TUMOR GANAS. Penderita tumor ganas di Dompu mengadukan nasibnya ke Gubernur NTB dan Bupati Dompu melalui aplikasi NTB CARE. (Foto: Kolase/Dok. Dinas Kominfotik NTB) |
MATARAM - Inaq Juji, nenek berusia 65 tahun penderita tumor ganas di bagian wajah, mengadu tentang kondisinya yang semakin parah, di saat pengobatan penyakitnya terkendala biaya.
Melalui aplikasi pengaduan NTB CARE, Inaq Juji mengeluhkan penyakit yang diderita sejak tiga tahun terakhir. Tumor ganas di bagian wajahnya sudah semakin parah dan menggerogoti bibir dan sebagian wajahnya.
"Iya, dari Monta Dompu, Inak Juji 65 tahun mengadu kepada Gubernur dan Bupati Dompu, tentang penderitaannya sejak 3 tahun terakhir karena penyakit kanker yang menggerogoti bibirnya. Namun karena ketiadaan biaya, ia mengaku hanya berobat seadanya. Karena itu, melalui NTB Care, ia memohon kepada Gubernur dan Pemkab Dompu untuk memberikan bantuan Dana," kata Plt Kepala Dinas Kominfotik NTB, GP Aryadi, Jumat (7/5) di Mataram.
Penderita tumor ganas di Dompu mengadukan nasibnya ke Gubernur NTB dan Bupati Dompu melalui aplikasi NTB CARE. (Foto: Kolase/Dok. Dinas Kominfotik NTB) |
Namun, papar Aryadi, setelah dilakukan klarifikasi oleh admin NTB Care melalui hasil koordinasi Dinas Kesehatan NTB, dengan Dokter Puskesmas setempat, diketahui bahwa yang bersangkutan sudah pernah dirujuk dan mendapat layanan medis di RSU Sanglah Bali, dengan fasilitas pengobatan gratis melalui Kartu JKN.
Hanya saja, yang bersangkutan kemudian meminta pulang secara paksa, dengan alasan desakan sosial ekonomi keluarga. Sebagai warga yang tergolong pra sejahtera, kiranya dapat dimaklumi, menjadi simalakama bagi keluarga lain, jika harus kehilangan penghasilan untuk fokus mengurusnya berobat jauh di Bali.
"Karenanya, keluarga akhirnya lebih memilih untuk memulangkan secara paksa dan saat ini hanya mendapatkan perawatan dan pemantauan medis dari Puskesmas setempat. Terlebih lokasi rumahnya sangat dekat dengan Puskesmas," kata Aryadi.
BACA JUGA : Pengaduan di NTB CARE Meningkat, Gubernur Minta Kepala OPD Responsif dan Peka !!
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Dr Nurhandini Eka Dewi menjelaskan, terkait Inaq Juji, pihaknya sudah meminta keterangan dari Dikes Dompu dan Puskesmas Dompu Timur yang merawatnya.
"Informasi yang kami terima dari Kepala Puskesmas Dompu Timur bahwa yang bersangkutan diketahui bernama Po Arba atau Ina Ipo, bukan Juji," kata Nurhandini Eka Dewi.
Berdasarkan catatan medis, pada tahun 2017 Ina Ipo sudah dibawa berobat di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Bali. Namun ia meminta pulang paksa, walau pun biaya pengobatan sudah ditanggung kartu JKN.
"Jadi, tidak benar pasien ini tidak di urus. Sudah diurus sampai di Sanglah dan dia juga peserta BPJS, cuma yang bersangkutan minta pulang paksa dan tidak mau dirujuk lagi sampai sekarang," katanya.
Menurut Eka, Ina Ipo meminta pulang paksa karena pengobatannya di luar daerah dan butuh ada orang yang mendampingi sepanjang masa pengobatan yang panjang tersebut.
Saat ini Dinas Kesehatan NTB terus berkordinasi dengan Dikes Dompu dan Puskesmas Dompu Timur untuk terus memantau dan merawat kondisi Ina Ipo.
