Ni Wayan Supadmi. |
LOMBOK BARAT - Peribahasa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya sepertinya sangat cocok menggambarkan keadaan Ni Wayan Supadmi. Wanita yang kini berprofesi sebagai bidan di salah satu Puskesmas di Kota Mataram ini ternyata tidak mampu menyembunyikan bakat seninya.
Lahir dari keluarga berdarah seni, Ni Wayan Supadmi atau yang lebih dikenal dengan Nami kini menjelma sebagai salah satu sosok kreatif di Pulau Lombok.
Bakatnya di bidang seni lukis dituangkannya dalam berbagai produk fashion, seperti tas jinjing, gaun, dompet, dan lainnya.
Di sela-sela kegiatannya sebagai narasumber pada Pelatihan Handicraft yang digelar Dinas Pariwisata Lombok Barat, Kamis (22/10), Nami sedikit berbagi pengalaman hidupnya.
Keseharian Nami kecil di Sukawati Bali dihabiskan bersama keluarga yang seluruhnya adalah seniman profesional. Ada pelukis, penari, dan pemain teater.
Nami kemudian memilih melukis sebagai bidang yang digemarinya saat itu, walaupun Nami sebenarnya juga piawai dalam menari. Karena menurutnya, gadis Bali wajib bisa menari.
Melukis pada saat itu hanya dijadikannya sebuah hobi. Nami kemudian cukup lama rehat dari melukis dan mengambil pendidikan di bidang kesehatan.
"Setelah saya sekolah kesehatan itu saya di asrama, jadi sudah gak pegang kuas lagi. Kalau menari dan pementasan masih tetap bisa di mana-mana. Tapi kalau pegang kuas itu sudah gak lagi, karena sibuk untuk sekolah itu. Jadi dari sejak SMA itu sudah lepas kuas sebenarnya," ungkap wanita yang kini berdomisili di Desa Gegelang, Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
Tahun 2005, Nami kemudian pindah ke Lombok bersama suami dan anak-anaknya. Saat itu ia masih sibuk dengan profesi pekerjaan sebagai tenaga kesehatan, serta aktif di Perwosi (Persatuan Wanita Olahraga Indonesia) dan lebih fokus ke IOSKI (Ikatan Olahraga Senam Kreasi Indonesia).
"Di tahun 2015 saya dilantik menjadi dewan kesenian Lombok Barat waktu itu. Nah pada saat aktif di dewan kesenian itu saya kan turun pembinaan ke sanggar-sanggar seni, tari, lukis, ukir dan lain-lain. Jadi dari situ saya mulai bergairah lagi (dalam melukis,red)," ungkapnya.
Saat pekerjaan sebagai fungsional bidan sudah dirasa tidak terlalu sibuk, Nami kemudian mulai mencoba kembali melukis bersama teman-teman yang ia temui dalam komunitas.
Salah seorang temannya yang juga merupakan General Manager di salah satu hotel di Mataram kemudian menawarkan untuk memajang lukisannya di galeri hotel. Mendapat apresiasi seperti itu, Nami semakin bersemangat.
Motivasi dan apresiasi dari teman-teman menjadikan Nami lebih kreatif dan produktif.
"Dapat apresiasi, jadi akunya lebih semangat lagi melukis. Pas melukis terus saya upload di Facebook, terus banyak dapat like, komen, lalu ketemulah sama komunitas lukis cat air. Ketemu, kenalan, pas ada pameran nasional waktu itu, saya ikut kompetisi di Jakarta, ikut seleksi, terus lolos, jadi tambah semangat lagi. Saya dua kali pameran di Penang sama di Malaysia, tahun 2017 sama 2019," akunya.
Hasil lukisannya ternyata mengundang decak kagum para penikmat seni. Salah seorang teman kemudian melihat potensi Nami dapat dituangkan ke aneka produk kerajinan.
Merasa tertantang, Nami lantas mencoba menuangkan hasil lukisannya ke aneka produk seperti baju, gaun, tas jinijing, totebag, masker, hingga casing handphone. Desainnya lebih dominan lukisan bunga "botanic" yang berbeda dari umumnya.
"Sebelumnya itu ada teman desainer bilang, ini lukisanmu bisa dijadiin berbagai macam produk. Jadi teman saya yang desainer memotivasi, terus saya buat produk," lanjutnya.
Untuk prosesnya, Nami mulai dari melukis menggunakan cat air. Setelah selesai hasilnya lalu di-fixsatif (diclear) agar tidak mudah kotor. Setelah itu lukisannya difoto kemudian dilayout. Setelah itu baru diprinting. Kemudian dibawa ke penjahit.
Untuk memasarkan produknya, awalnya Nami hanya menggunakan sendiri produknya. Teman-teman di kantornya kemudian tertarik, akhirnya beli. Mereka posting, akhirnya banyak yang tertarik. Untuk aneka produk, Nami memamerkannya melalui akun instagram yanamijuan.co.
Kebanyakan produk seperti baju, tas, dan jilbab laku keras di kalangan ibu-ibu. Sedangkan anak-anak muda atau sekolah biasanya lebih suka yang totebag.
Dari hasil penjualan produknya, Nami mampu meraup omset hingga ratusan juta rupiah. Bahkan, di masa pandemi seperti sekarang, omsetnya tidak banyak terpengaruh.
"Kalau di produk saya pandemi tidak terlalu berpengaruh, tetap banyak. Sebenarnya semakin banyak yang belum tahu itu semakin luas juga kita untuk promosi, jadi pada masa pandemi ini saya lebih sering mengirim ke luar daerah seperti Kalimantan. Jadi intinya lebih banyak ke online. Yang paling laku produk saya yang custom," ujarnya.