Penulis, Alwi Hilir S.Kom,.MPd. |
Oleh : Alwi Hilir S.Kom.,M.Pd.
"Orang tua harus mampu memberikan pendampingan saat anak-anak mereka mengalami kesulitan, terutama bagi siswa pada kelas tertentu"
PANDEMI Covid-19 telah meluluhlantakkan semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih dari 200 negara dibuat tak berdaya mengahadapi serangan Covid-19. Dia tidak peduli apakah negara miskin atau kaya, negara kecil atau besar, negara maju atau terbelakang.
Semuanya merasakan kedahsyatan Covid-19 yang sampai kini masih belum ditemukan antivirusnya. Indonesia mulai terkonfirmasi pasien positif Covid-19 awal Maret lalu. Sejak itu, semua kebijakan difokuskan untuk menanganinya.
Social distancing dan physical distancing dipilih untuk memperlambat penyebaran virus tersebut. Puncaknya, pemerintah menerbitkan PP No 21 Tahun 2020 yang mengatur tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dunia pendidikan pun tak urung harus menyesuaikan dengan situasi.
PSBB yang dipilih dalam dunia pendidikan adalah meliburkan kegiatan belajar mengajar melalui tatap muka, dan menggantinya dengan belajar dari rumah. Agar proses ini dapat berjalan secara maksimal, pola dalam jaringan/daring menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari.
Jaringan internet dan penguasaan informasi teknologi (IT) merupakan model dominan. Presensi kehadiran siswa, penyampaian materi, pemberian tugas, penyerahan tugas sampai dengan evaluasi dilakukan secara online. Persoalannya, tidak semua guru memiliki kemampuan mengoprasikan komputer. Selama ini masih ditemukan guru yang gagap teknologi.
Setiap kali ada aktivitas yang berhubungan dengan komputer, mereka selalu meminta bantuan orang lain. Program belajar dari rumah secara online pun memaksa guru untuk terampil memakai komputer. Gelombang guru belajar komputer pun melanda hampir semua sekolah. Ada yang belajar secara mandiri, namun banyak juga yang belajar sesama rekan sejawat.
Semua aplikasi yang dapat mempermudah proses belajar dari rumah, diburu, dan dipelajari oleh guru. Mereka tidak ingin kelihatan gagap tekonologi (gaptek) di depan siswa pada saat online. Saat ini, waktu guru dihabiskan untuk menyiapkan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara online.
Kreativitas dan inovasi guru pun lahir dari kondisi ini. Fenomena kebangkitan guru dalam ber-ITakibat Covid-19 menjadi suatu fakta yang tidak bisa dimungkiri. Salah satu dampak yang tidak bisa dihindari adalah biaya internet untuk mendukung program ini yang kian membengkak. Hal ini mulai dirasakan oleh guru.
Agar tidak menjadi kendala di kemudian hari, akhirnya sekolah harus mencari solusi untuk mengatasi persoalan itu. Melakukan realokasi RKAS menjadi salah satu alternatif yang patut dipertimbangkan.
Pada sisi yang lain, fenomena belajar dari rumah secara online membuat orang tua siswa tidak nyaman. Selama ini orang tua selalu menyerahkan urusan pembelajaran anak kepada pihak guru/sekolah. Mereka tidak pernah mau tau apa materinya, bagaimana proses pembelajarannya, seperti apa tugasnya, serta bagaimana evaluasinya. Dengan model ini orang tua menjadi tempat bertanya bagi siswa ketika mereka mengalami kesulitan, baik dari sisi teknis IT maupun substansi materi. Selama ini hal-hal seperti itu ditangani oleh guru.
Karena itu, orang tua harus mampu memberikan pendampingan saat anakanak mereka mengalami kesulitan, terutama bagi siswa pada kelas tertentu. Belajar dan berdoa adalah kata kunci bagi orang tua. Tampaknya fenomena Covid- 19 akan mengakselarasi amanat undang-undang yang menyatakan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
Aplikasi Pembelajaran
Keberhasilan konsep belajar di rumah akan sangat ditentukan oleh penguasaan aplikasi. Sekarang ini banyak penyedia jasa IT menciptakan program yang membantu proses pembelajaran dari rumah. Dari yang paling sederhana dan gratis sampai yang paling rumit dan berbayar. Guru harus pandai memilih aplikasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang akan dilakukan. Agar terjadi sinergi yang baik, siswa/orang tua harus menyesuaikan dengan aplikasi yang digunakan oleh guru.
