PETA POLITIK Pilkada Lombok Tengah berubah lagi. Nama Hj Lale Prayatni kini mencuat diantara sederetan nama bakal calon lain yang sudah sering muncul lebih dulu.
"Adanya kampanye-kampanye kesetaraan gender mampu melahirkan beberapa pemimpin perempuan yang telah banyak menorehkan prestasinya dalam memimpin, misalnya Wagub NTB Rohmi Djalillah, Risma Walikota Surabaya dan banyak lagi yang lain," katanya.
Sepanjang perjalanan politik Pilkada Lombok Tengah (Loteng), juga tak sekalipun pernah dipimpin perempuan. Narasi politik daerah ini tidak berlebihan dianggap terlalu maskulin.
"Atas dasar itulah kenapa saya bertekad maju dalam gelanggang politik daerah ini," ungkap Lale Prayitni.
Lale mengakui saat ini masih menjajaki beberapa partai selain PKS yang sudah mengusung dirinya berpasangan dengan kader PKS yakni Uhibbussa'adi.
Ketua DPC Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Loteng, M. Fihiruddin, S.Pd, mengatakan, kehadirannya di kediaman Lale tidak lebih untuk saling menjajaki.
"Partai kami Dinamis walaupun sebelumnya DPC Hanur Loteng juga telah menjajaki pasangan Dwi-normal, namun Dwi-Normal kita kasih tenggat waktu hingga 30 Juni ini untuk memastikan segala sesuatunya sebagai keseriusan pasangan tersebut. Peluang calon lain masih terbuka lebar termasuk Lale berpotensi juga loh diusung Hanura," tegasnya.
"Jangan karena keriuhan politik pilkada, masyarakat jadi lupa jaga jarak, pakai masker, dan rajin cuci tangan," ujar Miq Gita.
Toh atmosfir ngopi bareng di Gedeng Gede terasa sangat positif. Ada sambutan dan senyum ramah dari tuan rumah, teriring apresiasi dan doa optimistis dari para tamu undangan.
Keseriusan Lale maju di Pilkada Lombok Tengah semakin pasti dalam obrolan sambil ngopi, Sabtu siang (27/6) di kediaman Lale Prayatni di Puyung, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah.
Aktivis perempuan yang juga pegiat Media Sosial NTB, Inaq Saodah menilai tampilnya Lale Prayitini di Pilkada Lombok Tengah akan memberi warna baru di dunia politik daerah itu.
Pesta politik lima tahunan yang beberapa dekade belakangan terkesan "maskulin", kini berubah "feminim" dengan hadirnya Lale Prayitni. Fenomena fenimisme ini menurut Saodah juga nampak di Pilkada Mataram dengan munculnya Selly Andayani, Pilkada Sumbawa dengan munculnya Novi, dan Pilkada Bima dengan petahana Indah Dhamayanti Putri (IDP).
Ini mengingatkan ketika pertama kalinya calon perempuan maju di Pilgub NTB tahun 2018 lalu. Di mana Gubernur Dr H Zulkieflimansyah berpasangan dengan Wagub Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah mampu memenangkan hati para pemilih di NTB.
The power of women, demikian kelakar Saodah. Menjadi sebuah isyarat Lale Prayatni bakal mengulangi kesuksesan ummi Rohmi di Pilkada Lombok Tengah mendatang.
"Majunya kaum feminim seperti halnya Lale Prayatni di Pilkada Lombok Tengah, akan memberi motivasi tersendiri bagi kaum ibu dan perempuan millenial khususnya di Loteng untuk memberi dukungan. Jangan anggap enteng," tukas Saodah dengan gaya bicara khasnya.
Lale Prayatni bukan sosok baru di dunia Birokrasi. Istri Sekda NTB, H Lalu Gita Ariadi ini, masih menjabat sebagai Assisten II Pemda Lombok Barat.
Pengalaman birokrasinya dinilai menjadi modal memimpin Lombok Tengah, dengan berbagai kelebihan dalam kacamata gender.
"Bu Lale sangat mumpuni di dunia birokrasi, ini menjadi spirit tersendiri juga bagi pembangunan SDM perempuan ke depan khususnya di Loteng," katanya.
Inaq Saodah mengaku bangga dengan kesediaan Lale Prayitni maju di Pilkada Lombok Tengah. Ia juga sudah memastikan bakal pasang badan mendukung Lale.
"Saatnya kaum perempuan maju dan memimpin Lombok Tengah, saya sangat berharap bu Lale satu-satunya pemimpin perempuan yang mampu membuka tabir kepemimpinan di Lombok tengah. Saya akan berjuang habis-habisan untuk bu Lale, saya yakin ia mampu membawa perubahan," tegas Saodah.
Sementara Hj Lale Prayatni mengaku mantap untuk maju di Pilkada Lombok Tengah. Ia meyakini kesetaraan genderkaum perempuan dengan kaum pria telah lama terjadi.
Sementara Hj Lale Prayatni mengaku mantap untuk maju di Pilkada Lombok Tengah. Ia meyakini kesetaraan genderkaum perempuan dengan kaum pria telah lama terjadi.
"Adanya kampanye-kampanye kesetaraan gender mampu melahirkan beberapa pemimpin perempuan yang telah banyak menorehkan prestasinya dalam memimpin, misalnya Wagub NTB Rohmi Djalillah, Risma Walikota Surabaya dan banyak lagi yang lain," katanya.
Sepanjang perjalanan politik Pilkada Lombok Tengah (Loteng), juga tak sekalipun pernah dipimpin perempuan. Narasi politik daerah ini tidak berlebihan dianggap terlalu maskulin.
"Atas dasar itulah kenapa saya bertekad maju dalam gelanggang politik daerah ini," ungkap Lale Prayitni.
Lale mengakui saat ini masih menjajaki beberapa partai selain PKS yang sudah mengusung dirinya berpasangan dengan kader PKS yakni Uhibbussa'adi.
Ketua DPC Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Loteng, M. Fihiruddin, S.Pd, mengatakan, kehadirannya di kediaman Lale tidak lebih untuk saling menjajaki.
"Partai kami Dinamis walaupun sebelumnya DPC Hanur Loteng juga telah menjajaki pasangan Dwi-normal, namun Dwi-Normal kita kasih tenggat waktu hingga 30 Juni ini untuk memastikan segala sesuatunya sebagai keseriusan pasangan tersebut. Peluang calon lain masih terbuka lebar termasuk Lale berpotensi juga loh diusung Hanura," tegasnya.
Ngopi bareng lintas komunitas di Gedeng Gede, kediaman Hj Lale Prayitni mengalir lepas begitu saja.
Sekda NTB, H Lalu Gita Ariadi lebih memilih membahas pandemi corona ketimbang mengomentari sang istri yang bakal maju di Pilkada. Sebagai suami tentu ia mendukung keputusan sang istri. Namun sebagai tokoh birokrat yang juga ASN aktif, tentu saja nggak boleh lah dukung mendukung.
Beberapa kali Miq Gita mengingatkan tiap yang datang untuk terus mensosialisasikan protokol kesehatan ke masyarakat.
"Jangan karena keriuhan politik pilkada, masyarakat jadi lupa jaga jarak, pakai masker, dan rajin cuci tangan," ujar Miq Gita.
Toh atmosfir ngopi bareng di Gedeng Gede terasa sangat positif. Ada sambutan dan senyum ramah dari tuan rumah, teriring apresiasi dan doa optimistis dari para tamu undangan.