Selebaran orang hilang untuk dokter Mawardi Hamry. (Foto: kompas.com) |
MATARAM - Sudah berjalan lebih dari tiga tahun, kasus hilangnya Dokter Mawardi Hamry hingga kini masih saja penuh misteri.
Beberapa kali pergantian Kapolda NTB, pihak kepolisian sudah berupaya maksimal, agar kasus ini tak terus menerus dipertanyakan. Toh, dimana keberadaan sang dokter masih belum pasti hingga saat ini.
Kapolda NTB Irjen Pol Nana Sudjana memaparkan, sejumlah upaya sudah dilakukan Polda NTB untuk mengungkap kasus ini.
"Untuk (kasus hilangnya) dokter Mawardi, kita terus berupaya ungkap. Karena jangan sampai ini menjadi pertanyaan setiap tahun," kata Kapolda Nana Sudjana dalam jumpa pers akhir tahun 2019, Jumat sore (27/12) di Rupatama Polda NTB.
Kapolda NTB, Irjen Pol Nana Sudjana. |
Kapolda Nana menjelaskan, dalam beberapa aksi unjukrasa kelompok mahasiswa, hal ini juga sudah disampaikan.
Sejak pertama menjabat Kapolda NTB menggantikan Irjen Pol Ahmad Juri, medio 2019 lalu, Kapolda Nana mengaku pihaknya langsung mengumpulkan jajarannya untuk mengatensi kasus dokter Mawardi ini.
Saat ini beberapa bulan berjalan, jajaran Direktorat Reskrim Umum, juga terus bekerja maksimal.
"Saya pernah sampaikan akan berupaya ungkap. Boleh dibilang itu janji, tapi harus dipahami juga jajaran kami sudah berbuat maksimal untuk ungkap kasus ini. Meski ada aksi unjukrasa dilakukan, memang saya lihat Direskrimum dan jajaran sudah maksimal," kata Kapolda Nana.
Kapolda meminta semua pihak untuk bisa bekerjasama mengungkap kasus ini. Apalagi seringkali ada rumors bahwa dokter Mawardi pernah terlihat di beberapa lokasi.
"Kita harap kerjasama. Selama ini kan ada info (dokter Mawardi) ada disini, ada disana. Tapi mana?. Sampai saat ini saya juga menunggu ada laporan dari pihak keluarga, tapi kan nggak datang laporannya," katanya.
Kasus hilangnya dokter Mawardi mencuat pada Maret 2016 silam. Mawardi yang saat itu menjabat Direktur RSU Provinsi NTB dikabarkan menjadi korban penculikan.
Direktur Reskrimum Polda NTB, Kombes Pol Kristiaji menjelaskan, kasus hilangnya dokter Mawardi Hamry dilaporkan pertama kali oleh H Rosiady Sayuti, yang saat itu menjabat sebagai Sekda Provinsi NTB.
"Jadi awalnya ada laporan dugaan penculikan dokter Marwadi yang dilaporkan oleh pak Rosiadi. Berdasarkan laporan itu, kami lakukan pemeriksaan awal, namun ternyata tidak ditemukan indikasi penculikan," katanya.
Karena tidak memenuhi indikasi penculikan, laporan H Rosiady Sayuti pun dicabut. Dan, seiring waktu kasus ini seperti menjadi makin gelap.
"Kalau bukan penculikan, berarti dia pergi sendiri. Dia kan dewasa kalau pergi ya sudah silahkan saja, dicari pun kemana?," tukasnya.
Kristiaji menegaskan, selain belum menerima laporan resmi dari pihak keluarga, dokter Mawardi juga tidak terlibat suatu tindak pidana. Sehingga kepolisian tidak bisa mencarinya dengan status daftar pencarian orang (DPO).
"Kecuali kalau dokter Mawardi ini pelaku kejahatan, saya bisa terbitkan DPO. Tapi kan dia bukan pelaku kejahatan," katanya.
Menurutnya, Mawardi tetap masuk dalam daftar orang hilang, namun upaya pencarian tetap sumir. Apalagi soal hilang atau sengaja menghilang pun belum bisa dipastikan.
"Jadi ini seperti file saja. Mau ditanya kapan pun, ya jawabannya tinggal buka file saja. Akan tetap sama," tegasnya.