Cerita Masa Pandemi, Pedagang Mutiara Lombok yang Akrab dengan Azis Gagap

MandalikaPost.com
Minggu, September 20, 2020 | 22.54 WIB Last Updated 2020-09-20T19:05:18Z
Komaruddin "Komeng" bersama komedian Azis Gagap di Mataram medio September 2018. (Foto: Dok Pribadi Komeng)

Dampak pandemi corona untuk sektor pariwisata di Lombok, NTB, dirasakan lebih parah daripada dampak Gempa Bumi 2018 silam. Bagi sejumlah pelaku wisata, pandemi corona memupus banyak harapan. Banyak pula cerita berubah sepanjang masa sulit ini.

Barra Elank
Mandalika Post/Mataram

Pertengahan September 2018 lalu, sebulan pasca bencana gempa bumi menghantam Lombok, komedian Muhammad Azis atau yang kesohor dengan Azis Gagap tiba di Mataram, NTB. Bersama rombongan kru televisi swasta nasional untuk sebuah program infotainment, Azis Gagap membawa misi kemanusiaan, mengantar sejumlah bantuan untuk para korban Gempa Bumi di Lombok.

Gempa berskala 7.0 Magnitudo yang terjadi pada 5 Agustus 2018 malam, merusak banyak bangunan, pemukiman penduduk, dan menelan banyak korban luka dan meninggal dunia.

Sektor pariwisata terdampak. Kunjungan wisatawan terjun bebas di masa yang seharusnya sedang ramai-ramainya, peak season.

Tapi ini tak berlangsung lama, seperti Azis Gagap dan rombongannya, banyak juga kelompok relawan lain dari beragam latar belakang dari banyak daerah mengunjungi Lombok untuk misi bantuan yang sama. Empati, persaudaraan, dan rasa kemanusiaan dari Pemda dan masyarakat di daerah lainnya membuat Lombok tak sendirian menanggung bebannya.

Di sektor pariwisata, ekonomi masih berputar dari kunjungan para pejabat pemda, politisi, dan masyarakat relawan daerah lainnya. Setidaknya menggantikan para wisatawan, sehingga Bandara Lombok pun masih bisa beroperasi dengan normal.

Komaruddin Komeng bersama komedian Azis Gagap, medio September 2018. (Foto: Dok Pribadi Komeng) 

Azis Gagap dan rombongan hanya salah satu dari begitu banyak pihak yang peduli dengan bencana gempa bumi Lombok 2018.

Komaruddin, seorang pedagang mutiara keliling asal Pagutan, Kota Mataram beruntung bisa bertemu Azis secara langsung. Di balik kelucuan sebagai komedian, menurut Komaruddin, Azis Gagap berjiwa sosial tinggi.

"Saya ketemu waktu bang Azis Gagap menyalurkan bantuan ke Lombok Utara, itu September 2018 sebulan pasca gempa bumi. Kebetulan saya juga ikut jadi relawan dari Mataram," kata Komeng, sapaan Komaruddin.

Komeng termasuk salah satu yang merasakan dasyatnya guncangan gempa bumi Lombok 2018. Meski rumah kontrakannya di kawasan Pajang, tidak mengalami kerusakan, namun Komeng juga merasakan dampak ekonomi di awal bencana.

Satu dua minggu pertama pasca gempa bumi, dapur Komeng sebagai pedagang mutiara keliling pun ikut redup. Hampir semua hotel dan restauran di Kota Mataram menutup operasi. Tamu yang ada pun memutuskan pulang ke daerahnya.

Padahal halaman hotel dan restauran lesehan inilah tempat Komeng terbiasa mengadu nasib, mendulang rezeki dari tamu dan wisatawan dengan menjajakan perhiasan mutiara dagangannya.

Memutar otak agar dapur tetap ngebul, demi Eni sang istri dan si kecil Aditya yang baru berusia 3 bulan saat itu, Komeng pun banting setir menjadi relawan bantuan. Tugas Komeng, mengangkut paket bantuan ke kendaraan dan ikut membagikannya ke masyarakat korban gempa bumi di Lombok Utara.

Toh bertemu Azis Gagap menjadi berkah tersendiri bagi Komeng. Azis yang mengetahui Komeng adalah pedagang mutiara, kemudian memesan perhiatan mutiara untuk dibawa sebagai oleh-oleh ke Jakarta.

