MAKAM DENDE KALIJAGA. Haji Awan bersama seorang peziarah di Makam Dende Kalijaga, Kota Mataram. |
MATARAM - Keramaian semakin terasa menjelang senja di kawasan pantai Gading dan Pantai Mapak Indah, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram. Dua pantai bertetangga yang belakangan menjadi destinasi alternatif berwisata di Kota ini, memang menawarkan panorama "Sunset Sempurna".
Beragam kuliner laut dan penataan pantai yang dikemas apik berkat swadaya masyarakat pesisir menjadikan Gading dan Mapak Indah sebagai pelipur bagi yang butuh rekreasi di Kota yang minim hiburan ini.
Toh, di luar keindahan pantai dan kreasi wirausaha di sana, kawasan itu sebenarnya sudah menjadi magnet tersendiri sejak lama.
Sekitar 100 meter dari bibir pantai, tepat di perbatasan Gading dan Mapak Indah ada areal kompleks makam Dende Kalijaga.
Meski tak banyak literasi tentang Dende Kalijaga, konon para pecinta spiritual sudah dari dulu melakukan ritual nyekar, berziarah ke makam yang dinilai memiliki daya dan karomah.
"Makam Dende Kalijaga. Beliau ini adalah istri dari Raja Bali Lombok, Anak Agung Karangasem. Dulu kerab kita temukan orang-orang yang bertapa di sekitar makam, permintaannya macam-macam seperti minta kewibawaan, dan minta bantuan terlilit hutang," kata H Mahendra Irawan, pengelola kawasan wisata Pantai Mapak Indah.
BACA JUGA : Pantai Mapak Indah, Destinasi Eduwisata Menarik di Pesisir Kota Mataram
Pria santun yang akrab di sapa Haji Awan ini menjelaskan, Dende Kalijaga ialah seorang putri kedatuan zaman dulu dari Desa Kalijaga di Lombok Timur.
Di masa pendudukan kerajaan Karangasem Bali di Lombok abad 18 silam, Dende rela dipersunting oleh Raja Anak Agung Karangasem agar ekspansi wilayah kekuasaan Kerajaan Karangasem tak sampai meluas ke wilayah Lombok Timur.
"Ya kalau istilah sekarang seperti perkawinan politis," kata Haji Awan.
Menurutnya, sejak tahun 1990-an silam banyak peziarah yang datang ke kompleks makam Dende Kalijaga di kawasan pantai Gading dan Mapak Indah ini. Sebagian memberikan doa dan penghormatan atas jasa Dende Kalijaga, dan tidak sedikit yang datang untuk keperluan klenik.
Bahkan di era kekinian, Haji Awan mengungkapkan, ada juga sejumlah pejabat daerah yang berziarah ke makam ini.
"Bukan hanya masyarakat biasa. Pejabat juga ada yang ke sini, minta kewibawaan, minta jabatannnya langgeng atau semacamnya," kata Haji Awan.
Berharap Cagar Budaya Pemanis Destinasi
Makam Dende Kalijaga berada di kompleks pemakaman yang dikelilingi pagar tembok. Makam terletak di bawah sebuah pohon beringin, dengan dua batu nisan berukir yang mulai pudar.
Bagi pecinta spiritual, energi sekitar makam cukup kuat. Namun terasa biasa bagi awam yang kurang paham.
Haji Awan mengaku punya pengalaman spiritual di kompleks makam ini. Tapi alih-alih membagikan kisah klenik, ia justru menyarankan agar berziarah ke tempat ini tanpa embel-embel meminta-minta.
"Kalau berziarah ke sini ya berziarah makam saja, tanpa keinginan-keinginan berlebihan," katanya.
Ia justru berharap ada perhatian pemerintah daerah untuk menjadikan kompleks makam sebagai cagar budaya. Seperti juga kompleks makam Loang Baloq, yang menyimpan banyak sejarah daerah ini.
Tentu saja, sebelum itu harus ada upaya bersama menelusuri sejarah tentang Dende Kalijaga. Sebab, hal itu akan menambah manis destinasi wisata di kawasan pantai Gading dan Mapak Indah.
"Ibaratnya kita punya situs sejarah di sini, dan saat ini destinasi pantainya sudah cukup terkenal dan ramai dikunjungi. Tapi, kalau ada pengunjung yang bertanya tentang makam Dende Kalijaga ini, saat ini pasti sangat sedikit yang bisa menjelaskannya," katanya. (*)