Progress Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa NTB. (Sumber: BPBD NTB) |
MATARAM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melansir hingga 2 Mei 2019, sedikitnya 29.182 rumah yang rusak akibat gempa bumi Juli-Agustus 2018, sudah berhasil dibangun kembali dan diperbaiki dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah NTB.
Data BPBD NTB menyebutkan, 29.182 rumah yang berhasil diperbaiki itu terdiri dari 6.037 rumah rusak berat (RB), 4.990 rumah rusak sedang (RS), dan 18.155 rumah rusak ringan (RR).
"Jumlah total yang sudah selesai sebanyak 29.182 unit rumah. Itu terdiri dari RB, RS dan RR, hingga 2 Mei kemarin," kata Kepala Pelaksana BPBD NTB, H Muhammad Rum, Jumat (3/5) di Mataram.
Data Rumah Rusak Berat. (Sumber: BPBD NTB) |
Menurut Rum, dalam kurun yang sama, hingga 2 Mei kemarin, tercatat sebanyak 62.998 unit rumah masih dalam pengerjaan.
Jumlah rumah yang tengah dikerjakan itu terdiri dari 18.310 unit untuk RB, 33.373 unit RS, dan 31.918 unit RR.
"Kami terus melakukan percepatan untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi ini," tandas Rum.
Rum menambahkan, saat ini percepatan terus dilakukan. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dengan melibatkan 3.337 tenaga fasilitator terdiri dari 1.897 fasilitator sipil, 1000 TNI dan 440 Polri.
Data Rumah Rusak Sedang. (Sumber: BPBD NTB) |
Meski sudah 29.182 unit rumah yang berhasil diperbaiki hingga kini, namun proses rehabilitasi dan rekonstruksi rumah masyarakat yang rusak akibat gempa bumi di NTB Juli-Agustus 2018, terkesan masih berjalan lambat.
Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah total rumah yang rusak akibat gempa bumi NTB tahun lalu.
Data BPBD Provinsi NTB menyebutkan, jumlah total rumah rusak akibat gempa bumi Lombok Juli-Agustus 2018 mencapai 216.519 unit rumah.
Jumlah itu terdiri dari 75.138 rusak berat (RB), 33.075 Rusak Sedang (RS), dan 108.306 Rusak Ringan.
Kini, sudah delapan bulan berlalu, dan dana pemerintah pusat sudah terkucur lebih dari Rp5,1 Triliun, namun dari total 216 ribu lebih rumah rusak akibat gempa hingga kini baru sekitar 29 ribu rumah yang berhasil diperbaiki.
Data Rumah Rusak Ringan. (Sumber BPBD NTB) |
Pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB) juga sudah memutuskan untuk memperpanjang masa transisi darurat yang seharusnya selesai pada 12 April 2019.
Pertimbangannya karena masih banyak rumah yang belum selesai. Sehingga rehabilitasi dan rekonstruksi dalam masa transisi darurat yang seharusnya selesai 12 April, diperpanjang selama 135 hari ke depan atau 13 April hingga 25 Agustus 2019.
Perpanjangan masa transisi darurat itu dilakukan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur NTB Nomor 360-331 Tahun 2019 yang ditandatangani Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah pada 15 April 2019.
Seperti diketahui, dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi NTB, pemerintah memberi bantuan stimulan sebesar Rp50 juta per rumah untuk RB, RS sebesar Rp25 juta per rumah, dan RR sebesar Rp10 juta per rumah.
Sejumlah warga terdampak gempa bumi di Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat berharap proses perbaikan dan pembangunan rumah mereka bisa berjalan lebih cepat.
Mariati (45) ibu rumah tangga warga Dusun Apitaik, Desa Guntur Macan mengatakan, sudah hampir enam bulan ini bertahan hidup di hunian sementara.
"Kami bertahan sambil menunggu bantuan pemerintah," katanya.
Rumah Mariati hancur dan terkategori rusak berat (RB). Untuk membangun kembali pemerintah memberi stimulan Rp50 juta.
Namun dana Rp50 juta yang masuk melalui rekening BRI milik Mariati tak bisa dicairkan begitu saja.
Prosedur pembangunan dilakukan dengan membentuk kelompok masyarakat (Pokmas).
Tiap Pokmas terdiri dari 10-20 warga korban gempa, yang kemudian didampingi petugas fasilitator dalam proses pembangunannya.
Sebelumnya dalam kunjungan ke Lombok Maret lalu, Presiden Joko "Jokowi" Widodo menyatakan bersyukur masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mau membangun rumah tahan gempa (RTG), dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi 2018 lalu.
"Saya senang masyarakat sekarang disini antusias untuk semuanya (membangun rumah tahan gempa. (Itu sudah) benar karena harus kita sadari betul bahwa di Lombok ini memang kita berada pada daerah yang rawan gempa pembangunan rumah yang tahan gempa ini memang kita haruskan," kata Presiden Jokowi, Jumat (22/3), dalam tatap buka bersama masyarakat 2000 penerima bantuan stimulan rumah rusak akibat gempa, di gedung Hakka, Gerimak, Lombok Barat.
Ia bersyukur, karena sejumlah RTG yang sudah terbangun, tidak ambruk lagi saat gempa bumi melanda Lombok 17 Maret 2019 lalu.
"Kita tahu ada rumah (RTG) yang sudah dibangun kemarin yang tahan gempa, ada gempa tanggal 17 (Maret) yang baru saja kemarin, rumah tahan gempa tidak ambruk," katanya.
Jokowi menilai proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di Lombok dan Sumbawa, NTB sudah berjalan dengan cukup cepat.
Terutama setelah pemerintah memangkas prosedur pencairan dana stimulan dari yang tadinya dengan 17 prosedur, kini menjadi 4 prosedur sejak Januari lalu.
Menurutnya, pemerintah sangat serius menangani pasca bencana di NTB. Bahkan saat ini, dana sejumlah Rp5,1 Triliun sudah disalurkan dari pemerintah melalui BNPB dan BPPD NTB ke masyarakat korban gempa bumi melalui rekening masyarakat.
Ia mengatakan, kesan lamban yang selama ini terjadi karena memang dalam prakteknya masih banyak pejabat yang khawatir akan bermasalah dengan hukum jika pola penyaluran dana bantuan stimulan tersebut tidak akuntabel dan tidak tepat sasaran.
Ia mengakui, untuk rehabilitasi pasca bencana memang cukup berat dan memerlukan waktu. Sebab, berdasarkan catatan rumah rusak akibat gempa bumi di NTB Juli-Agutus 2018 lalu tercatat mencapai 216 ribu rumah.
"Ini pun bukan Lombok saja. Kita harus menangani juga di Donggala dan Palu, kemudian di Banten, dan terakhir di Lampung. Tapi kita berusaha agar ini semua selesai, dan memang harus sabar," katanya.
Jokowi mengatakan, masyarakat Lombok harus bisa mengambil hikmah ke depan dan semua harus menyadari bahwa selain dikaruniasi tanah yang subur dan keindahan alam, pulau Lombok, NTB juga daerah rawan gempa bumi.
"Tetapi kalau nanti semua rumah tahan gempa ini selesai, maka kita semuanya bisa hidup menyatu dengan alam dan bersahabat dengan gempa.Karena tidak di kita saja, kayak di Jepang pun itu juga masuk daerah rawan gempa tapi juga mereka bisa hidup berdampingan dengan baik dengan lingkungan yang mereka miliki yaitu daerah rawan gempa," katanya. (*)