Profil Kemiskinan NTB September 2019. (Sumber : BPS NTB) |
MATARAM - Provinsi NTB masih menyandang predikat 10 besar Provinsi di Indonesia dengan persentase penduduk miskin terbesar.
Data profil kemiskinan September 2019 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) awal 2020 ini mencatat, persentase penduduk miskin di NTB sebesar 13,88 persen, masih menempatkan NTB di posisi ke delapan dalam 10 besar.
Posisi NTB dibawah angka rata-rata nasional yang tercatat 9,22 persen.
NTB sedikit lebih baik dari Provinsi tetangga di timur, NTT yang tercatat sebesar 20,62 persen. Namun NTB jauh tertinggal dibanding Provinsi tetangga di barat, Bali.
Dengan persentase penduduk miskin tercatat 3,61 persen, Bali jauh meninggalkan rata-rata nasional dan menduduki posisi kedua Provinsi dengan prosentase penduduk miskin terendah, setelah DKI Jakarta yang tercatat 3,42 persen.
"Jika dibanding dengan data profil kemiskinan Maret 2019, maka persentase penduduk miskin NTB pada September 2019 menurun dari 14,56 persen menjadi 13,88 persen. Tapi secara nasional NTB masih berada di urutan ke delapan Provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar," kata Kepala BPS NTB, Suntono, dalam keterangan pers, Rabu (15/1) di aula kantor BPS NTB di Mataram.
Profil Kemiskinan NTB September 2019. (Sumber: BPS NTB) |
Suntono mengungkapkan, jumlah penduduk miskin di NTB pada September 2019 tercatat sebesar 705,68 ribu orang (13,88 persen). Sementara pada Maret 2019, jumlah penduduk miskin di NTB sebesar 735,96 ribu orang (14,56 persen).
"Terlihat adanya penurunan persentase penduduk miskin (P0) selama periode Maret 2019 – September 2019 yaitu sebesar 0,68 persen poin," katanya.
Data BPS menyebutkan, pada September 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebesar 365,05 ribu orang atau 14,85 persen, sedangkan penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 340,63 ribu orang atau 12,97 persen.
Menurut Suntono, peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Hal ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada September 2019, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 74,35 persen untuk perkotaan dan 74,87 persen untuk perdesaan.
Data yang sama menyebutkan, pada periode Maret 2019 - September 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan dari 2,327 pada Maret 2019 menjadi 2,119 pada September 2019.
"Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat cenderung mendekati Garis Kemiskinan. Kemudian Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) justru mengalami peningkatan dari 0,478 pada Maret 2019 menjadi 0,519 pada September 2019. Ini berarti kesenjangan diantara penduduk miskin semakin melebar," tukas Suntono.