MATARAM - Program Beasiswa Luar Negeri untuk aktivis di NTB bukan untuk "membungkam" aktivis, melainkan agar para aktivis bisa lebih kritis ke depan.
"Sama sekali tidak bertujuan untuk membungkam aktivis. Tetapi justru untuk membuat mereka semakin kritis dan semakin kaya dengan gagasan inovatif untuk kemajuan bangsa. Jadi, jika ada yang bilang beasiswa aktivis bertujuan membungkam aktivis, itu tidak benar dan salah besar," tegas Direktur Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) NTB, Irwan Rahadi, seperti dikutip dari rilis tertulis Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi NTB.
BACA JUGA : Program Beasiswa Luar Negeri NTB Didanai Donatur dan CSR Perusahaan !!
Dijelaskan, beasiswa Luar Negeri untuk aktivis adalah beasiswa yang diberikan kepada para pemuda yang selama ini aktif di berbagai kegiatan dalam organisasi sosial kemasyarakatan masing-masing, sehingga memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat melalui organisasinya itu. Sejauh ini tercatat 120 Awardee untuk program beasiswa aktivis ini.
Irwan mengungkapkan, beasiswa untuk aktivis memang berbeda dari beasiswa lainnya karena tidak mensyaratkan kemampuan bahasa yang didukung oleh sertifikat bahasa seperti TOEFL atau IELTS.
Meski begitu, untuk dapat diterima pada Universitas yang ada di Malaysia para Awardee minimal memiliki sertifikat MUET atau (Malaysia University English Testing). MUET adalah alternatif untuk mereka yang belum mempunyai sertifikat IELTS dan TOEFL IBT.
"Untuk menjamin 120 Awardee diterima oleh Kampus-Kampus yang ada di Malaysia, maka LPP-NTB membantu Awardee dengan melobi pihak Penyelenggara tes yang satu-satunya ada di Jakarta untuk mengadakan tes di Mataram," katanya.
Sementara Divisi Kerjasama LPP NTB, Imanuela menjelaskan, LPP NTB juga membantu Awardee dengan memberikan subsidi terhadap tes MUET yang diikuti. Para Awardee harus merogoh kocek sebanyak kurang Lebih Rp3 juta untuk mengikuti tes MUET, namun setelah disubsidi LPP NTB, Awardee hanya perlu membayar Rp. 1.100.000,-.
"Kami berupaya membantu Awardee untuk meringankan biaya tes MUETnya. Sebenarnya, kalau seperti beasiswa regular Awardee-lah yang bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kemampuan bahasa yang dibuktikan dengan hasil tes. Namun kami ingin seluruh Awardee dapat lulus belajar di Malaysia," tutur Ima.
Lebih jauh dijelaskan, awalnya kuota untuk program beasiswa S2 ke Malaysia ini hanya untuk 20 orang sesuai dana yang tersedia. Namun, setelah tim LPP NTB berkoordinasi dengan Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah, kuota tersebut ditambah menjadi 120 orang.
"Kami mengalokasikan dana dari beasiswa lain. Contohnya dari beasiswa China, dimana saat itu kami mendapat kuota yang cukup banyak namun Awardee yang memenuhi kriteria sedikit," jelas Ima.
Ia menambahkan, animo anak muda NTB mengikuti program beasiswa aktivis ini sangat tinggi. Pendaftaran dibuka sejak 8-18 Mei 2019 lalu. Sebanyak 413 orang mendaftar dalam kurun waktu tersebut.
Dari jumlah tersebut, yang berhasil lulus dalam seleksi administrasi sebanyak 253 orang. Peserta yang lulus seleksi administrasi ini kemudian menjalani seleksi berikutnya, yaitu wawancara. Setelah seleksi wawancara, diperoleh 120 peserta yang dinyatakan memenuhi kualifikasi mendapatkan beasiswa NTB.
Sementara terkait latar belakang organisasi atau afiliasi para penerima beasiswa aktivis ini, Sekretaris LPP NTB Sri Astuty mencatat terdapat sebanyak 52 afiliasi.
Dari jumlah itu, awardee terbanyak berasal dari latar belakang 10 organisasi, yaitu HMI, KAMMI, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Karang Taruna Desa di NTB, HIMMAH NW, Sekolah Guru Indonesia (SGI), POKDARWIS, Ikatan Alumni Pondok Pesantren di NTB, Orang Muda Katolik Mataram dan Genre NTB.
"Mereka akan diberangkatkan secara bertahap bulan September nanti," tandasnya.(*)