nofian Hadi menjadi salah satu Caleg yang selalu fokus pada pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat. Dia menyambut ajang MotoGP di Lombok dengan memberikan masukan terkait penataan kusir kuda (Cidomo) dan trotoar. Baginya, penataan seperti itu akan membawa keuntungan tersendiri bagi masyarakat dengan memicu wisatawan betah berada di Lombok.
"Karena bagaimanapun juga masyarakat dan daerah akan mendapatkan keuntungan dari penataan fasilitas umum yang baik. Wisatawan akan betah berlama di sini. Harus diperhitungkan juga dari hal-hal yang paling sederhana seperti ini," katanya.
Belajar dari ibu kota Korea Selatan, Seoul, di mana jalur pejalan kaki betul-betul sangat diperhatikan. Dengan lebar trotoar seukuran dua mobil, Seoul menjadi kota dengan trotoar yang indah. Di sana masyarakat memanfaatkan trotoar untuk berolahraga. Di tepi trotoar juga dihiasi tanaman dan bunga. Itu menjadi salah satu indikator kebahagiaan orang di Negeri Ginseng tersebut.
Terakhir, Nofian mengajak masyarakat agar lebih sering berjalan kaki. Karena manfaat jalan kaki sangat besar bagi kesehatan. Masyarakat dapat terhindar dari stroke, mencegah osteoporosis (tulang keropos), mengurangi stres, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan berat badan dan manfaat lainnya.(*)