Tuan Guru Bajang (TGB) dalam acara ASEAN Youth Conference 2019 bertema Society 5.0. Connecting with Technology in A Society, Sabtu malam (12/10) di Asia Pacific University, Kuala Lumpur, Malaysia. |
Di saat ekonomi global didera ketidakpastian atas perang dagang Amerika-Cina, bagaimana ekonomi ASEAN mampu menjadi penyeimbang dan kemudian mengubah ketidakpastian itu menjadi driver baru bagi perekonomian global karena banyaknya pelaku ekonomi swasta Cina mengalami kesulitan pendanaan dari bank pemerintah Cina.
"ASEAN tentu bisa menjadi pusat baru bagi produksi berbagai komoditas atau consumer products sekaligus pasar konsumsi potensial dengan daya beli yang tinggi seiring dengan meningkatnya kelas menengah di kawasan Asia Tenggara sendiri," kata Mantan Gubernur NTB, TGH Zainul Majdi atau populer disapa Tuan Guru Bajang (TGB), dalam forum ASEAN Youth Conference 2019 bertema Society 5.0. Connecting with Technology in A Society, Sabtu malam (12/10) di Asia Pacific University, Kuala Lumpur, Malaysia.
Kegiatan yang diprakarsai Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia ini dihadiri ratusan mahasiswa dari sejumlah Universitas di Malaysia, dan juga pejabat Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur.
Tuan Guru Bajang mencontohkan, GoJek sudah mulai memperluas area layanannya untuk ASEAN, Grab disaat yang sama juga telah melakukan hal yang sama.
"Jika ASEAN sebagai komunitas ekonomi bisa menciptakan iklim yang kondusif bagi inovasi dan ekspansi dari tiap-tiap negara anggota ASEAN, anda bisa bayangkan betapa besar potensi sirkulasi supply and demand yang bisa muncul dari dan untuk warga ASEAN itu sendiri," ujarnya.
Dalam materi yang disampaikan tentang Islam, Ekonomi, dan Moderasi, TGB menekankan, gotong royong, kolaborasi atau moderasi menjadi warisan budaya yang memperkokoh ASEAN selama ini.
ASEAN sendiri berdiri pada 8 Agustus 1967. Organisasi ini adalah organisasi regional yang paling stabil dalam eksistensinya.
Berdiri di sekitaran periode pertengahan perang dingin dan di tengah pergolakan Perang Vietnam. ASEAN tidak mengalami perubahan tulang punggung manifesto seperti organisasi regional lainnya.
ASEAN tetap berdiri teguh pada Deklarasi Bangkok dengan mengedepankan ‘the ASEAN Way’ yang berpegang teguh pada norma kultural atau budaya luhur bangsa Asia Tenggara dalam menghadapi berbagai tantangan baik global ataupun regional.
"ASEAN berdiri tegak di tengah berbagai badai politik," tukas TGB.
Menurut TGB, pokok dari budaya luhur bangsa Asia Tenggara itu ialah Gotong Royong. Esensi Gotong Royong tak lain dan tak bukan adalah kolaborasi.
Dalam proses kolaborasi itu, terjadilah proses alamiah dari para pihak yang terlibat didalamnya yang akan terus menerus mencari apa yang disebut sebagai Jalan Tengah dimana perbedaan dimaknai sebagai kekhasan, ciri unik, atau DNA yang tidak perlu dilenyapkan.
TGB menegaskan, perbedaan adalah khasanah keberagaman yang menyatu menjadi rasa pertanggungan-jawab kolektif atas kemajuan atau kemunduran bersama.
Maka intisari dari Gotong Royong itu adalah moderasi.
"Jika kita kembali kepada ASEAN, tentulah moderasi adalah modal politik terbesar kita sebagai ‘bangsa regional’ dengan ciri khas masing-masing warga bangsa pada tiap-tiap negara di dalamnya," katanya.
TGB memaparkan, saat ini penduduk ASEAN telah mencapai lebih dari 600 juta orang, bahkan mendekati 650 juta penduduk. Jumlah yang lebih besar dari Uni Eropa hari ini, dan pastinya lebih besar dari Liga Arab.
Dua organisasi ini menjadi pembanding, karena yang signifikan dari Uni Eropa adalah pengaruh ekonominya dan yang kuat dari Liga Arab adalah penduduk Muslimnya.