"Bang Azis Gagap langsung beli semua dagangan saya yang sempat nganggur di rumah. Nilainya Rp3 juta, tetapi dibayar Rp5 juta," katanya.

Sejak September 2018 hingga awal 2019, angka kunjungan wisata ke Lombok, NTB memang belum normal akibat bencana gempa bumi. Namun, tak semua pelaku wisata menjadi terpuruk.

Banyaknya kunjungan para dermawan pemberi bantuan, seperti Azis Gagap masih bisa membantu memutar ekonomi. Setidaknya, bagi pedagang mutiara keliling seperti Komeng.

Mandalika Post bertemu Komaruddin alias Komeng, Minggu 20 September 2020. Tepat dua tahun setelah dagangan mutiara Komeng diborong Azis Gagap.

Bercerita membandingkan dampak bencana gempa bumi dengan dampak bencana non alam pandemi corona saat ini, Komeng seperti parah arang.

"Waktu pasca gempa bumi malah dagangan kita cukup laku, laris. Karena banyak juga rombongan artis, atau tokoh nasional yang datang. Banyak pejabat Pemda dan relawan dari daerah lain juga yang datang. Pulang ke daerah mereka, pasti beli mutiara untuk oleh-oleh," ujar Komeng.

Aktivitas dagang mutiara Komeng dan puluhan rekan seprofesinya di Kota Mataram, seperti terhenti di saat seharusnya sedang ramai-ramainya, sejak Maret 2020 lalu.

Kunjungan wisatawan kembali terjun bebas di saat Pemprov NTB menargetkan 4,5 juta kunjungan wisata di tahun 2020. Harapan NTB pupus seperti juga harapan dan nasib dapur Komeng.

"Sekarang (pandemi) lebih parah dampaknya daripada gempa bumi dulu. Karena pandemi kan semua negara kena. Jadi, wisatawan nggak ada, yang dari daerah lain juga nggak ada yang datang (ke Lombok). Mutiara kami pun kehilangan pasar," ujar Komeng.

Pandemi corona mulai terasa di NTB, Maret 2020. Bukan hanya Komeng, ribuan karyawan hotel dan pekerja sektor pariwisata lainnya di NTB juga terdampak. Banyak yang dirumahkan, tak sedikit yang berhadapan dengan pemutusan hubungan kerja.

Komeng kembali memilih banting setir, bekerja serabutan untuk menutup kebutuhan dapur. Uang belanja Eni, dan kebutuhan susu dan pampers Aditya.

Bekerja sebagai pelayan di warung Lorina, sebuah kedai kecil di kawasan Pajang Kota Mataram. Bagi Komeng ini sudah cukup lumayan, yang penting dapur bisa tetap ngebul.

"Kalau pasca gempa bumi dulu, kita masih bisa lihat dan optimis pariwisata cepat pulih. Tapi di masa pandemi ini, seperti lorong panjang tak berujung, kita belum bisa menerka sampai kapan. Bekerja begini saja sudah sangat saya bersyukur," ujarnya.

Bertemu Azis Gagap dua tahun silam, jejaring Komeng sebagai pedagang mutiara keliling makin luas. Dari Azis, Komeng selalu dapat informasi jika ada artis atau tokoh nasional yang ada rencana ke Lombok. Komeng bisa memanfaatkan untuk bertemu dan menawarkan mutiara, produk kebanggaan NTB.

Sebut saja si cantik cerdas, tuan rumah Mata Najwa, Najwa Shihab. Artis dan pembawa acara kondang Irfan Hakim, hingga Menkopolhukam Prof Mahfud MD. Semua sudah pernah membeli mutiara dagangan Komeng. Ia menunjukan berkas foto bersama yang tersimpan di akun medsos facebooknya.

"Tapi mungkin belum beruntung. Pas awal pandemi dan tidak ada cukup uang, hape saya jual untuk kebutuhan susu dan pampers Aditya. Nomor kontak bang Azis Gagap ada di hape itu, dan saya kehilangan kontaknya," katanya.

Lantunan tembang lawas di warung Lorina menjelang larut malam, Minggu (20/9) mengantar kenangan Komeng tentang gempa bumi Lombok 2018 dan masa sulit pandemi corona. Dua bencana yang memukul telak wajah pariwisata Lombok, NTB. (*)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Cerita Masa Pandemi, Pedagang Mutiara Lombok yang Akrab dengan Azis Gagap

Trending Now