Sekolah hendaknya menetapkan aplikasi yang digunakan serta membentuk tim khusus yang menangani masalah tersebut. Salah satu tugas tim ini melayani konsultasi siswa/orang tua terkait persoalan aplikasi. Konsultasi harus dilakukan dengan memperhatikan social distancing/physical distancing. Salah satu aplikasi yang paling sederhana adalah Whatshapp (WA).
Biasanya digunakan pada kelas tertentu yang siswanya masih membutuhkan pendampingan. WA menyediakan fasilitas pembentukan grup dengan jumlah anggota yang cukup untuk satu kelas. Menu yang disediakan, dari pengiriman tulisan, gambar, sampai komunikasi suara juga video. Namun, model ini tidak memiliki fasilitas untuk teleconference / videoconference.
Google Classroom menyediakan menu yang lebih lengkap, bagi guru dengan kebutuhan lebih, dalam berinteraksi secara online. Selain gratis model ini dapat digunakan untuk perangkat IOS/android serta PC. Untuk mengoprasikannya siswa/ guru harus memiliki akun. Kemudian guru bisa membuat classroomdengan jumlah partisipan lebih dari 100.
Melalui Google Classroom, guru dapat membuat kelas, mendistribusikan tugas, memberi nilai, mengirim masukan, dan melihat semuanya di satu tempat. Edmodo merupakan salah satu aplikasi yang memberikan fasilitas belajar online. Ia juga menyediakan fasilitas orang tua untuk mengawasi atau memberi pendampingan putra putrinya dalam belajar online.
Guru bisa berkomunikasi, tidak hanya dengan siswa dan orang tua melainkan dengan sesama guru di mana pun, diskusi, berbagi bahan ajar, memberikan tugas, mengumpulkan tugas, melakukan penilaian dengan model seperti jenis soal benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan, isian singkat, dan lain-lain. Selain PC, IOS dan android juga mampu mengoperasikan Edmodo.
Aplikasi Schoology memiliki konsep yang nyaris sama dengan Edmodo. Pada situs ini terdapat fasilitas Attandance (absensi) yang digunakan untuk mengecek kehadiran siswa, dan juga fasilitas Analityc untuk melihat semua aktivitas siswa pada setiap course, assignment, discussion, dan aktivitas lain yang disiapkan untuk siswa. Guru harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris, karena menu dan fitur-fitur canggih Edmodo dan Schoology hanya tersedia dalam bahasa Inggris.
Salah satu aplikasi pelengkap yang banyak digunakan guru dalam pembelajaran jarak jauh adalah Zoom Cloud Meeting. Ia hadir dengan dukungan audio, video, dan text chatting. Aplikasi ini sangat cocok, jika dalam penjelasannya menggunakan presentasi power point atau demo. Dengan memanfaatkan Share Screen, seluruh siswa bisa melihat presentasi guru melalui ponsel.
Pada jaman sekarang dimana teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat disemua bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Kita sebagai ekosistem pendidikan sudah saatnya untuk menguasai teknologi informasi, dan senantiasa meningkatkan kompetensi kita. Peningkatkan kompetensi guru yang selaras dengan kemajuan teknologi.
Di era modern saat ini guru juga harus dapat beradaptasi dengan siswa yang sudah terpengaruh dengan pesatnya kemajuan teknologi yang ada. Maka dari itu guru yang berkualitas diperlukan, agar ia tidak ikut terbawa dengan kemajuan teknologi yang ada melainkan guru tersebut bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk lebih mengembangkan cara mengajarnya.
Dapat disimpulkan guru berkualitas akan membawa pengaruh sangat besar dalam pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang bermutu tercipta dari peran seorang guru yang berkualitas. (*)
*Penulis adalah Instruktur Laboratorium TIK SMK Imtaq Darrurrahim Jakarta, dan anggota Komunitas Sabuara'a Ndai Mbojo.