Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid. (Istimewa) |
LOMBOK BARAT - Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid mengatakan, persatuan dan kesatuan NKRI harus tetap terawat dengan mengedepankan persatuan dan saling menghormati sesama anak bangsa.
Hal ini disampaikan Bupat Fauzan menanggapi kisruh Papua yang sempat menghangat.
Menurutnya, hal ini tidak perlu terjadi, apalagi dipicu peristiwa di Surabaya dan Malang.
"Pemkab Lombok Barat sangat prihatin dengan peristiwa Surabaya dan Malang yang akhirnya berdampak Papua. Harusnya semua menjaga persatuan dan kesatuan karena kita semua bersaudara dalam NKRI," katanya.
Bupati Fauzan menegaskan, Pemda Lombok Barat sangat tidak setuju dan mengutuk tindakan rasisme.
Ia berharap pelakunya segera diproses hukum karena yang mereka lakukan telah menodai rasa persaudaraan.
"Kami mengutuk tindakan rasisme, kalaupun benar, atas ujaran-ujaran yang menimpa saudara kami orang Papua. Kami pun mendukung pengusutan hukum atas pemberitaan hoax yang berdampak pada stabilitas ketertiban dan keamanan di tanah Papua," katanya.
Menurutnya, Pemda dan masyarakat Lombok Barat tidak akan berbuat dan mentolerir tindakan intoleran, rasis, dan saling hujat.
"Sebab Papua adalah bagian utuh dari NKRI. Sejak Dwikora, Papua yang dahulunya adalah Irian sudah sepakat menjadi bagian dari kebhinekaan Indonesia," tegasnya, Kamis (22/8) di Lombok Barat.
Bupati Fauzan mengimbau masyarakat, terutama di Lombok Barat untuk terus mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan sebagai Indonesia.
"Mari kita kedepankan persatuan dan kesatuan sebagai Indonesia, dengan saling memaafkan. Kita harus memperkuat persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa, yang sama-sama menjaga dan mencintai NKRI," katanya.
Fauzan menambahkan, untuk menjaga semangat persatuan dan kesatuan, Pemda Lombok Barat terus berupaya menjadikan daerah ini sebagai miniatur toleransi dan kebhinekaan yang tunggal ika di Indonesia.
"Itu mengapa event Perang Topat selalu mendapat perhatian untuk diselenggarakan. Besok saat Lombok Barat menjadi lokasi MTQ Provinsi, kita akan meneruskan tradisi baik yang sudah berkembang di beberapa desa yg heterogen saat pawai takbiran," katanya.
Fauzan memaparkan, dalam event tersebut akan diberikan kesempatan pula bagi masyarakat suku Bali dan Umat Hindu untuk berpartisipasi dalam moment pawai inaguratif. Begitu juga dengan umat Budha, Kristen, Khatolik, bahkan Konghucu atau Tao. (*)