Bersama Lawan Corona. |
UNTUK yang masih pagah dan enggan mengikuti anjuran pemerintah dalam status siaga darurat Covid-19 di NTB.
Tolong baca, resapi dan pahami dengan baik ya !!.
Pandemi Covid-19 ini lebih mengerikan dari Gempa 2018 lalu. Gempa 2018 memang menimbulkan trauma. Tapi setidaknya, sebagian besar masyarakat NTB bisa terjaga dan menghindar, karena gempa ada suara, ada getarannya.
Tapi, virus Corona penyebab Covid-19 menyebar silent, senyap dengan daya jelajah sangat cepat dan bisa segera memapar siapa saja.
Kerusakan lebih dari 200 ribu rumah penduduk di NTB saat gempa 2018 dan 600-an korban jiwa, akan menjadi tidak seberapa dibanding dengan jumlah korban Covid-19 pada skenario terburuk, jika pandemi Covid-19 benar-benar terjadi dalam skala maksimal di Provinsi NTB.
Oke kita analisa ya. Jumlah penduduk Provinsi NTB di Lombok dan Sumbawa mencapai 5 juta jiwa lebih (5.013.687 jiwa/Data BPS NTB, 2019 tentang NTB dalam angka 2018).
Dari jumlah itu, penduduk berusia 60-64 tahun tercatat 156.011 jiwa, berusia 65-69 tahun tercatat 108.477 jiwa, berusia 70-74 tahun tercatat 73.249 jiwa, dan di atas 75 tahun tercatat 75.863 jiwa.
BACA JUGA : Update Data Covid-19 NTB Per 28 Maret 2020
BACA JUGA : Update Data Covid-19 NTB Per 28 Maret 2020
Artinya secara komulatif penduduk berusia diatas 60 tahun di NTB mencapai 413.600 jiwa. Jumlah yang hampir sama dengan seluruh penduduk di Kota Mataram, dan jauh lebih besar dari seluruh penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat.
Mereka ini kelompok paling berisiko, dan bisa fatal bila terpapar Covid-19. Data WHO menunjukan penyebaran Covid-19 di Wuhan, China memakan korban jiwa terbesar di usia rentan 60 tahun ke atas, selain mereka yang memiliki penyakit bawaan.
Para berisiko itu 413 ribu jumlahnya di NTB, mungkin termasuk ayah-ibu kita, paman dan bibi, kakek dan nenek kita.
Dari data BPS NTB juga, jumlah balita, bayi dan anak berusia 0-4 tahun di NTB tercatat sebanyak 498.313 jiwa. Sebagian besar dari mereka tentu anak-anak kita, keponakan, atau adik kecil kita.
Anda yang muda millenials berusia 20-40 tahun mungkin akan baik-baik saja ketika terpapar Virus Corona. Tapi anda akan menjadi carrier, penular yang tanpa gejala klinis ke siapa saja.
Terbayang kah ketika anda keluyuran, berkumpul dan tidak mengindahkan social distancing yang dianjurkan pemerintah? Suatu ketika anda merasa sehat namun menulari wayah-wayah kita, dan juga balita-balita kita ketika pulang??
Maka saat ini lah kita semua harus berbuat, berguna untuk NTB ini dengan lebih banyak diam di rumah, ikuti anjuran pemerintah.
Sebab, bila pandemi berjalan maksimal di NTB, bisa dipastikan sarana kesehatan tak akan mampu menampung dan menangani semua.
Data BPS menyebutkan saat ini NTB hanya memiliki 32 Rumah Sakit, negeri dan swasta, 156 Puskesmas, dan sekitar 569 Puskesmas Pembantu tersebar di Lombok dan Sumbawa.
Jumlah yang tentu sangat terbatas jika harus menampung bahkan 20 persen saja dari angka 413 ribu penduduk berusia 60 tahun ke atas. Apalagi 498 ribu balita-balita kita.
Hei, ayo buka mata dan pikiran kita. Jangan lagi meremehkan Covid-19 dan dampaknya.
Tidak perlu panik, namun waspada. Jangan terpancing isu hoax dan ikut menyebarkannya.
Biarkan pemerintah dengan segala kelengkapannya menangani Covid-19, sementara kita semua ikut membantu dengan cara yang kita bisa.
Seperti juga yang ditegaskan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah ; Saat ini saat yang tepat bagi kita semua untuk menjadi pejuang kemanusiaan, pahlawan kemanusiaan. Caranya, ikuti anjuran pemerintah, maksimalkan pola hidup sehat, taati setiap keputusan yang diterbitkan selama masa siaga darurat Covid-19 di Provinsi NTB.
Pemerintah Provinsi NTB menyediakan laman resmi Satgas Pemerintah Provinsi NTB Penanganan Covid-19 :
Layanan Hotcall penanganan penyebaran Pendemik Covid-19 di NTB, bisa hubungi telepon berikut :
#NTB Kuat
#Bersama Lawan Corona
#Kami Bersedia Diam Di Rumah
#Kami Bersedia Jaga Jarak
#Bersama Lawan Corona
#Kami Bersedia Diam Di Rumah
#Kami Bersedia Jaga Jarak