Ketua Garbi NTB, Lalu Pahrulrozi dan Direktur M16 Bambang Mei Finarwanto. |
MATARAM - Klaim peningkatan jumlah kunjungan wisata yang meningkat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dipertanyakan sejumlah pihak.
Pada Kamis (3/10), Biro Humas Pemprov NTB merilis keterangan pers tertulis berjudul "Kunjungan Wisman Melonjak, Gubernur Ajak Warga NTB Persiapkan Diri".
Mengutip status facebook Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah, rilis menyebutkan angka kunjungan wisatawan asing meningkat di wilayah NTB.
Gubernur mengungkapkan kebanggaannya melihat laporan angka kunjungan wisata ke NTB.
"Senang melihat laporan bahwa pariwisata kita Alhamdulillah sudah menggeliat on the right track," kata Gubernur Zulkieflimansyah, seperti dikutip rilis Humas Pemprov NTB.
Pemprov mengkalim sepannjang bulan Agustus - September 2019, angka kunjungan wistawan ke NTB sudah bisa lebih tinggi dibandingkan dengan angka kunjungan pada bulan Agustus - September 2018.
"Agustus September 2019 ini sudah lebih banyak dari Agustus September tahun 2018," ungkap Gubernur.
Menurut dia angka kujungan wisatawan yang paling melonjak tajam dari Australia, yang mencapai 425 persen. Dengan perbandingan angka kunjungan wisatawan Australia pada tahun 2018 (Januari - September) sebesar 2.633 orang, sedangkan pada tahun 2019 sebesar 13.814 orang.
"Wisatawan dari Australia bahkan melonjak sampai 425 persen," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa persoalan memajukan industri pariwisata, tidak hanya semata menata atau mendandani destinasi wisata saja. Namun persoalan yang lebih mendasar, yakni infrastruktur sebagai akses untuk menuju lokasi sangat penting untuk dibangun. Karena seindah apapun destinasi yang kita miliki kalau akses untuk menuju kesana susah, maka wisatawan enggan untuk mengunjunginya.
"Ini menjelaskan bahwa masalah memajukan pariwisata itu bukan semata persoalan mendandani pantai dan Gunung. Tapi akses dan kemudahan menuju lokasi sangat penting! Untuk tak menyebutkannya paling penting," jelasnya.
Gubernur mengajak masyarakat NTB untuk tetap optimis, dan mempersiapkan diri dalam menyongsong kemajuan industri pariwasata.
"Ayo optimis kita songsong masa depan sambil terus menyiapkan diri untuk tak jadi penonton," pintanya.
Namun klaim pemerintah itu dipertanyakan Garbi NTB dan M16.
Ketua Garbi NTB, Lalu Pahrulrozi mengatakan, klaim peningkatan wisatawan yang juga disebar lewat infografis jika disimak baik justru bertolak belakang.
"Secara keseluruhan, di infografis yang beredar, data kunjungan wisatawan asing berkurang 10,4% atau sekitar 22.970 wisatawan. Yakni dari sebanyak 220.003 wisatawan di tahun 2018 menjadi 197.033 wisatawan di periode yang sama 2019," kata Pahrulrozi, Kamis (3/10) di Mataram.
Dari 7 negara yang ditampilkan infografisnya, kunjungan 5 negara berkurang, dan 2 negara meningkat.
Ia menilai sedikit peningkatan terjadi karena Kementrian Pariwisata memberikan “subsidi” bagi pariwisata NTB melalui penerbangan AirAsia. Jumlahnya pun cukup lumayan.
Menurutnya, klaim meningkayt juga terbantah dengan berita resmi statistik yang diterbitkan 1 Oktober 2019.
BPS menyebutkan jumlah penumpang pesawat yang datang ke NTB, baik domestik maupun internasional pada periode Januari-Agustus 2019 dibanding Januari-Agustus 2018, berkurang 27,82% atau berkurang dari 1,4 juta penumpang menjadi 1 juta penumpang.
"Positifnya, jumlah penumpang Juli menuju Agustus meningkat sebanyak 5,26% dibanding tahun lalu periode yang sama," katanya.
Ia menyarankan agar pemerintah daerah bisa mengurangi kebiasaan memframe informasi.
"Itu mengelabui tuan. Orang pun maklum, NTB habis gempa, jadi ada tekanan pada industri pariwisata," katanya.
Ia menambahkan, yang mesti diajukan pertanyaan, mengapa Australia-Jerman bisa meningkat sementara yang lainnya tidak? Mengapa kunjungan dua negara itu meningkat pasca gempa?.
"Jawaban pertanyaan ini bisa menjadi terobosan kebijakan," tukasnya.
Tapi, ia menekankan, jangan menyederhanakan bahwa direct flight menjadi alasan utama peningkatan wisatawan. Sebab Jerman yang tidak ada direct flight ke Lombok, juga tercatat tumbuh positif.
Tapi, ia menekankan, jangan menyederhanakan bahwa direct flight menjadi alasan utama peningkatan wisatawan. Sebab Jerman yang tidak ada direct flight ke Lombok, juga tercatat tumbuh positif.
"Emangnya semua negara mau dibikinkan direct flight juga? Apa ke Korea juga mau dibuat direct flight, biar beasiswanya lancar?," katanya.
Menurutnya, Pemda NTB juga jangan mengesampingkan fakta bahwa sejauh ini masih banyak korban gempa bumi 2018 yang belum memiliki kepastian. Bahkan berdasarkan surat BNPB, apabila sampai 25 Desember 2019, masih ada kekurangan dana stimulan, maka itu akan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
"Mari menatap lebih optimis, tanpa framing yang overdosis dan simplifikasi persoalan," kritiknya.
Sementara itu, Direktur M16, Bambang Mei Finarwanto mengatakan, arah pengembangan pariwisata NTB perlu mendapat sorotan.
Menurutnya, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Lombok melalui Bandara Internasional Lombok pada Januari-Agustus 2019 hanya sebanyak 80.232 penumpang atau turun 27,94 persen dibandingkan Januari-Agustus 2018 yang sebanyak 111.342 penumpang.
"Memang masih ada pintu masuk lain bagi turis asing seperti jalur laut. Tapi penurunan kedatangan wisman yang menggunakan moda pesawat menjadi indikator belum benar-benar pulihnya sektor pariwisata NTB," katanya.
Bambang Mei menekankan, jika kondisi rute udara sepi di tahun lalu mungkin masih wajar ada penurunan wisman. Sebab saat itu sedang ada musibah gempa bumi.
"Kalau sampai sekarang tahun ini, kok belum ada perbaikan yang signifikan,
malah menurun," tandas Didu, sapaan akrabnya. (*)
malah menurun," tandas Didu, sapaan akrabnya. (*)