Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah saat menjelaskan soal kerjasama pendidikan dengan Chodang University. (Istimewa) |
MATARAM - Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah mengakui kerjasama pendidikan dengan Chodang University, Korea Selatan tidak berjalan baik.
Pemprov NTB akan melakukan evaluasi dan membenahinya ke depan.
Hal ini disampaikan menanggapi imbauan dan rekomendasi Ombudsman NTB yang menemukan dugaan penyimpangan prosedur dalam pengiriman mahasiswa NTB ke Korea.
BACA JUGA : Ombudsman Temukan Indikasi Penyimpangan Prosedur dalam Kasus Chodang
Gubernur Zul mengatakan, Pemprov NTB mengapresiasi imbauan dan rekomendasi Ombudsman terkait masalah ini. Hanya saja, ia juga ingin memastikan bahwa publik mengerti benar alur sebenarnya masalah Chodang ini.
"Ya biasa saja, tapi kan mungkin Ombudsman tidak mengetahui kelengkapan ceritanya. Saya kira rekomendasi Ombudsman untuk lebih berhati-hati, saya kira wajar saja dan kita memberikan apresiasi," kata Gubernur Zul, Selasa (10/9) di Mataram.
Zulkieflimansyah menjelaskan, pengiriman lulusan D3 Kesehatan untuk melanjutkan pendidikan S1 di Chodang University sebenarnya bermaksud baik. Pemprov NTB kemudian menampung dan mencoba memfasilitasinya.
"Beasiswa yang ke Korea ini, sebenarnya yang ingin mahasiswa kuliah keluar negeri bukan hanya kita saja. Termasuk kalau misalnya yang Korea itu, misalnya ada orang punya niat baik tentu Pemda menampung," katanya.
Jika dalam perjalanannya ternyata tidak sesuai antara harapan dan kenyataan, maka hal ini akan menjadi pelajaran untuk dievaluasi dan dibenahi ke depan.
"Kita coba perbaiki mekanismenya, selanjutnya melihat apa kekurangan untuk mencari perbaikan bersama. Tapi yang konyol kalau kebetulan langsung dikaitkan dengan penjualan manusia. Ini saya kira terlampau jauh," tukas Gubernur Zul.
Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama berkontribusi positif dan menjada kondusivitas daerah.
"Jangan sampai kita membuat kesan bahwa setahun kepemimpinan Gubernur baru harus gaduh. Harus kelihatan berisik, padahal menurut saya, ini masalah yang tidak besar. Nggak ada niat misalnya untuk human trafficking, itu terlampau jauh. Kalau ada prosedur yang (tidak) benar ya kita perbaiki," katanya.
Menurutnya, temuan dan rekomendasi Ombudsman NTB akan menjadi masukan yang baik dan akan disikapi.
"Bukan hanya Ombudsman, tapi yang lain juga kita sikapi dengan baik. Kita berterimakasih pada Ombudsman dan mudah-mudahan masyarakat menyadari kita punya Ombudsman, (sehingga) kalau ada yang bisa disampaikan ada kanalnya," ujarnya.
Terkait nasib mahasiswa di Chodang University, Gubernur Zulkieflimansyah menjelaskan, mereka akan difasilitasi oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Provinsi NTB yang sudah punya pengalaman baik.
"Ya memang perlu pengalaman internasional. Kan yang beasiswa internasional ke Korea ini (panitianya) tidak punya pengalaman internasional. Sehingga ketika kami meminta LPP untuk membackup, ya LPP lah yang ke depan mengurus semua beasiswa itu. Karena teman teman di LPP itu ada passionnya, kemudian mereka punya pengalaman internasional," katanya.
Ia mengungkapkan, program Chodang ini sebenarnya diinisiasi dr Hamsu dari Universitas Mataram.
Hamsu menyampaikan NTB punya banyak perawat yang belum S1, dan Chodang University tengah membuka program akselerasi yang bagus.
"Saya ingin memastikan sehingga saya minta Kadis (Kesehatan) sama Dirut (RSUP NTB) ke Korea. Oh ternyata benar, dan Presiden Chodang datang (ke NTB), baru kita kirim," katanya.
Ia mengatakan, kasus Chodang ini bisa menjadi pembelajaran ke depan, bahwa pengalaman memang dibutuhkan oleh pihak yang hendak memberangkatkan mahasiswa ke luar negeri.
"Ya teman-teman yang belum punya pengalaman ini akhirnya juga menyadari bahwa pengalaman itu penting," katanya.
Gubernur Zul berharap masalah Chodang tidak sampai menyurutkan semangat pendidikan masyarakat NTB.
Ia juga menyayangkan sejumlah pihak yang diduga "mengompori" dan membesar-besarkan masalah ini.
Misalnya soal mahasiswa Korea yang tidak dapat makan di kampus. Hal itu terjadi karena memang sedang libur musim panas di sana, namun yang beredar justru dikatakan terlantar.
"Nah, yang simpel-simpel kayak gitu kan kalau gak terinternalisasi dengan baik disangkanya macam-macam, apalagi menyebar di facebook. Makanya (seperti) ada yang sengaja ngomporin juga, itu kita menyayangkan. Jangan sampai nanti ada program bagus nanti ketakutan berlebihan nanti kita kapok berlebihan, kan begitu. Padahal peluangnya banyak," katanya. (*)