BPBD NTB Ingatkan Bahaya Transmisi Lokal di Kota Mataram

MandalikaPost.com
Selasa, April 28, 2020 | 23.31 WIB Last Updated 2020-04-28T15:31:24Z
H Ahsanul Khalik.

MATARAM - Jumlah pasien positif COVID-19 di Kota Mataram hingga 28 April 2020 sebanyak 74 orang. Namun, dari kasus tersebut angka pasien sembuh mulai meningkat.

Total pasien sembuh di Kota Mataram berjumlah 12 orang, sementara yang meninggal dua orang. Sehingga, 60 orang masih menjalani perawatan dan dalam kondisi mulai membaik. Namun demikian, Kota Mataram masih menjadi daerah di NTB yang paling banyak kasus Corona.

Kepala Pelaksana Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, H. Ahsanul Khalik, meminta masyarakat di Kota Mataram untuk selalu mengikuti imbauan pemerintah dan MUI untuk keselamatan bersama. Dia meminta masyarakat tetap menjaga physical distancing dan tidak berkumpul dalam kegiatan apapun.

"Perlu menjadi perhatian  semua  pihak, utamanya masyarakat  Kota Mataram secara luas. Jangan sampai kita semua menyesal di kemudian hari karena ketidak disiplinan kita dalam mengikuti  imbauan dan edaran MUI," kata Ahsanul Khalik, Selasa (28/4).

Dia juga menjelaskan, Pemerintah  Pusat, Provinsi dan Walikota  Mataram, bahkan sudah ada keputusan bersama Walikota, Ketua  DPRD, Kapolres, Dandim, Kepala Kantor Kemenag dan Ketua MUI Kota Mataram yang mengatur bagaimana ibadah umat Islam selama puasa. Ibadah diminta digelar di rumah masing-masing untuk memutus mata rantai penyebaran Coronavirus.

Ahsanul mengingatkan bahaya tranmisi lokal di masyarakat. Jika masyarakat tidak mengindahkan imbauan pemerintah, bisa jadi kasus positif di Kota Mataram semakin tinggi, bahkan bisa akibat transmisi lokal.

"Yang saya maksudkan dengan kita tidak menyesal di kemudian hari adalah kasus positif semakin melonjak di luar cluster yang saat ini  sudah diupayakan dengan kekuatan penuh memutus rantai penyebarannya, karena transimisi lokal yang kita tidak tahu penyebaran dan penularannya dari mana," ujarnya.

Sore tadi, mantan Kadinsos NTB ini melihat masih banyak warga berkumpul di beberapa wilayah di Kota Mataram, seperti Cakra dan Ampenan. Padahal bahaya COVID-19 mengancam mereka jika berkumpul di luar sana.

"Saya masih memperhatikan sore ini di bebrapa lokasi seperti Cakra, Kebon Roek Ampenan dan beberapa lokasi lainnya masyarakat seperti  tidak memahami mereka diikuti oleh bahaya COVID-19  yang ada di sekitarnya," ujarnya.

Terkait hal ini Kalak BPBD  NTB  selaku Koordinator Pusat Pengendalian dan Operasi Gugus Tugas NTB mengingatkan  masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi Kota Mataram dengan seksama agar lebih banyak di rumah, jika tidak ada keperluan mendesak di luar.

"Begitu juga dengan peribadatan, mari kita ibadah di rumah. Kita jangan mengikuti perasaan benar yang ada pada diri kita tapi tidak memperhatikan kebenaran yang disampaikan MUI, tokoh agama dan pemerintah bahwa menjaga keselamatan orang banyak itu jauh lebih utama dan itu juga ibadah," ujarnya.

Dia berharap Gugus Tugas Kota Mataram menggerakkan kekuatan yang ada untuk menegakkan kesepakatan bersama TNI-Polri juga Satpol PP dan lainnya untuk aktif memberikan imbauan kepada masyarakat dan menegakan physical distancing.

"Bila perlu menurunkan relawan  seperti lang-lang Kota Mataram, Dharma Wisesa dan relawan lainnya  yang terkenal sejak lama menjaga Kota Mataram untuk melakukan pengawalan dan pelarangan  langsung di jalan jalan agar kesadaran dan kedisiplinan masyarakat bisa terwujud dengan baik," ungkapnya.

Dia mengungkapkan kasus positif di Kota Mataram bukan hal yang biasa, namun justru masyarakat saat ini masih bersikap biasa.

"Kasus COVID-19 untuk Kota Mataram  bukan lagi hal biasa, tapi masyarakat masih bersikap biasa biasa, ini adalah masalah besar," tukasnya. (*)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • BPBD NTB Ingatkan Bahaya Transmisi Lokal di Kota Mataram

Trending Now