.jpg )
 |
| Walikota Mataram H Ahyar Abduh saat melaunching program PCBL beberapa bulan lalu. |
MATARAM - Angka kasus Covid-19 sempat tertekan turun saat Penanganan Covid-19 Berbasis Lingkungan (PCBL) diterapkan di Kota Mataram. Namun seiring waktu berjalan, angka kasus kembali naik.
Kesulitan Mataram mengontrol penyebaran Covid-19 disebabkan sejumlah kelonggaran yang terkesan dibiarkan terjadi. Selain itu skema PCBL yang disusun Tim Assistensi Penanganan Covid-19 Kota Mataram juga tak sepenuhnya jadi panduan.
Ketua Tim Assistensi, Dwi Sudarsono mengatakan, kegiatan assitensi dilakukan tim sejak perencanaan penerapan program PCBL. Namun sayang, hanya beberapa bulan berjalan, koodinasi Pemkot Mataram dan Tim Assistensi terkesan macet.
"Pola awal PCBL kan sudah cukup efektif menekan angka kasus berbasis lingkungan. Tapi saat ini kami juga tidak paham, karena memang jarang komunikasi," tukasnya.
Anggota Tim Assistensi, Ahyar Supriyadi menambahkan, bukan saja soal koordinasi yang lemah, masalah honor tim juga seakan diabaikan. Padahal kerja Tim Assitensi lumayan berat, selain memberikan ide dan gagasan konsep PCBL, juga pendampingan dari sisi legalitas, analisa kesehatan, dan sosial kemasyarakatan.
Menurut dia, Tim Assistensi ini resmi dibentuk Walikota Mataram, H Ahyar Abduh pada awal Juni lalu, untuk masa kerja hingga Desember 2020. Namun sejak saat itu, honor yang diterima tim hanya untuk satu bulan diterima bulan Juli.
"Ya saat ini kita tetap bekerja profesional, meski pun honor tidak dibayar. Nanti kan masyarakat yang menilai," cetusnya.
Ia berharap masalah remeh-temeh ini menjadi perhatian serius Pemkot Mataram. Sebab, jika tidak hal ini menunjukan bahwa Pemkot Mataram terkesan kurang serius menangani pandemi corona di ibukota NTB ini.