"Sampai saat ini, kesehatan warga tersebut tetap dipantau oleh teman-teman Puskesmas Dompu Timur yang kebetulan berlokasi dekat rumah pasien. Pemantauan tersebut merupakan tindakan PHN (Public Health Nurse), dan sambil terus memberikan edukasi supaya yang bersangkutan mau dirawat di fasilitas kesehatan," katanya.
Kasus seperti Ina Ipo, dimana peserta JKN sudah dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih baik, namun akhirnya minta pulang paksa, cukup banyak terjadi di NTB. Umumnya alasan paling utama ialah kesulitan pihak keluarga yang menjaga pasien selama dirawat di fasilitas kesehatan yang jauh dari rumah mereka.
"Kami sering berhadapan dengan pasien yang masalah biayanya sudah tidak menjadi masalah, tetapi keteguhan mental untuk berobat sampai tuntas itu yang menjadi masalah. Belum lagi peran keluarga besar yang justru melemahkan semangat pasien," katanya.
Beragam Aduan Diterima NTB CARE
Plt Kepala Dinas Kominfotik NTB, GP Aryadi mengatakan, keluhan Inaq Juji yang akhirnya diketahui sebagai Ina Ipo, ini merupakan salah satu dari 21 aduan dan keluhan yang diterima layanan NTB Care selama sepekan memasuki libur dan cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriyah, (1-7Juni 2019).
Pengaduan dari masyarakat di Desa Tolokalo, Dompu yang masuk ke NTB Care. (Istimewa) |
Aduan lainnya, kata dia, lebih banyak terkait infrastruktur jalan rusak dan permintaan bantuan pembangunan embung penampung air bersih di Dusun Tompo Jaya, Dompu, gundulnya Hutan di Sumbawa, Dompu dan Bima sebagai akibat perilaku perambahan/illegal logging, serta janji proyek Listrik Tenaga Surya untuk Penerangan Jalan di Desa Keli, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima.
"Ada juga pengaduan dari seorang pedagang ternak, yang merasa dipersulit untuk mendapat ijin mengirim ternak Sapi dari Sumbawa ke Lombok," katanya.
BACA JUGA : Pengaduan di NTB CARE Meningkat, Gubernur Minta Kepala OPD Responsif dan Peka !!
Aryadi mengungkapkan, sejumlah elemen masyarakat di pulau Lombok pun mengadukan hal yang tidak jauh berbeda.
Misalnya dari wilayah Gunungsari Lombok Barat, masyarakat mengeluhkan tentang timbunan sampah yang belum tertangani petugas sampah dengan baik. Juga dari pelosok lainnya di Kabupaten Lobar, terdapat pengaduan tentang aktvitas tambang illegal dan sejumlah keluhan tentang belum kelar dan meratanya distribusi bantuan dana rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencanadi Lobar dan KLU.
"Rusaknya sejumlah fasilitas lampu penerangan jalan di Lombok Timur dan beberapa ruas jalan di Kabupaten Lombok Tengah, juga dikeluhkan masyarakat, termasuk kerusakan gardu yang mengakibatkan pemadaman di beberapa pemukiman menjelang hari lebaran, banyak dikeluhkan warga melalui layanan NTB Care," katanya.
Menurutnya, selain menyampaikan pengaduan dan keluh kesah, aplikasi NTB Care juga telah dimanfaatkan oleh sejumlah kelompok masyarakat untuk berpartisipasi menyampaikan saran dan ide-ide baik guna meningkatkan pembangunan NTB sebagai rumah bersama menuju Gemilang.
Aplikasi NTB CARE. |
Dalam sepakan terakhir, papar Aryadi, adadua saran yang sangat konstruktif, yakni ide mengenai penataan taman dan tanaman pelindung di sepanjang ruas jalan yang mendukung kenyamanan, keamanan dan keindahan NTB serta penataan fasilitas pedestrian di sepanjang ruas jalan Mataram - Lombok Internasional Airport (LIA) hingga KEK Mandalika di Lombok Tengah.
"Tujuannya agar tidak terhalang oleh munculnya berbagai bangunan lain, yang merugikan hak-hak publik, khususnya pengguna sepeda dan para pejalan kaki," katanya.