Tiket Pesawat Mahal/Ilustrasi |
MATARAM - Recovery pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) belum maksimal memberi dampak dalam peningkatan angka kunjungan wisata ke daerah ini sejak beberapa bulan terakhir. Tiket pesawat yang masih mahal dan kebijakan bagasi berbayar dinilai masih menjadi penyebab utama.
"Kondisinya memang seperti itu. Diakui atau tidak, masalah utama kita adalah harga tiket (pesawat) yang mahal dan bagasi berbayar," kata anggota ASITA NTB, Nasrudin Alsan, Minggu (10/3) di Mataram.
Nasrudin yang juga owner Indonat Travel ini mengatakan, karena masalah utamanya adalah harga tiket pesawat dan bagasi berbayar, maka pemangku kebijakan dan stakholders kepariwisataan hendaknya berfokus pada masalah ini.
Menurutnya, Pemprov NTB bisa mengambil kebijakan untuk mensubsidi tarif penerbangan dengan mendekati maskapai penerbangan. Subsidi dilakukan untuk penumpang pesawat yang memang bertujuan berwisata ke Lombok, NTB.
"Bisa berupa subsidi harga tiket, atau subsidi tarif bagasinya. Saya rasa ini langkah yang lebih riil dan kongkrit untuk masalah pariwisata kita saat ini," katanya.
Nasruddin menekankan, untuk peningkatan jumlah kunjungan di masa low season ini, langkah promosi ke luar daerah akan sia-sia, selama tak ada upaya yang dilakukan untuk mensiasati harga tiket pesawat dan bagasi berbayar.
Biaya promosi yang juga tidak sedikit, menurutnya, bisa dialihkan ke subsidi tarif penerbangan ke Lombok. Hal ini dinilai akan lebih berdampak dan berpengaruh pada tingkat kunjungan.
"Kalau ini dilakukan Pemda, maka wisatawan juga akan tertarik datang ke Lombok. Misalnya karena mereka bebas biaya bagasi, dan ini juga akan jadi promosi bahwa ke Lombok bisa tetap murah," katanya.
Sebagai pelaku usaha pariwisata, Nasrudin menilai, program recovery pariwisata NTB yang menghabiskan dana tak kurang dari Rp20 Miliar tidak mendampak.
Event Lombok Sumbawa Great Sale (LSGS) 2019 yang dihajadkan untuk mendongkrak angka kunjungan wisata di saat low season, juga dinilai hanya kegiatan seremonial belaka.
"Faktanya, kami pelaku wisata tetap merasakan kondisi ini sulit. Ada diskon besar-besaran pun orang belum tentu mau datang ke Lombok kalau tiketnya mahal," katanya.
Selain kebijakan subsidi tarif penerbangan, Pemprov NTB juga diminta untuk berani mendeklarasikan kembali bahwa Lombok sudah aman dari bencana gempa bumi.
Setidaknya, gempa bumi susulan sudah tidak dirasakan lagi di pulau ini sejak akhir tahun lalu.
"Pemda harus berani deklarasikan atau sampaikan ke luar, bahwa sudah tiga bulan ini NTB aman dari bencana," katanya.