RUMAH LAYAK HUNI. Inaq Nasnip nampak bahagia bisa menempati rumah layak huni di Desa Kayangan, Lombok Utara. |
LOMBOK UTARA - Setelah hampir setahun tinggal menumpang di hunian yang kurang layak, Inaq Nasnip (56) akhirnya bisa menempati rumah layak huni.
Dandim 1606/Lombok Barat Kolonel Arm Gunawan, S.Sos. M.T bersama Ketua Gapeksindo NTB, Ir H Bambang Muntoyo menyerahkan sebuah rumah layak huni, Jumat (6//11) di Dusun Karang Tal, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.
Seremoni penyerahan kunci dan pengguntingan pita rumah Inaq Nasnip, dihadiri pula oleh Kapolres Lombok Utara, aparat Desa setempat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Penuh haru dan bahagia, kedua mata Inaq Nasnip nampak berkaca-kaca saat menyalami Dandim Lombok Barat dan H Bambang Muntoyo.
"Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT. Saya hanya bisa berdoa semoga perhatian dan kebaikan pak Bambang Muntoyo dan pak Dandim mendapat balasan yang baik. Semoga bapak-bapak tetap diberi kesehatan, umur panjang, dan kelimpahan rezeki," kata Inaq Nasnip terharu.
Nasnip juga menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada anggota TNI yang sudah membantu pembangunan rumah tersebut.
Sejak Oktober 2019 silam Nasnip harus tinggal menumpang di rumah kerabat. Rumah miliknya dijual sang anak yang kemudian pindah ke luar NTB.
Bukan hanya tempat tinggal yang kurang layak, Nasnip juga tengah terluka saat itu. Kakinya patah akibat tabrak lari.
Cerita pilu Nasnip sempa mencuat ketika kondisinya ditemukan oleh Ketua Gapeksindo NTB, Ir H Bambang Muntoyo.
BACA JUGA : Kisah Pilu Inaq Nasnip, Kaki Patah dan Tinggal dpat Tak Layak
Kini Nasnip bersyukur bisa menempati rumah sendiri.
"Saya sangat bersyukur bisa bertemu pak Bambang Muntoyo saat itu," ujarnya mengenang.
Ketua Gapeksindo NTB, Ir H Bambang Muntoyo mengupayakan membantu biaya perawatan dan operasi patah tulang yang diderita Nasnip saat itu. Bambang Muntoyo juga menyediakan bahan-bahan bangunan untuk pembangunan rumah Nasnip.
"Seharusnya, bulan Februari 2020 rumah ini sudah bisa ditempati. Tapi karena pandemi Covid-19 dan keterbatasan tukang sehingga tidak ada yang mengerjakan," kata Bambang Muntoyo dalam acara penyerahan rumah layak huni untuk Inaq Nasnip.
Menurutnya, pembangunan rumah akhirnya bisa berjalan lancar setelah pihaknya sempat bertemu dengan Danrem 162/WB Brigjen TNI Ahmad Rizal Ramdhani.
"Pak Danrem langsung respons dan mengatensi masalah ini, termasuk pak Dandim Lobar yang sangat luar biasa membantu Inaq Nasnip, sehingga rumah ini bisa ditempati sekarang," katanya.
Bambang mengapresiasi dan berterimakasih kepada Kodim Lombok Barat dan jajaran yang sudah membantu proses pembangunan rumah Inaq Nasnip ini.
Menurutnya, rumah beserta perabotan rumah tangga, seperti springbed, peralatan dapur dan lain sebagainya diharapkan bisa membantu Inaq Nasnip ke depan.
Sementara itu, Dandim 1606/Lombok Barat Kolonel Arm Gunawan mengatakan, penyerahan rumah layak huni untuk Inaq Nasnip bisa menjadi pembelajaran tentang semangat kepedulian, gotong royong, dan kesetiakawanan sosial dalam bermasyarakat.
Dandim Gunawan mengatakan, jajaran TNI akan selalu siap melakukan yang terbaik bagi masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut, Dandim 1606/Lombok Barat Kolonel Arm Gunawan juga menyerahkan bantuan paket sembako untuk Inaq Nasnip.
Seperti diketahui Inaq Nasnip, perempuan berusia sekitar 55 tahun, hanya bisa duduk di bale-bale bambu seadanya, Minggu 27 Oktober 2019 silam, di Dusun Empak Mayong, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan Lombok Utara.
Ketua Gapeksindo NTB, Ir H Bambang Muntoyo bersama Inaq Nasnip di tempat tinggal Nasnip di Lombok Utara, pada Oktober 2019 silam. |
Kaki Nasnip tak berfungsi, patah akibat tabrak lari. Bale-bale kayu di rumah kerabatnya itu, sudah berbulan-bulan menjadi "rumah" bagi Nasnip, sejak ia berpisah dengan anak perempuan semata wayang, sebut saja Putri.
