LEMBAGA KAJIAN POLITIK M16. Direktur M16 Bambang Mei F (T-Shirt Putih) bersama Dewan Pendiri Mukchlis Tolomundu dan Sekretaris Lalu Athari. (Istimewa) |
MATARAM - Pendatang baru Legislator terpilih di NTB periode 2019 - 2024 berpeluang mengubah tampilan parlemen maupun merubah image negatif masyarakat terkait sepak terjang anggota DPRD yang kerap tidak aspiratif terhadap konstituennya.
Hal ini dikatakan Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram, Bambang Mei Finarwanto.
Menurut pria yang lebih akrab disapa Didu, hasil pileg 2019 telah memberikan kesempatan bagi para pendatang baru legislatif terpilih karena kreatif dalam menawarkan aneka gagasan dan terobosan kepada konstituennya selama masa kampanye.
Didu beranggapan pileg 2019 terbukti menjadi titik balik dan momentum bagi para pendatang baru yang terpilih dikursi parlemen lantaran banyak pertahana yang dijauhi pemilihnya karena kurang mendapatkan simpati dari loyalis pemilihnya.
"Secara garis besar, pileg 2019 membuktikan masyarakat di seluruh kabupaten dan kota di NTB menginginkan ada pembaharuan dan perubahan, tidak menginginkan incumben sebagai wakilnya lagi di parlemen ," ujar Didu, Selasa (13/8) di Mataram.
M16 melihat adanya kecenderungan masyarakat NTB yang lebih menginginkan perubahan.
Didu mengambil contoh pasangan Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah yang awalnya tidak diunggulkan sebagai pendatang baru, justru keluar sebagai pemenang.
Padahal, pasangan yang diusung PKS dan Demokrat itu bersaing dengan nama-nama yang relatif jauh lebih populer.
Tren perubahan semakin mengemuka tatkala pemilihan legislatif (pileg), baik tingkat DPRD Provinsi NTB, DPRD kabupaten/kota, DPR RI, hingga DPD RI yang memunculkan nama-nama baru sebagai pemenang.
"Trennya di NTB dalam beberapa tahun terakhir seperti itu, banyak pendatang baru yang justru sukses memikat hati masyarakat," kata Didu.
Didu menilai tren kesuksesan para pendatang baru dalam pileg 2019, karena petahana cenderung menganggap remeh kehadiran para pendatang baru.
Dalam pandangannya, kata Didu, pendatang baru mampu mengubah kekurangan menjadi kelebihan, hal ini yang tidak dimiliki para incumben yang kerap terbelenggu oleh zona nyaman
"Para pendatang baru paham dirinya tidak sepopuler petahanan, makanya dia maksimal turun ke lapangan, menyerap aspirasi dan keinginan masyarakat," ucap Didu.
Selain itu, keberhasilan para pendatang baru dalam pileg 2019 dipicu oleh sikap juga nothing to lose sehingga tidak begitu peduli tentang hasil akhir, melainkan berusaha semaksimal mungkin.
Selain faktor lainnya yakni tepat menggunakan strategi agar tepat sasaran dalam meraih persepsi votters.
Didu mengatakan rata-rata para pendatang baru yang sukses dalam pileg 2019 bermain pada ranah yang kerap diabaikan oleh para incumen yakni media sosial dan terobosan kampanye yang unik dan kreatif serta pola partisipatif.
"Dengan menggunakan pola-pola tersebut, masyarakat lebih merasa dilibatkan. Sudah tidak zamannya lagi kampanye dengan model konvensional, sudah ketinggalan zaman," ungkap Didu. (*)