Proses kemasan produk teh kelor Moringa Kidom, di rumah produksi Tri Utami Jaya, Mataram. |
MATARAM - Mendapat kepercayaan untuk mengisi produk Teh Kelor dalam 105 ribu unit paket Sembako JPS Gemilang di NTB menjadi tugas berat dan tanggungjawab yang harus dipikul perusahaan herbal Tri Utami Jaya, di masa pandemi Covid-19.
Selain harus memproduksi Teh Kelor dalam jumlah besar dan dengan waktu yang menggesa, margin keuntungan yang tidak seberapa dibanding ongkos produksi, munculnya Teh Kelor juga menjadi polemik di tengah opini sejumlah pihak.
"Iya saya paham, saja juga dengar opini berkembang dan banyak mempertanyakan kenapa teh kelor? dan kenapa Nasrin?. Tapi kalau kita berfokus pada itu-itu saja dan berdebat justru tidak membuahkan hasil. Bagi saya, ini tugas berat, dan saya harus fokus menyelesaikannya dengan baik, untuk masyarakat NTB juga," kata Direktur Tri Utami Jaya, Nasrin H Mukhtar, Senin sore (27/4) di Mataram.
Nasrin H Mukhtar. |
Nasrin mengaku tak pernah menyangka, apalagi berupaya mengajukan produk teh kelor Moringa Kidom sebagai item yang masuk dalam paket Sembako JPS Gemilang.
Suatu ketika ia dihubungi Dinas Perindusrian NTB dalam rapat pembahasan rencana paket Sembako JPS Gemilang. Dan teh kelor Moringa Kidom masuk dalam salah satu item. Minuman herbal ini dinilai sebagai salah satu suplemen vitamin C dan E yang bisa membantu imunitas tubuh menghadapi pandemi Covid-19.
"Saat itu, saya hanya berpikir bahwa pak Gubernur sangat luar biasa. Saya mengapresiasi bahwa beliau punya niat baik memberdayakan IKM di masa pandemi Covid-19 ini. Gubernur memberikan ruang dan kesempatan pada kami, ini yang kita apresiasi. Tapi sekaligus ini menjadi beban tanggungjawab yang besar yang harus kita selesaikan dengan baik," katanya.
BACA JUGA : Inspiratif !!, Nasrin H Mukhtar Mengubah Kelor Menjadi Produk Herbal Go Internasional
Menurut Nasrin, menyediakan teh kelor untuk 105 ribu paket JPS Gemilang dilakukan untuk membantu pemerintah dan terutama masyarakat NTB terdampak pandemi. Sebab dari sisi harga, paket JPS Gemilang mematok pagu yang jauh lebih rendah dari harga jual teh kelor Moringa Kidom sebenarnya.
Produk teh kelor Moringa Kidom yang siap mengisi JPS Gemilang. |
Jauh sebelum pandemi Covid-19 ini, produk teh kelor Moringa Kidom sudah mampu mengakses pasar nasional dan bahkan pasar ekspr ke sejumlah negara, seperti Taiwan, Jepang, Belanda, dan Jerman.
Produk kebanggaan NTB ini sudah dipasarkan 20 distributor nasional di sejumlah kota besar. Teh Kelor Moringa Kidom juga sudah dipasarkan melalui jejaring online shop seperti Alibaba.com dan L'Dioner.
"Bisa dicek dionline shop. Teh Kelor Moringa Kidom ini kita pasarkan Rp75 ribu untuk isi 25 sachet, dan Rp50 ribu untuk 20 sachet. Tapi di JPS Gemilang, hanya Rp17 ribu untuk 10 sachet, margin dengan biaya produksi hanya sekitar Rp2 ribu. Tapi bagi saya, ini bagian ikhtiar, kerja sosial, kemanusiaan," katanya.
Ia menambahkan, manfaat Kelor atau tumbuhan berbahasa latin moringa, sangat baik bagi kesehatan. Hal itu sudah dibuktikan melalui cukup banyak penelitian ilmiah dalam dan luar negeri. Bahkan, produk teh kelor Moringa Kidom yang diekspor ke Jepang dan Belanda, juga digunakan sebagai suplemen pelengkap terapi untuk berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan kanker.