"Dari titik ini, barulah menjadi kontekstual ketika kita bicara tantangan kontemporer ASEAN sebagai ‘bangsa regional’ dan bagaimana kita mengelolanya. Dua kata kunci, ekonomi dan Islam," tegas TGB.
Sehingga selain kekuatan ekonomi yang sudah terbangun, maka kata kunci kedua ASEAN adalah Islam.
TGB memaparkan, sebagai agama dengan penganut terbesar kedua menurut catatan Pew Research Center di tahun 2017 sebesar 1.8 miliar orang atau 24% dari penduduk dunia dan masih menjadi the fastest growing major religious group di dunia hingga saat ini.
Namun, kata TGB, pertumbuhan penganut ini tak ubahnya pasar ekonomi, dimana pertumbuhan bisa menjadi hal yang positif namun disisi lain, pertumbuhan penganut Islam saat ini tengah disertai dengan tantangan tumbuhnya fanatisme yang perlahan tapi pasti mengancam nilai moderasi.
Sehingga Islam seolah dihadapkan pada hitam-putih, disini yang benar dan yang lain salah. Tanpa memberikan ruang bagi kolaborasi, jalan tengah atau moderasi bagi pembangunan dan kemajuan bersama baik secara regional maupun global.
"Hitam-putih Islam yang tumbuh saat ini membawa kita pada kata baru, islamophobia," tukasnya.
TGB menilai, pada titik ini, ASEAN bisa dikelola secara mandiri dari para warganya dalam mengambil inisiatif untuk menjadi noise ternyaring dan akhirnya gerakan terbesar dalam mempromosikan moderasi Islam sebagai arus utama Islam saat ini di tengah persepsi negatif terhadap Islam.
"Warga Indonesia dan Malaysia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar pertama dan kedua di kawasan Asia Tenggara menjadi sangat penting di tengah pergaulan global untuk mengkampanyekan Islam sebagai Rahmatan lil Alamin," katanya.
Kekuatan ini bisa menjadi berkah bagi dunia untuk membangun inspirasi utama perdamaian dan Jalan Tengah peradaban bagi kemajuan dunia yang bisa meminimalisasi dampak dari perang dagang, adu ideologi, dan konflik identitas.
"Indonesia memang negara dengan penduduk penganut Islam terbesar dunia, apabila semangat moderasi Islam di Indonesia bisa menyatu padan dengan Malaysia, maka kita bisa menjadi kekuatan utama moderasi Islam bagi seluruh dunia," katanya.
Menurut TGB, Islam Asia Tenggara dapat menginspirasi dunia bahwa Islam tidak menegasikan perbedaan, Islam membawa Gotong Royong, kolaborasi, dan moderasi demi peradaban dunia yang maju dalam inovasi.
"Jadikanlah moderasi sebagai pesan bagi konferensi pemuda/pemudi ASEAN di Kuala Lumpur hari ini bagi dunia. Jadilah kaum muda yang menginspirasi para pembuat kebijakan saat ini untuk membentuk masa depan yang lebih cemerlang untuk masa depan Islam dan dunia," katanya.
TGB berharap para mahasiswa ASEAN bisa menjadikan Deklarasi Bangkok untuk ASEAN sebagai Deklarasi Universal dan nilai yang hidup serta tertular bagi negara-negara dan warga bangsa diseluruh dunia.
Di akhir materinya, TGB menyemangati mahasiswa untuk menjadikan Islam dan dunia sebagai rahmah bagi seluruh alam raya.
TGB menyebut pesepakbola Mesir, Mohammed Salah yang bisa menginspirasi kelompok muda ASEAN saat ini.
Terlepas aksi ciamiknya di atas lapangan hijau, saat membela Liverpool maupun Timnas Mesir, Mohamed Salah dikenal sebagai muslim yang taat.
Pendukung Liverpool pun dibuat kagum dengan ketaatan Salah sebagai seorang muslim. Begitu kagumnya fan Liverpool kepada sikap religius Salah, pesepakbola Mesir itupun dibuatkan lagu oleh pendukung The Reds.
"Belajar dari Muhamed Salah di Nottingham yang menginspirasi kita semua," katanya. (*)