HALAL BIHALAL PERADI. Tuan Guru Bajang (TGB) bersama Yenny Wahid dalam Halal Bihalal yang digelar Peradi di Hotel Pullman, Jakarta. (Istimewa) |
JAKARTA - Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi menegaskan, profesi pengacara atau lawyer merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kemajuan dan pembangunan di Indonesia.
"Saya ingin sampaikan bahwa pengacara atau lawyer menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kemajuan Indonesia. Setiap bagian pembangunan Indonesia ada kontribusi pengacara sebagai bagian dalam sistem pemerintahan," kata ulama kharismatik yang juga mantan Gubernur NTB ini, dalam Halal Bihalal Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah yang digelar Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), Rabu malam (3/7) di Hotel Pullman, Jakarta.
TGB menyampaikan, saat ia menjabat Gubernur NTB pertama kali pada 2008 silam, ada banyak sekali masalah di NTB termasuk masalah penataan asset daerah.
"NTB (saat itu) sempat disclaimer karena asset daerah. Salah satu cara yang harus saya lakukan adalah menjelaskan dan menerang benderangkan seluruh asset daerah. Saat itulah saya berinteraksi dengan beberapa pengacara, ada juga sebagai jaksa pengacara negara," katanya.
BACA JUGA : TGB Tekankan Keutamaan Keamanan !!
Menurutnya, dengan kontribusi pengacara yang mendampingi Pemda NTB saat itu, maka sekarang pembangunan NTB berjalan baik.
"Kalau anda berkunjung ke Lombok dan melihat kawasan Mandalika yang sudah terbangun dan tertata, maka di dalamnya itu ada jasa para pengacara yang menyelesaikan permasalahan tanah lebih dari 29 tahun. Di Bandara NTB sekarang, juga ada jasa para pengacara," katanya.
Hafidz alumni Al Azhar Mesir ini memaparkan, profesi pengacara juga merupakan profesi yang luar biasa dapat memberi pelajaran baik.
Ia menceritakan, ketika dulu kuliah di Kairo, Mesir, sang guru membahas tentang tuntunan dakwah. Mengutip ayat Al-Quran yang artinya ; Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah yang baik, nasihat yang baik, dan diskursi atau debat yang lebih baik.
Hikmah yang baik ialah penyampaian dakwah yang proporsional dan ada ketepatan dalam menyampaikan.
"Jadi ketika pendakwah itu bicara, dia akan lihat apa yang dibutuhkan umat. Kalau umat sedang putus asa maka dia tiupkan optimisme, kalau umat sedang terpecah maka dia mengajak bersatu kembali," katanya.
Kemudian nasihat yang baik, yang prinsip sekali dalam Alquran bahwa di dalam dakwah itu tidak sekedar nasihat tapi perlu nasihat yang disifatkan dengan baik. Contohnya bagaimana Rasulullah selalu mengedepankan pendekatan kasih sayang.
"Dan yang ketiga, ketika syeikh guru kami membahas tentang dan debatlah dengan debat yang baik ada sahabat saya dari Mesir bertanya, debat yang baik itu seperti apa?. Guru kami menjawab, pergi ke pengadilan dan lihatlah bagaimana para pengacara berdebat di sana. Jadi ternyata debat di pengadilan itu debat bermutu. Sehingga ketika bicara tentang debat yang baik bagi guru saya salah satu contohnya adalah debat dari para pengacara," katanya.
TGB berharap para pengacara bisa menghayati hal tersebut. Bahwa ternyata apa yang terjadi di ruang sidang, sesungguhnya perdebatan atau diskusi yang baik dengan substansi-substansi yang baik.
"Jadi saya ingin sampaikan para lawyer para pengacara, walau di beberapa hal atau dalam celetukan-celetukan pengacara itu serring dikonotasikan dengan "Pagah" kalau bahasa lombok itu artinya nggak mau kalah dan harus menang dalam perdebatan. Tapi sesungguhnya di dalam perdebatan antar pengacara dalam ruang sidang itu mengandung muatan dan substansi yang baik bagi kita semua," tukas TGB disambut riuh tepuk tangan para pengacara yang hadir.
Acara Halal Bihalal yang digelar Peradi berlangsung unik karena peserta yang hadir mengenakan busana adat dari berbagai daerah. Acara juga diisi dengan beragam tarian tradisional yang dibawakan oleh anak-anak jalanan yang merupakan binaan Peradi.
Selain menari, anak - anak tersebut juga membawakan lagu - lagu daerah dengan alat musik angklung. Tidak lupa mereka juga membawakan lagu nasional.
Ketua Umum Peradi, Juniver Girsang mengatakan, Halal bihalal Idul Fitri kali ini bernuansa kebhinnekaan, yang menjadi tanggung jawab pihaknya sebagai advokat.
Kebhinekaan digelar karena Peradi tetap berkomitmen terhadap UUD 1945 dan Pancasila sebagai landasan negara yang tidak bisa diganggu gugat lagi.
"UUD 1945 dan Pancasila menjadi pegangan dalam menjalankan profesi kami, dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Juniver Girsang saat memberikan sambutan.
Menurut Juniver, peringatan Halal Bihalal meningkatkan kebhinekaan. Apalagi Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Keanekaragaman tersebut menjadi tanggungjawab Peradi dalam menjalani kehidupan berbagsa dan bernegara. Apalagi sumpah dari advokat ketika bertugas adalan untuk setia kepada Undang-Undang 45 dan Pancasila.
"Kita tegaskan bahwa Undang-Undang 45 dan Pancasila harus kita jaga. Inilah makna Halal Bihalal dan kita bersilaturahmi saling memaafkan jika ada sesuatu yang tidak baik tahun-tahun sebelumnya hari ini kita tutup. Kita buat lembaran baru yang lebih baik," tandasnya.
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Yenny Wahid mengatakan, bangsa ini harus belajar dari Peradi, meski Peradi terpecah tapi tetap rukun semua. Oleh karena itu Peradi harus lebih menginspirasi bangsa Indonesia. Terkait acara Halal Bihalal yang digelar Peradi merupakan acara yang sangat unik dan khas Indonesia yang tidak ada di negara lain.
"Tradisi Halal Bihalal menurut asal usulnya juga untuk menyelesaikan konflik politisi Indonesia yang meruncing tiga tahun setelah Indonesia merdeka, tahun 1948. Waktu itu Presiden Soekarno meminta konsultasi dengan KH Wahab Chasbullah, pendiri NU. Kemudian disarankan untuk selenggarakan acara silaturahim halal bihalal," katanya.