Dugaan anjuran APD bekas pakai di Kabupaten Sumbawa Barat. |
MATARAM - Alat Pelindung Diri (APD) menjadi satu-satunya tameng bagi para tenaga kesehatan yang bertugas di tengah pandemi corona saat ini. Lengah sedikit saja, para nakes ini pasti berisiko besar terpapar corona.
Sayangnya, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) Provinsi NTB, dugaan tenaga kesehatan terpaksa memakai ADP bekas pakai, justru mencuat di saat angka kasus secara umum di NTB tercatat meningkat.
Seorang tenaga kesehatan, Abdul Azis, yang bertugas di RS Asyifa Sumbawa Barat mengungkapkan dugaan ADP bekas tersebut di media sosial.
Azis mengaku harus membuka masalah ini, apapun resiko yang ia hadapai dalam pekerjaannya nanti.
"Sebab kalau saya diam saja, malah bisa membahayakan kami para tenaga kesehatan, dan juga membahayakan masyarakat umum," kata Azis dalam akun facebook miliknya.
Azis menjelaskan, masalah ADP yang diduga bekas pakai itu sudah disampaikan ke pihak penyuplai, dalam hal ini RSUD Sumbawa Barat. Namun tidak direspons.
"ADP bekas yang diberikan katanya banyak sumbangan dari perusahan ini dan itu," katanya.
Ia kemudian mengupload video APD bekas di media sosial tertanggal 4 Mei 2020, harapannya agar hal ini menjadi perhatian pemerintah setempat.
Hasilnya, tanggal 5 Mei ada kabar rapat bersama yang intinya akan mengganti dengan ADP yang baru.
Tapi belum sampai penggantian APD baru, pada 13 Mei, Abdul Azis justru menerima kenyataan kurang enak. Dirinya dipindahkan tugas ke Puskesmas Sekongkang, Sumbawa Barat.
"Tanggal 13 Mei SK mutasi saya keluar. Saya nggak masalah, korban "dibuang" ke pelosok juga tidak apa. Istri saya banyak support, demi kebaikan semuanya, saya dipecat juga nggak masalah. Bagi saya, masih banyak tempat untuk mencari makan, tetapi kalau saya diam membiarkan permainan anggaran di masa pandemi ini, itu yang saya tidak bisa," tegasnya.
Ia berharap masalah ini menjadi atensi serius Gubernur NTB, bahkan Menteri Kesehatan RI di Jakarta. Sebab, perjuangan tenaga medis di daerah penuh resiko dan tantangan. Dalam pendemi corona ini, mereka bukan hanya mengorbankan waktu dan tenaga demi masyarakat. Resiko berjauhan dengan keluarga, bahkan ancaman terpapar hingga kematian juga menjadi resiko terberat dalam tugas mulia saat ini.
Direktur Lombok Global Instutite (Logis) Muhammad Fihiruddin mengaku sangat prihatin dengan kondisi para nakes di Sumbawa Barat.
Melihat keluhan dan dugaan APD bekas itu, Fihir menekankan agar Pemda KSB benar-benar serius menangani pandemi corona saat ini. Terutama dalam menjaga kesejahteraan dan keselamatan para tenaga kesehatan yang nota bene sebagai garda terdepan dalam peperangan melawan corona.
"Ini kabar yang memilukan sekaligus memalukan bagi NTB. Bantuan ADP dari Pemerintah Pusat dan Pemprov NTB kan sudah cukup banyak, masak nakes di KSB malah memakai ADP bekas pakai?. ADP yang standar dan baru saja mereka rawan terpapar, apalagi dengan ADP bekas," tegasnya.
Ia menilai, kasus yang saat ini tercatat kecil di KSB diduga membuat Pemda setempat justru santai dan lalai. Akhirnya banyak kebijakan yang diduga tidak mengindahkan anjuran pemerintah pusat dan Provinsi NTB.
"Ya bisa kita lihat, misalnya di KSB tempat ibadah tetap buka, berkerumun dibiarkan malah pernah buka open turnamen dan lain-lain. Maka jangan kaget kalau suatu saat kasus corona ini membludak disana," tukasnya.
Menurut Fihir, alasan kekurangan ADP sampai membiarkan nakes menggunakan ADP bekas tak masuk di akal.
"Sebab, dari BPBD Provinsi NTB dulu pernah kirimkan 1000 ADP lebih, bh, tp belum lagi dari Dikes NTB dan lainnya. Ini pada kemana?? harus ditelusuri jangan-jangan ADP juga diolah-olah di KSB," tegasnya.