LEBARAN TOPAT. Bupati Lombok Utara Dr H Najmul Akhyar bersama Wagub Sarifudin SH MH dan jajaram Forkopimda Lombok Utara memotong Ketupat dalam Lebaran Topat 2019. (Foto: Humaspro Pemda Lombok Utara) |
LOMBOK UTARA - Perayaan Lebaran Topat atau lebaran ketupat, 7 Syawal 1440 H, Rabu (12/6) di Lombok Utara dipusatkan seremoninya di kawasan pantai Sira, Desa Sigar Penjalin.
Seperti tahun sebelumnya Lebaran Topat di daerah ini diwarnai semangat kebersamaan dan kerukunan dalam keberagaman masyarakatnya.
Iring-iringan dulan pesaji dalam Lebaran Topat di Lombok Utara. |
Selain masyarakat muslim dari lima Kecamatan yang ada, sejumlah perwakilan masyarakat beragama Hindu dan Buddha di Lombok Utara juga ikut dalam seremoni perayaan Lebaran Topat 2019.
Seremoni Lebaran Topat 2019 dibuka Bupati Lombok Utara, Dr H Najmul Akhyar, dihadiri Wakil Bupati Sarifuddin SH MH, Ketua DPRD KLU Burhan M. Nur, SH., dan Wakil Ketua DPRD KLU Sudirsah Sudjanto.
Turut hadir Wakapolres Lombok Utara Kompol Dewa Gede Sucipta, Sekda KLU Drs. H. Suardi, MH., Perwira Penghubung Dandim 1606 Lobar Mayor I Nyoman Dirga, Kepala Kantor Kemenag KLU, Staf Ahli dan Para Asisten lingkup Setda KLU, Kepala OPD lingkup Pemda KLU, Ketua TP PKK KLU, Ketua GOW KLU, Para Camat, Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Agama.
Rangkaian acara diawali dengan Parade Dulang dan seserahan ketupat oleh masing-masing peserta perwakilan tiap Kecamatan , dipandu Pembayun kepada Bupati Lombok Utara.
Bupati Lombok Utara Dr H Najmul Akhyar saat membuka seremoni Lebaran Topat 2019. |
Dalam sambutannya, Bupati Najmul menyampaikan perayaan tradisi Lebaran Topat itu menunjukkan bahwa adat masyarakat Lombok Utara adalah adat yang bersendi syar'i.
"Apapun piranti-piranti adat yang ada, apabila kita telusuri ke belakang, maka semuanya bersumber dari ajaran agama. Terutama pada nilai-nilai dan filosofinya, termasuk lebaran topat," katanya.
Dari sisi sejarah Lebaran Topat, papar Bupati, dari dulu selesai bulan Ramadhan dilanjutkan dengan puasa enam pada Bulan Syawal.
"Rasulullah bersabda apabila melaksanakan puasa satu bulan penuh, kemudian diikuti dengan puasa 6 hari di Bulan Syawal, maka sama artinya seperti berpuasa satu tahun penuh," jelasnya.
Perayaan Lebaran Topat kali ini dihadiri pula oleh umat dari Agama Hindu dan Buddha.
Bupati Najmul menyampaikan Lebaran Topat tahun ini juga menjadi moment membangun ukhuwah untuk bangkit dari keterpurukan, setelah diguncang gempa.
"Lebaran Topat, sebuah simbolisasi bahwa setiap agenda event kebudayaan dan adat istiadat bersendikan keagamaan. Selain itu, Lebaran Topat kita jadikan ajang untuk berkumpul semua. Alhamdulillah pesertanya bukan hanya yang beragama Islam. Tak salah, kalau kemudian Kementerian Agama menganugerahkan Lombok Utara sebagai kabupaten peduli kerukunan umat beragama," tandasnya.
Sementara Wakil Bupati Lombok Utara Sarifuddin, menyatakan Lebaran Topat momen yang baik untuk bersilaturahmi di bulan Syawal.
"Apalagi, dari perayaan, kontestannya datang dari beberapa desa mewakili kecamatan," katanya.
Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara bersama jajaran Forkopimda Lombok Utara. (Foto: Humaspro Pemda Lombok Utara) |
Koordinator pelaksana yang juga Kadis Kebudayaan dan Pariwisata KLU, Vidi Eka Kusuma menyatakan, Lebaran Topat bertujuan memperkuat tali silaturahmi yang saling memaafkan hingga terciptanya kerukunan hidup, sebagaimana simbol dari ketupat.
"Event tradisional Lebaran Topat merupakan agenda tahunan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KLU. Cara untuk mempertahankan bentuk tradisi peninggalan budaya serta adat sebagai komitmen merawat kebudayaan," imbuhnya.
Peserta Lebaran Topat diikuti perwakilan dari lima kecamatan yang ada di KLU, masing-masing membawa menu kuliner secara kolosal berupa dulang dan ketupat berukuran besar.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan pemotongan ketupat raksasa oleh bupati, didampingi wabup, Ketua TP PKK KLU dan Ketua GOW KLU serta jajaran Forkopimda KLU. Acara diakhiri dengan santap ketupat secara bersama. (HmsKLU)