ZERO WASTE. Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah menerima silaturahmi BSF GIZ-Renergii-Bambook di Ruang Rapat Terbuka Kantor Gubernur NTB. |
MATARAM - Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah menerima silaturahmi BSF GIZ-Renergii-Bambook di Ruang Rapat Terbuka Kantor Gubernur NTB, Rabu (12/8). Dalam pertemuan ini, Wagub dan Tim BSF GIZ-Renergii-Bambook membahas aksi nyata untuk membangun tempat pengolahan sampah (TPS) yang memanfaatkan lalat Black Soldier Flies (BSF) sebagai pengurai sampah organik.
“Saya berbahagia saat ini karena bertemu dengan orang-orang yang cinta lingkungan dan itu tidak banyak, hal ini memang harus terus kita kampanyekan,” ujar Wagub dalam kesempatan tersebut.
Melanjutkan sambutannya, Wagub memaparkan bahwa program-program unggulan di NTB seperti NTB Bersih dan NTB Hijau merupakan program unggulan dari Pemerintah Provinsi NTB untuk menghijaukan NTB. Oleh karena itu, Umi Rohmi berharap GIZ akan terus melanjutkan dan melakukan pendampingan karena program ini akan sukses apabila kedua belah pihak serius untuk menjalankannya.
“Kami sangat membutuhkan orang-orang seperti anda untuk membantu kami, kemudian merealisasikan itu dan tidak hanya menjadi pilot project,” ungkap Umi Rohmi.
Terakhir, Umi Rohmi juga sangat menerima baik penggunaan bambu dalam konstruksi pembangunan TPS tersebut. Menurutnya, pendekatan ini akan menarik karena memanfaatkan hasil alam dan mendukung program unggulan di NTB.
“Kalau ini berkembang, bangunan-bangunan dari bambu dengan desain yang bagus dan konstruksi yang bisa dipertanggungjawabkan dari sisi ketahanan dan sebagainya, tentunya ini akan nyambung dengan apa yang kami programkan,” tutupnya.
Sementara itu, Kathrin Pape dari GIZ Jerman menyampaikan dalam presentasinya bahwa selama satu tahun terakhir ini, Ia telah berkeliling ke enam desa di Lombok Tengah untuk melihat potensi apa saja yang dapat dikembangkan di sekitar Mandalika.
Hampir semua desa tersebut mengeluhkan terkait sampah. Untuk meningkatkan potensi wisata dan mengurangi sampah di sekitar Mandalika, diperlukan solusi yang tepat yaitu dengan membangun tempat pengolahan sampah dengan memanfaatkan BSF di Desa Sengkol.
“Desa Sengkol akan menjadi salah satu tempat untuk pelatihan dan replikasi BSF di Lombok. Kami juga bekerja sama dengan beberapa komunitas yang ada di Desa, Pemerintah Daerah dan perusahaan swasta,” jelasnya.
Melanjutkan presentasinya, praktik seperti ini tentunya mendapatkan nilai tambah bagi perusahaan dengan mengikutsertakan masyarakat lokal berpenghasilan rendah. Sehingga, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar Mandalika. Upaya yang ditempuh antara lain, memberdayakan masyarakat lokal untuk menciptakan usaha mereka sendiri, meningkatkan kualitas dan produktivitas, mempromosikan produk lokal serta membangun ekonomi lokal.
“Hal ini menjadi benefit untuk masyarakat lokal dalam membangun tanpa merusak maupun mengganti sumber daya lokal dan selain itu juga mengurangi sampah meningkatkan sumber daya alam,” jelasnya.
Paula Huerta dari Bambook Studio juga menambahkan, dalam konstruksi pembangunan TPS ini nantinya akan menggunakan bahan alam yaitu, bambu sebagai bahan utamanya. Selain bambu mudah ditemukan di Pulau Lombok, menurutnya, bambu adalah material paling aman ketika gempa.
“Jadi lebih ekonomis dan lebih aman menggunakan bambu,” terangnya.
Kepala Desa Sengkol, Satria mengaku sangat siap dan menyambut dengan tangan terbuka pembangunan tersebut. Ia berharap proyek tersebut data berjalan dengan baik karena menggunakan masyarakat lokal sebagai tenaga kerjanya.
“Tentunya ini untuk kepentingan umum bukan untuk kepentingan pribadi dan tenaga kerja adalah warga lokal, tentunya hal ini membuat kami senang sekali,” katanya.