Gubernur NTB Tinjau Bengkel Kreatif Le-Bui, Sepeda Listrik Lombok yang Go Internasional

MandalikaPost.com
Sabtu, Juli 11, 2020 | 23.43 WIB Last Updated 2020-07-11T15:45:47Z
Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah bersama Owner Le-Bui, Gede Dijaya di bengkel kreatif Le-Bui, di Kecamatan Narmada, Lombok Barat. (Ist)

LOMBOK BARAT - Tak hanya motor listrik yang ramai di pasar otomotif, kini sepeda listrik juga sudah mulai marak di sejumlah negara.

Selain praktis, sepeda listrik diklaim lebih ramah lingkungan dan ekonomis karena tidak memerlukan bahan bakar. Sepeda listrik bisa menjadi pilihan terutama bagi yang tinggal di perkotaan dan membutuhkan transportasi yang aman dan praktis, tanpa harus ikut macet-macetan.

Tak beda dengan sepeda biasa, sepeda listrik masih tetap menggunakan kayuhan. Seperti halnya yang digarap Lombok E-Bike Builder (Le-Bui), bengkel kreatif di Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Sepeda listrik garapan Le-Bui memang paten. Berkreasi sejak 2016 silam, produk mereka sudah menembus pasar internasional, meski pola pemasarannya masih parsial, tergantung pesanan individu. Toh, banyak costumer dari Amerika, dan sejumlah negara di eropa mengakui kualitas produk NTB ini.

Gede Dijaya dan Le-Bui bisa menjadi inspirasi yang memotivasi semangat program industrialisasi yang sedang dikembangkan Pemprov NTB.

"Disain sepeda motornya canggih-canggih.
Padahal Pak Gde pemilik bengkel 'cuma' tamatan SMA tapi hobby banget sama Sepeda dan Motor," kata Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah, Sabtu (11/7) saat berkunjung ke bengkel produksi Le-Bui, di Narmada, Lombok Barat.

Pola pemasaran sepeda listrik Le-Bui dilakukan Dijaya lewat jejaring media sosial. Customer dari Amerika dan berbagai negara Eropa mengirim contoh disainnya untuk kemudian dibuat dan beberapa bahan dirakit di Lombok untuk  menjadi Sepeda Motor Listrik yang canggih.

Le-Bui E-Bike, produk Lombok rasa Eropa. (Ist)

Disain yang dari Luar Negeri tadi dipelajari, diperbaiki dan disempurnakan untuk kemudian jadi disain made in Lombok.

"Inilah model inovasi dan Pembelajaran Teknologi itu. Technological Learning itu butuh waktu, butuh pengorbanan, butuh masukan dan lain-lain untuk sampai pada hasil ala daerah kita. Perjalanannya panjang, berliku, mendaki dan penuh tikungan-tikungan tajam. Butuh keseriusan dan kesabaran," kata Gubernur Zul.

Sepeda Listrik Le-Bui merupakan satu dari beberapa disain produk serupa yang sudah dilakukan beberapa kelompok lainnya. Sebuah SMKN di Lingsar Lombok Barat juga sudah berhasil berkreasi dengan kendaraan listrik yang diberi nama "Lingsar". Sementara Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) juga sudah berhasil memproduksi NgebUTS.

Gubernur Zul mengatakan, Pemprov NTB berencana memamerkan 50 unit produk sepeda dan kendaraan listrik hasil karya anak-anak NTB ini, pada Agustus mendatang.

"Insya Allah setelah upacara 17 Agustus 2020 nanti, di depan kantor Gubernur mudah-mudahan kita bisa memamerkan 50 buah produk sepeda  motor listrik buatan anak-anak  NTB ini untuk kemudian kita produksi ratusan bahkan ribuan sepeda motor listrik ini tahun depan," ujarnya.

Program industrialisasi di NTB menjadi keniscayaan. Untuk produksi dalam jumlah besar, Pemprov NTB akan memberdayakan UKM-IKM perbengkelan dengan spesialisasi masing-masing.

"Ada yang spesialisasi di shock depan, ada yang spesialisasi di body, ada yang khusus di stang, di ban, di velg dll. Insya Allah kita akan mampu merakit Sepeda Motor Listrik dalam jumlah besar di NTB ini. Where there is a will, there is a way," tukas Gubernur Zul.

Owner Le-Bui Gede Dijaya mengapresiasi kunjungan Gubernur Zul tersebut. Ini menjadi semangat baru bagi dirinya, karena pada akhirnya pemerintah daerah menghargai karya mereka.

Dijaya menjelaskan, Le-Bui yang sudah ada sejak Mei 2016 ini memang hanya menggarap sepeda listrik saja.

Menurutnya dengan sepeda listrik buatannya yang masih memakai kayuhan, tidak akan membuat orang menjadi manja.

"Passion saya ke sepeda saja yang masih pakai kayuhan, jadi sebenarnya saya punya tujuan biar orang tidak manja. Kalau motor, tinggal duduk, gas, lari, tapi sepeda kan meski pun ada mesin tapi kaki tetap digerakkan. Tidak keringatan tapi otot bergerak," katanya.

Le-Bui E-Bike, produk Lombok rasa Eropa. (Ist)

Sepeda Listrik produksi Le-Bui mengunakan kandungan lokal 70 persen. Spare part yang dari luar negeri hanya bagian kelistrikannya saja.

"Kalau part-nya itu rata-rata Cina, Taiwan. Kalau Cina kualitasnya agak rendah, jadi saya kebetulan lebih banyak dari Taiwan. Sekitar 60-40 atau 70-30 persen lah, kandungan lokalnya, barang dari luar hanya dinamo motor dan baterai saja," katanya.

Ia mengatakan selain kelistrikan, semua bahan memang berasal dari Indonesia.

"Kalau untuk pelek, ban dari sini. Saya biasa pakai produk Wym Cycle, jadi hanya electric part saja yang dari luar," ujarnya.

Keunggulan Le-Bui ada di disain body. Untuk frame sepeda sendiri, ia mengaku membuatnya sendiri dari stainless atau pun galvanis.

"Frame kami bikin sendiri mulai dari potong, las, ngecat. Bahannya ada yang dari stainless, ada plat galvanis," katanya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Gubernur NTB Tinjau Bengkel Kreatif Le-Bui, Sepeda Listrik Lombok yang Go Internasional

Trending Now