Libatkan Warga Terdampak dan Ratusan Petani Binaan
Rumah produksi Tri Utami Jaya yang bersebelahan dengan kediaman Nasrin di Jalan Sakura Raya Blok G/10 BTN Sweta Indah Mataram, nampak sibuk, pagi hingga malam.
Lebih dari 40 orang diluar karyawan tetap, dilibatkan Nasrin untuk bekerja, memproduksi Teh Kelor Moringa Kidom. Mereka adalah para tetangga dan warga sekitar kompleks, yang terdampak pandemi Covid-19 dan tidak memiliki pekerjaan saat ini.
Ridwan misalnya, karyawan sebuah hotel di Mataram yang "dirumahkan" sejak dua bulan terakhir. Terlibat di produksi teh kelor setidaknya bisa membuat ayah tiga anak ini mempertahankan kemampuan dapur untuk tetap mengebul.
"Iya bersyukur ada pekerjaan ini, karena kita kan dirumahkan. Di sini kita di bagian pengemasan, honornya Rp115 ribu per hari, kerja delapan jam," katanya.
Proses pengemasan sachet teh celup kelor Moringa Kidom. |
Selain Ridwan, sejumlah warga terdampak yang terlibat antara lain para karyawan swasta, sopir travel, pemandu wisata, dan mahasiswa yang memang merasakan dampak pandemi Covid-19 pada keseharian dan perekonomian keluarganya.
BACA JUGA : NTB Dorong Produk Moringa Lebih Mengglobal
Nasrin mengatakan, dirinya bersyukur bisa melibatkan para warga terdampak pandemi Covid-19 dalam pekerjaan. Honor yang diberikan berkisar Rp50 ribu hingga Rp125 ribu perhari sesuai bidang yang dikerjakan.
"Untuk JPS Gemilang ini kita bagi menjadi dua shift, pagi hingga siang dan siang hingga malam. Terutama untuk warga yang terdampak ini, kita harap bisa membantu mereka juga kan," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan 105 ribu paket Sembako JPS Gemilang, Nasrin harus memproduksi tak kurang dari 1.050.000 sachet teh kelor Moringa Kidom. Sebab tiap paket JPS Gemilang diisi dengan 1 bungkus teh kelor berisi 10 sachet.
"Posisi saat ini, dari 105 ribu paket itu kita sudah produksi lebih dari 60 ribu, dan progress terus kita kebut," katanya.
Meski digesa waktu, Nasrin tak mau main-main apalagi setengah-setengah dalam memproduksi teh kelor untuk JPS Gemilang. Kualitas bahan baku hingga produk jadi teh kelor berjalan dengan pengawasan ketat agar mutu tetap sama dengan kualitas yang dipasarkan umum dan yang diekspor.
"Ada beberapa yang mencoba tawarin saya, produk jadi teh kelor dari luar daerah. Katanya, nanti di Lombok tinggal dipasang label kemasan saja. Oh, saya tidak mau itu. Saya tolak. Bagi saya bisnis yang sudah bertahun-tahun saya geluti ini, masa' harus rusak gara-gara program yang hanya beberapa bulan. Lagipula, itu tidak baik, melanggar hati nurani saya," tegasnya.
Produksi teh kelor Moringa Kidom selama ini juga melibatkan lebih dari 400 petani yang terbagi dalam beberapa kelompok tani di Bima, Dompu, Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Tengah.
Para petani memasok bahan baku daun kelor yang dikeringkan, untuk kemudian diproses di rumah produksi Tri Utami Jaya.
"Jadi memang, kami sudah melakukan produksi ini sejak 2016 lalu. Awalnya agak sulit meyakinkan masyarakat bahwa teh kelor ini luar biasa manfaatnya, tapi setelah penelitian banyak ahli dipublikasi, produk kita ternyata mampu menembus pasar nasional, bahkan beberapa negara untuk ekspor," katanya. (*)