Empat oknum yang mengaku anggota LSM LIRA NTB saat berada di SMKN 8 Mataram. (Foto: Ist) |
MATARAM - Empat orang oknum yang mengaku anggota LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) NTB diduga melakukan intimidasi pada bendahara dan kepala tata usaha (KTU) di SMKN 8 Mataram, Kamis (30/4), di sekolah setempat.
Dugaan intimidasi ini menuai kecaman dari Ikatan Guru Indonesia (IGI) NTB. Pasalnya, sikap intimidasi sambil bersuara keras dengan menunjuk-nunjuk semua guru yang ada di sekolah hanya sekadar meminta data penggunaan dana BOS, dirasa tidak beradab.
"Jujur, kelakuan lima orang oknum anggota LSM LIRA itu memalukan dan tidak beradab. Kami kecam tindakan intimidasi apapun pada lembaga pendidikan (sekolah)," tegas Ketua IGI NTB Ermawanti pada wartawan, Kamis (30/4) di Mataram.
Erma mengaku, tindakan memaksa sambil menunjuk-nunjuk sudah terkategori sikap premanisme. Menurut dia, hingga kini, bendahara sekolah masih trauma atas sikap oknum LSM itu. Sehingga, karena takut, ia lantas memberikan data-data yang dibutuhkan oknum LSM itu. Padahal, data itu bersifat internal.
"Kami minta aparat penegak hukum melacak keberadaan kelima anggota LSM itu. Sikap mereka yang meminta data penyerapan dana BOS yang masih proses verifikasi internal jelas sangat meresahkan," tegas dia.
Erma menduga sangat mungkin oknum LSM ini juga melakukan praktek serupa di sekolah lainnya.
"Kalau lihat dari tampangnya tadi saat saya datang, saya sudah curiga nggak beres, karena aneh masak LSM bawa-bawa nama pak Sekda dan pejabat lainya saat ditanya soal identitas dan surat tugasnya," ucap Ermawanti.
Ia menekankan, IGI NTB menyayangkan ulah oknum LSM ini sebab bisa mencoreng keberadaan LSM lain yang benar-benar bekerja sesuai prosedur mendampingi masyarakat.
Kepala SMKN 8 Mataram, Nengah Istiqomah SPd menjelaskan, para oknum LSM itu mendatangi sekolah dan bertemu dengan bendahara sekolah dan KTU yang semuanya perempuan.
Mereka meminta berkas dan data terkait BOS di sekolah itu. Usai mendapatkan berkas dan data, kelima oknum kemudian menemui Kepala Sekolah.
"Saat bertemu saya lihat kok ada berkas sekolah, sehingga saya tanya dapat dari mana karena tanpa seizin saya. Nah mereka malah marah dan menunjuk dengan nada kasar," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya juga sempat menanyakan surat tugas para oknum itu.
"Yang jadi pertanyaan kami, apakah LSM punya kewenangan seperti itu. Padahal dalam oengawasan sudah ada institusi pemerintah yang berwenang. Lalu harus bagimana kami menyikapi LSM yang seperti ini?," tukasnya.
Sementara itu, menanggapi tudingan tersebut, Gubernur LSM LIRA NTB, Syamsuddin, mengklarifikasi hal tersebut.
“LIRA hanya mengklarifikasi berbincang santai dengan kepala sekolah dengan bertanya apakah ibu ada masalah di keuangan dana BOS atau tidak, dan kepala sekolah menjawab tidak ada masalah,” ujarnya.
Ia membatah anggotanya melakukan intimidasi. Apa yang dituduhkan tersebut tidak benar dan sangat mencoreng nama baik LSM LIRA.
“Intimidasi itu tidak benar, dan anggota kami dibekali surat tugas. Kemudian yang disebut SMK 8 itu tidak benar, yang benar SMA 9,” ujarnya.
Menurut dia, justru Ketua IGI datang mengambil alih bicara dan mengaku pengurus LSM LIRA dan Ketua IGI.
"Tidak benar LSM LIRA menunjuk guru dan kepala sekolah, tidak benar ada intimidasi bendahara. Malah yang terjadi ngobrol santai dan tidak ada kata-kata kasar,” ungkapnya.
Syamsuddin mengatakan yang dituduhkan bahwa LSM LIRA adalah penipu sangat mencoreng nama baik LSM LIRA.
“Karena kami di sini orang intelek, orang berpendidikan dan rata-rata dari kalangan bermacam, ada pengusaha, LSM, aktivis, mahasiswa. Kami lembaga internasional yang sudah mendapat rekor muri,” ujarnya.
Ia mengatakan, kedatangan di sekolah tersebut untuk mengklarifikasi laporan masyarakat, bukan untuk datang marah-marah. Bahkan dia mengaku, anggotanya tidak mengambil dokumen yang ada di sekolah.
“Kita hanya mencocokkan data sekolah dengan data kami, tidak ada meminta paksa. Bahkan bendahara mau fotocopy tapi kami menolak, karena kami mengerti itu internal mereka, jadi kita tidak mau,” jelasnya.
Sementara terkait tudingan LSM LIRA membawa nama Sekda, ia mengklarifikasi karena saat itu Ketua IGI bertanya terkait status LSM LIRA.
“Tim kami menjawab, kalau memang kami bukan LSM LIRA sebenarnya silahkan tanya Sekda, Bakesbangpol, bukan bawa nama Sekda, apa hubungannya dengan Sekda,” tandasnya.
Dia meminta Ketua IGI NTB, Ermawanti meminta maaf telah menuding LSM LIRA dan mengancam akan melaporkan perkara tersebut sebagai pencemaran nama baik.
“Saya Syamsuddin Gubernur LSM LIRA menyatakan ini mencoreng nama baik kami, dan kalau dia tidak minta maaf itu kami akan melaporkan pencemaran nama baik dan kami akan melaporkan juga terkait pengaduan temuan kami itu. (*)