Direktur LOGIS M Fihiruddin. |
MATARAM - Tulisan opini Dr. MA. Muazar Habibi, S.Psi.,M.Psych.,M.Pd, Koordinator Tim Ahli Percepatan Penanganan dan Dampak Covid-19 Kabupaten Lombok Barat tentang perkembangan corona di sejumlah media massa menjadi viral di banyak media sosial.
Inti tulisan Muazar menyimpulkan corona atau Covid-19 tidak beda dengan flu biasa. Hal ini menurut sebagian pihak bisa berpotensi membuat masyarakat mengabaikan anjuran pemerintah di tengah pandemi ini.
Direktur Lombok Global Institute (LOGIS), M Fihiruddin menyayangkan pendapat tentang corona dari Muazar ini.
"Ini kan dia anggota Tim Ahli Covid-19 Lombok Barat. Faktanya kasus positif di Lombok Barat tinggi, kenapa justru menyampaikan opini yang bertolak belakang. Covid-19 ini belum ada yang benar-benar paham, para pakar kedokteran dan epidemiologi juga masih meneliti, kok sudah disimpilkan cuma kayak flu biasa. Jangan asal ngomong lah," tegas Fihir.
Fihir mengatakan, hal ini harus menjadi perhatian Bupati Lombok Barat. Sebab Tim Ahli yang notabene bersama Pemda Lobar, justru menerbitkan informasi yang tidak mendasar.
Pernyataan Muazar dinilai bertolak belakang dengan upaya Pemda Lombok Barat dalam percepatan penanganan Covid-19 di daerah itu.
"Jelas ini Tim yang tidak singkron, jadi sok tahu kesannya. Bupati harus tegas, atau jangan-jangan ini diduga sengaja disupport Pemda sendiri," katanya.
Selian LOGIS, opini Muazar juga dikritisi seorang tenaga medis.
Kurnia Pujiati, SKM, MPH menulis tanggapan untuk opini Muazar.
"Bagaimana ceritanya seorang “Koordinator Tim Ahli Percepatan Penanganan Covid-19” membuat pengakuan yang diluar dugaan. Beliau itu “Tim Ahli” tapi kenapa pernyataan2 beliau seakan beliau tidak tau apa2 mengenai penanganan Covid-19 di Lobar atau NTB. Terlihat dari informasi yang beliau kumpulkan “hanya” dari mantan pasien covid yang sembuh. Bukan dari nakes atau sumber lainnya. Kan kasihan," kesal Kurnia Pujiati.
Ia menekankan, sangat lucu seorang “Tim Ahli Penanganan Covid” tidak memiliki akses informasi yang valid mengenai penanganan covid di RS dan tidak tau seluk beluk penanganan covid dan embel-embelnya termasuk biaya dll.
Dan bahkan hanya bikin kumpulan fakta dari mantan pasien. Bukan dari sumber yang menangani (nakes). Seharusnya beliau ini sangat hatam, ahli dan sangat memiliki informasi yang jelas dan valid tentang penanganan covid-19 di NTB.
"Kalau tim ahli aja nggak tau apa2, lalu siapa dan dimana informasi valid tentang covid ini yang bisa kita percaya ? Kenapa beliau mengaku nakes dan media tidak transparan ? Jika benar tidak transparan, kenapa nakes dan media tidak transparan ke “tim ahli covid” ini ? kenapa nakes menutup-nutupi info tentang penanganan corona ke tim ahli ? Kenapa nakes tidak memberikan tim ahli akses masuk ke RS ? Kenapa ? Bukankah seharusnya mereka bekerja sama ?," tegasnya.
Ia justru menduga “tim ahli” hanya di buat2 saja, tapi tidak pernah benar2 melakukan “penanganan percepatan” sama sekali.
"Karena bagaimana seseorang akan melakukan “percepatan penanganan penyakit”, kalok seluk beluk penyakitnya dan proses penanganan dll seorang ahli tersebut tidak tau secara pasti. Atau memang benar ada sesuatu dibalik Covid-19," ujar dia.