Letak bale-bale tepat di kolong rumah panggung yang juga sudah reyot. Nasnip harus rela tidur di dekat kandang Sapi, tanpa penerangan, dan kamar mandi.
"Ibu Nasnip ini sempat ke Jawa dan tinggal disana bersama anak perempuan dan menantunya. Tapi dia dipulangkan dengan menumpang di truk Fuso ke Lombok," cerita Inaq Sah, salah seorang tetangga Nasnip.
Nasnip yang sehari-hari berjualan ikan keliling, ini tadinya memiliki rumah sendiri dan sedikit pekarangan di Dusun Karang Tal. Di rumah sederhana itu, ia membesarkan Putri dengan penuh kasih sayang.
Sampai akhirnya Putri menikah dengan seorang pria, yang kini menjadi menantu Nasnip.
Beberapa saat setelah menikah, Putri dan suaminya membujuk Nasnip untuk menjual rumah dan pekarangan. Alasannya untuk pindah ke Jawa dan memulai kehidupan baru di rantauan.
Nasnip bersama anak dan menantunya kemudian pindah ke Jawa, setelah rumah dan pekarangan laku terjual.
Tapi di Jawa, Nasnip hanya tinggal selama satu bulan.
Putri dan suaminya mengaku uang hasil jual rumah dan pekarangan Nasnip sudah habis.
"Nasnip akhirnya dipulangkan ke Lombok pakai Fuso," katanya.
Nasnip sempat bingung harus tinggal dimana, karena rumah dan pekarangan di Lombok sudah terjual.
Namun, ada kerabat cukup baik menerima Nasnip, meski hanya bisa memberi bale-bale sederhana untuk tepat berteduh Nasnip.
Setelah pulang ke Lombok, Nasnip mulai berjualan ikan keliling lagi. Memulai usahanya dari nol, dan bermimpi kelak bisa menabung agar bisa memiliki rumah kembali.
Tapi, cobaan kembali datang. Saat sedang berjualan ikan keliling, sebuah sepeda motor berlari kencang dan menabrak Nasnip. Kaki Nasnip patah, dan kini belum bisa bekerja lagi.
Ketua Gapeksindo NTB, H Bambang Muntoyo mengunjungi bale-bale tempat tinggal Nasnip di Lombok Utara.
"Kami mendengar cerita tentang inaq Nasnip ini, dan kemari untuk memberi sekedar bantuan dan juga motivasi," kata Bambang Muntoyo.
Menurutnya, kisah penderitaan Nasnip diketahui dari cerita seorang rekan di Lombok Utara.
"Saya main bersilaturahmi ke rumah teman, terus diceritain ada orang, perempuan yang sangat menderita. Akhirnya saya kunjungi dan langsung kasih bantuan seadanya dulu," katanya.
Bambang mengatakan, kisah Nasnip sekilas akan nampak biasa saja. Tapi, jika ditelisik ada banyak pelajaran yang bisa dipetik hikmahnya.
"Ini bukan hanya sekadar tentang kasih sayang ibu kepada anaknya. Tapi juga bagaimana seorang perempuan desa seperti inaq Nasnip ini tetap mampu sabar dan berusaha sendiri sebagai ikhtiar, walau dalam keadaan paling sulit," katanya.
Bambang menilai, apa yang dilakukan Nasnip bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya.
Sebab, meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, Nasnip lebih memilih bekerja dan berusaha sendiri sebagai pedagang ikan keliling, ketimbang berharap belas kasih orang lain dengan mengemis.
"Kisahnya inaq Nasnip ini menyedihkan dan membuat kita terharu. Tapi ada inspirasi dan hikmah yang bisa dipetik," tukas Bambang.
Ia mengatakan, akan kembali mengunjungi Nasnip dan berharap pemerintah Lombok Utara bisa memperhatikan nasib Nasnip.
"Saya akan kesana mengunjungi inaq Nasnip lagi membawakan baju-baju. Rencana juga akan membicarakan dengan Kepala Desa, apa ada tanah pecatu yang bisa dipinjam, untuk kami bangunkan rumah layak huni, sekedar 1 kamar ukuran 4x4 meter, agar inaq Nasnip bisa tidur di tempat yang lebih layak," tukasnya.
Nasnip sendiri tak banyak bicara saat dikunjungi. Raut kesedihan masih nampak di wajahnya, mengenang putri semata wayang dan menantunya.
"Alhamdulillah ada yang peduli dan mau membantu saya," ucapnya. (*)