KH Ma'ruf Amin saat membuka The Internasional Halal Tourism Conference, Kamis malam (10/10) di Mataram. |
MATARAM - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof. KH. Ma'ruf Amin mengatakan, wisata dalam perspektif halal bukan objek wisata yang dirubah menjadi halal, akan tetapi halal yang dimaksud adalah penyediaan pangan yang disajikan dalam restoran, ketersediaan tempat ibadah dan hotelnya dapat memiliki standar kehalalannya.
Sehingga orang yang berkunjung di NTB merasa nyaman dan menyenangkan. Jadi tidak akan pernah merubah alamnya atau objek wisata lainnya.
"Layanannya yang kita beri kehalalannya. Dan MUI akan terus menopang perkembangan industri halal di Indonesia, terutama di NTB yang sedang giat mengembangkan wisata halalnya," kata Wakil Presiden RI terpilih ini, dalam pembukaan The Internasional Halal Tourism Conference, Kamis malam (10/10) di Mataram.
Kehadiran Wapres terpilih tersebut didampingi Menteri Pariwisata, Arif Yahya, Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Steering Committe internasional halal conference, Muhyidin Junaidi, Direktur Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), Sutan Emir, Ceo cressentrating Asia, M. Fazal Bahardeen serta bebera pejabat pemerintah lainnya.
Konferensi Wisata Halal Internasional dengan mengusung tema "Halal is Our Way of Life" atau halal adalah cara hidup kita.
Menurut Ma'ruf Amin tema yang diangkat oleh Majelis Ulama Indonesia agar dapat mengembangkan wisata halal di Indonesia salah satunya, destinasi wisata di Provinsi NTB yang telah dinobatkan sebagai World's Best Halal Tourism Destination dan World's Best Halal Honeymoon Destination pada tahun 2015 lalu.
"Upaya kita untuk memoles destinasi wisata halal agar lebih indah. sehingga menjadi daya tarik tersendiri dan memiliki keunikan dibanding wisata daerah lain. Tentu dengan standar halal dalam makanan dan minuman dipastikan sudah memenuhi standar halal internasional," ujarnya.
Menurutnya, fasilitas penunjang halal tourism akan terus membenahi Kementerian Pariwisata. Seperti restoran, hotel, travel dan fasilitas penunjang lainnya.
Sehingga orang datang ke Indonesia dan NTB merasa aman dan nyaman. Apalagi NTB punya Islamic Center yang ditetapkan sebagai icon wisata religi dan sebelumnya telah dilaunching lampu hias yang menambah keunikannya. Ini merupakn icon menarik bagi pengembangan wisata halalnya.
Ma'ruf Amin mengatakan, lebih dari 50 lembaga sertifikasi halal dunia mengacu pada standar MUI.
Karena itu, MUI telah banyak memberi pengakuan kepada lembaga halal di luar negeri. Diantaranya, Sincung halal for Taiwan.
Lembaga tersebut merupakan lembaga yang mewakili MUI di Taiwan. Selain di Taiwan, ada juga di negara Korea dengan nama ' Ini Halal Korea'. Untuk itu, MUI memiliki kepentingan untuk mengembangkan halal tourism bersama dengan kementerian pariwisata.
Sementara itu, Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah mengatakan, memaknai halal tourism tidak boleh direduksi maknanya sebatas halal tourism saja.
Namun, konsep halal tourism akan disempurnakan dengan inovasi-inovasi yang memungkinkan semua orang aman, tentram dan menyenangkan ketika mereka menikmati keindahan alam NTB.
"Banyak orang yang menyangka bahwa dengan adanya halal tourism kemudian orang tidak boleh lagi berenang. Sehingga cerita menakutkan ini mematahkan semangat halal tourism," katanya.
Dengan adanya Konferensi Internasional ini, Gubernur berharap ada konsep baru yang tawarkan untuk mengembangkan wisata halal di NTB yang lebih dikenal oleh dunia internasional.
Pemerintah Provinsi NTB juga akan menyediakan sebuah pulau sebagai proyek percontohan untuk mengembangkan destinasi wisata halal.
"Sehingga orang akan berkaca di NTB.Terus terang, banyak pengusaha besar yang kami temui dari Korea, Autralia dan lainnya, ketika mereka datang ke Lombok ada aura yang berbeda," ungkap Zul.
Zul mengatakan, banyak hal yang indah, utama dan eksotisme Lombok tidak ditemukan di tempat lain. Kenapa pemerintah NTB begitu semangat mengembangkan wisata halal, karena pemerintah ingin membuktikan bahwa Islam itu sangat kompatibel juga dengan pariwisata.
"Jangan sampai umat Islam dipersepsikan tidak bersahabat dengan pariwisata," katanya.
Untuk itu, kata Dr Zul hadirnya Konferensi internasional dapat menghasilkan pemikiran yang menakjubkan.
Sehingga ide tentang halal tourism menjadi sebuah konsep yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat NTB ke depannya.
Menurut Gubernur, untuk mengembangkan wisata halal tentu dibutuhkan konferensi internasional seperti ini. (*)