OGOH-OGOH. Ratusan ogoh-ogoh beraneka bentuk dan ukuran meramaikan pawai menjelang Hari Raya Nyepi Caka Warsa 1941 di Kota Mataram.(Istimewa) |
MATARAM - Sekitar 155 Ogoh-Ogoh beragam bentuk dan ukuran, meramaikan pawai Ogoh-Ogoh di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, merayakan hari raya Nyepi tahun Saka 1941 ini, umat Hindu di Kota Mataram melaksanakan pawai ogoh-ogoh, Rabu sore (6/3) melintasi sejumlah ruas jalan utama di Kota Mataram.
Ratusan ogoh-ogoh, boneka raksasa yang terbuat dari berbagai bahan, dengan berbagai bentuk, diarak sepanjang ruas jalan Pejanggik dan Selaparang, dua jalan utama di Kota Mataram.
Selain memperkuat silahturahmi antar umat beragama di Kota Mataram, pawai ogoh-ogoh yang sudah rutin terselenggara sejak belasan tahun lalu, saat ini juga menjadi daya tarik wisata tersendiri.
"Ini menjadi ajang silahturahmi masyarakat Kota Mataram, dan NTB secara umum, apapun latar belakang agamanya. Toleransi dan semangat kebersamaan ini membuktikan bahwa warga Kota Mataram yang heterogen bisa saling menghargai dan hidup rukun berdampingan antar agama, antar etnis," kata Walikota Mataram, TGH Ahyar Abduh dalam sambutan saat membuka pawai Ogoh-Ogoh.
Kota Mataram, ibukota NTB berpenduduk heterogen namun bisa damai berdampingan. Meski mayoritas penduduk Muslim, namun perayaan Nyepi dan pawai ogoh-ogoh selalu berjalan aman dan damai setiap tahun.
"Bagi umat hindu selamat merayakan Nyepi, dan umat lainnya marilah kita ikut menghargai. Sebab sejak dulu pemerintah Kota Mataram sangat mendukung dan respek terhadap perayaan dan hari-hari besar setiap agama,"katanya.
Wisatawan memanfaatkan moment berfoto di lokasi pawai Ogoh-Ogoh di Kota Mataram. (Istimewa) |
Ratusan ogoh-ogoh melintasi jalur sepanjang 4 Km di jalan Pejanggik hingga jalan Selaparang, yang juga merupakan jalur utama pusat pertokoan di Kota Mataram.
Masing-masing ogoh-ogoh dipikul oleh sekitar 10 hingga 20 pemuda dan pemudi Hindu, diiringi musik tradisional.
Ribuan penonton dan pedagang kaki lima memadati sepanjang jalur itu. Para penonton datang dari Kota Mataram, Lombok Tengah dan Lombok Barat, dan juga ada wisatawan domestik dan mancanegara.
Ketua Majelis Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Provinsi NTB, I Gede Mandra menjelaskan, pawai ogoh-ogoh merupakan rangkaian kegiatan umat Hindu dalam menyembut hari raya Nyepi dan Tahun Baru 1941 Caka yang jatuh pada Kamis (7/3).
"Ogoh-ogoh ini merupakan bagian upacaraTawur Agung, untuk menyelaraskan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan yang maha kuasa," katanya.
Dijelaskan, ogoh-ogoh dengan bentuk raksasa atau merupakan simbol "Buta Kala" yang melambangkan ketidakselarasan antara makro kosmos atau alam dengan mikro kosmos atau manusia dan mahluk hidup lainnya. Setelah diarak dalam pawai, ogoh-ogoh akan dimusnahkan di masing-masing pura lingkungan di Kota Mataram.
"Ketidakselarasan ini yang harus kembali diseimbangkan. Ogoh-ogoh yang melambangkan sifat buruk manusia, selanjutnya akan dilebur dalam upacara Tawur Agung sebelum pelaksaan Nyepi. Ini sebagai bentuk kesyukuran umat pada Tuhan, bahwasanya kita masih diberi kesempatan memperbaiki diri,"katanya.
Ia menjelaskan, pada Kamis (7/3) atau puncak hari raya Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata yakni Amati Geni (Tidak Menyalakan Api), Amati Karya (Tidak bekerja), Amati Lelungan (Tidak Bepergian), dan Amati Lelanguan (Tidak bersenang-senang).
"Pada saat Nyepi, umat bisa melakukan introspeksi dengan bermeditasi agar ke depan menjadi lebih baik lagi,"katanya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda NTB AKBP Purnama mengatakan, untuk pengamanan rangkaian Nyepi di pawai ogoh-ogoh ini Polda NTB beserta jajaran menugaskan sekitar 1.147 personil dengan melibatkan Pamswakarsa 100 orang dan Pecalang 1.700 orang.
Ia menjelaskan, di Kota Mataram, pawai Ogoh-Ogoh diikuti oleh 6.700 orang masyarakat umat Hindu dengan melibatkan sekitar 155 Ogoh-Ogoh. Start dimulai di depan Kelurahan Cakra Barat dengan berjalan sekitar 2 Km di jalan Pejanggik.
Sementara di Lombok Barat, pawai ogoh-ogoh juga digelar melibatkan 64 peserta dengan berjalan dengan jarak sekitar 2 km juga.
Polda juga melakukan pengamanan agar pelaksanaan rangkaian dan puncak Hari Raya Nyepi di NTB berjalan aman dan nyaman.
"Kegiatan ibadah dimulai dengan Mekiis/Melasti, Tawur Agung Kesanga, Pawai Ogoh-Ogoh, Perang Api, Pecaruan dan Brata Penyepian sampai dengan Ngembak Geni yang dilaksanakan di Kota Mataram dan Lombok Barat. Ibadah persembahyangan juga berlangsung di Kabupaten lainnya yang mendapat pengamanan maksimal dari jajaran Polres dengan diback up oleh Polda NTB," katanya.
Menurutnya, umat Hindu yang melaksanakan ibadah Nyepi di NTB cukup banyak, terbagi di Kabupaten Lombok Barat sekitar 34.662 orang dan di Kota Mataram sebanyak 155.000 orang. Sedangkan di Sumbawa Besar sekitar 6.100 orang.
AKBP Purnama mengatakan, Polda NTB dan jajaran selaku penanggungjawab pemelihara keamanan daerah NTB, akan terus berupaya memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta penegakan hukum.
"Kami juga terus berupaya bersinergi dengan masyarakat semua untuk tetap fokus dalam pelayanan publik," katanya.
Diharapkan, perayaan Hari Raya Nyepi pada Kamis (7/3) berlangsung aman dan nyaman di wilayah Nusa Tenggara Barat.