BARAPAN KEBO. Event Barapan Kebo yang dikemas dalam rangkaian Festival Moyo 2019, di Sumbawa, mampu menjadi magnet wisata. (Foto: Dinas Kominfotik NTB) |
SUMBAWA - Ribuan orang berjubal bersama ratusan wisatawan mancanegara di kawasan Sumer Payung, Karang Dima, Sumbawa, Minggu (15/9), untuk menonton aktraksi budaya, Barapan Kebo.
Tradisi masyarakat agraris ini dikemas dalam Saka Buffalo Race Series Championship 2019 rangkaian Festival Moyo 2019 di Sumbawa.
Sejumlah wisatawan mancanegara dan para Yachter dari berbagai negara juga bersedia menambah waktu tinggal mereka, demi menyaksikan event unik tersebut.
"Banyak Yachter yang bertahan di perairan Teluk Saleh, karena tertarik Barapan Kebo ini," kata Ketua Panitia Saka Buffalo Race Series World Championship 2019 Hendri Sumarto.
Apalagi, Barapan Kebo atau lomba balap kerbau ini hanya ada dan bisa disaksikan di Sumbawa.
90 Yachter yang menonton Barapan Kebo merupakan bagian dari ratusan peserta Sail Indonesia 2019, yang bertolak dari perairan Australia dan singgah di Teluk Saleh, pulau Sumbawa sebagai destinasi singgahan.
"Mereka sangat tertarik dengan Saka Buffalo Race Series. Mereka banyak yang meminta ijin tinggal lebih lama. Jumlah mereka yang bergabung akan terus bertambah,” ungkap Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Sumbawa Iskandar.
Ada beragam aktivitas yang dijalankannya. Beberapa wisman bahkan ikut merasakan sensasi memacu kerbau di track berlumpur.
Mereka menggunakan kerbau pacu milik peserta. Sebelumnya, para wisman diberi tips dasar cara mengendalikan kerbau.
Sebab, event ini menilai akurasi dan kecepatan kerbau dalam membidik sasaran berupa Saka atau tiang khusus.
Hasilnya, para wisman mampu bertahan di atas Kareng pada track sepanjang 99 Meter.
Kareng adalah tempat berdiri para joki kala memacu kerbau. Beberapa sukses membidik target Saka. Namun, ada juga yang menjatuhkan diri sesaat kerbau mau menabrak Saka.
Ketua Panitia Saka Buffalo Race Series World Championship 2019 Hendri Sumarto menjelaskan, konsep event seperti ini hanya ada di Sumbawa.
“Saka Buffalo Race Series selalu ditunggu publik. Sebab, sangat unik dan menarik. Event ini melibatkan seluruh elemen masyarakat. Selain Sumbawa, peserta juga datang dari Sumbawa Barat. Apalagi, konsep event ini kami dorong untuk level dunia. Format event seperti ini baru ada di Sumbawa. Selain cepat, di sini juga ada akurasi,” jelas Hendri.
Kejuaraan ini diikuti 32 tim. Mereka adalah tim terbaik 20 besar dari tingkat desa. Total ada 160 pasang kerbau yang dilibatkan.
Mereka bertarung pada 3 kelas berbeda, seperti Saka 3 (Kerbau Kecil), Saka 2 (Kerbau Besar), dan Saka 1. Saka 1 jadi ajang pertarungan tim terbaik dari Saka 3 dan 2. Peserta harus mengumpulkan point terbanyak dari kecepatan dan akurasi.
Untuk akurasi, parameternya adalah Karing di antara 2 kerbau yang menambrak Saka. Bila Karing bisa menabrak Saka secara akurat, maka point yang diraih 100. Untuk tim tercepat mendapat angka 160.
Dan secara khusus, Saka menjadi konseptual hubungan vertikal manusia. Sebab, para joki dituntut untuk membuat alur laju kerbau lurus hingga menabrak Saka.
“Antusiasme wisman sangat luar biasa. Mereka mau menunggu untuk bisa menikmati keunikan event ini. Secara umum, Saka Buffalo Race Series merupakan permainan rakyat tradisional. Sport budaya lokal. Tapi, kemasannya menarik dengan konsep series. Sekarang tinggal lokasi eventnya didekatkan dengan bersandarnya yacht,” tegas Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang kebudayaan Taufik Rahzen. (*)