NGOPI RUMAH PAN. Diskusi ringan, Ngobrol Olah Pikir (Ngopi) Rumah PAN di Sekretariat DPC PAN Kota Mataram. |
MATARAM - Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) yang dipublish Kementerian Agama dan menempatkan indeks KUB Provinsi NTB di bawah rerata nasional, dinilai kurang fair dan tidak membumi.
Sebab, faktanya kerukunan umat beragama di NTB dan Kota Mataram khususnya relatif sangat baik.
Meski dibawah angka rerata nasional dengan point indeks 73, indeks KUB Provinsi NTB yang berpoint 70, pun terkategori cukup tinggi. Tidak rendah seperti yang tergiring dalam opini indeks yang dipublish Kementerian Agama.
Benang merah itu muncul dalam Diskusi Ngopi (Ngobrol Olah Pikir) Rumah PAN, yang digelar Gerakan Muda PAN Kota Mataram, Senin sore (16/12) di Kantor Sekretariat DPC PAN Kota Mataram.
Diskusi melibatkan aktivis kepemudaan, tokoh politik, komunitas keberagaman, dan sejumlah jurnalis di Mataram.
Ketua Perhimpunan Mataram, Muhammad Nasib Ikhroman dalam diskusi Ngopi Rumah PAN. |
Ketua Perhimpunan Mataram (PM), Muhammad Nasib Ikhroman menegaskan, hasil survay indeks KUB yang dirilis Kementerian Agama dan dipublish melalui statemen Menteri Agama Fachrul Razi di sejumlah media massa tidak perlu disikapi berlebihan.
Selain karena indikator survay yang belum jelas, fakta di lapangan saat ini kondisi KUB di NTB baik-baik saja, termasuk di ibukota NTB, Mataram.
"Kami pikir survay indeks KUB ini indikatornya bukan by data. Tapi ini survay persepsi. Nah karena ini persepsi akan sangat sulit kita diskusikan. Yang paling penting bahwa kondisi hari ini Mataram dan NTB secara umum fine-fine saja kerukunan umat beragamanya," kata Ikhroman.
Menurut Achieve, sapaan Ikhroman, indeks KUB Provinsi NTB dengan point 70 masih terkategori tinggi. Bukti kasat matanya pun mudah didapat, dimana sejumlah pemukiman dihuni masyarakat dari latar belakang agama berbeda namun tetap rukun dalam kehidupan sosialnya.
"Di Mataram, Cakranegara itu bisa mewakili kerukunan umat beragama yang baik, dan semua memang baik-baik saja," katanya.
Namun begitu, Achieve menilai indeks KUB tersebut bisa dijadikan pemicu motivasi masyarakat di NTB untuk lebih dapat meningkatkan lagi kemesraan sosial dalam kerukunan umat beragama, terutama di kalangan generasi muda.
Kaum muda, papar Achieve, lebih dekat dengan teknologi komunikasi dan media sosial dengan jejaring yang luas, hampir tanpa batas.
Menurutnya, bijak dalam bermedsos akan menjadi salah satu filter yang manjur untuk meningkatkan indeks KUB.
"Tidak bisa dipungkiri, saat ini kan ujaran-ujaran kurang tepat dan bisa menimbulkan ketersinggungan antar umat beragama justru kerab terjadi di dunia maya, media sosial. Misalnya kata-kata kafir dan lain sebagainya," katanya.
Ranah medsos inilah yang menurut Achieve butuh effort dan pendekatan lebih serius dari semua pihak.
Ia menambahkan, kunci kerukunan umat beragama sebenarnya sederhana saja, yakni saling menghargai kepercayaan masing-masing.
"Sederhananya kalau merasa benar, ya jangan menyalahkan yang lain. Kalau dalam Islam ya Islam Wasatiyah," kata Achieve.
Sekretaris DPC PAN Kota Mataram Lalu Suriyadi sependapat dengan Muhammad Nasib Ikhroman.
Menurut Suriyadi, konteks keberagaman dan kerukunan umat beragama di NTB sudah sangat baik.
Kultur sosial yang terbangun di NTB, termasuk di Kota Mataram sudah mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal yang mempererat kebersamaan dalam keberagaman.
"Misalnya kita punya budaya Perang Topat, itu merupakan simbol keberagaman dan kerukunan dalam wadah tradisi budaya. Kearifan lokal seperti ini perlu terus dipupuk," katanya.
Indeks KUB NTB yang dibawah rerata nasional, menurut Suriyadi, bukan sesuatu yang harus menjadi kegelisahan. Namun sebaliknya menjadi penyemangat untuk lebih mempererat kerukunan dan kebersamaan.
Diskusi Ngopi yang digelar di Rumah PAN Mataram merupakan bagian kepedulian PAN dalam menangkap dan mengelola isu-isu strategis nasional di daerah.
Ketua Gerakan Muda PAN Kota Mataram Dillan Erlangga menjelaskan, forum diskusi ini akan dilakukan rutin berkelanjutan dengan topik dan peserta yang beragam.
Selain sebagai wadah bertukar ide dan gagasan, forum juga diharapkan bisa menjadi sarana akomodatif bagi aspirasi publik yang berkembang.
"Ngopi di Rumah PAN Mataram ini akan dilaksanakan rutin. Isunya bisa soal Hukum, Ekonomi, Lingkungan, Pariwisata, Kepemudaan dan sektor lainnya," ujar Dillan. (*)