Potensi Paralayang di kawasan Sembalun, Lombok Timur, belum maksimal dikembangkan. |
LOMBOK TIMUR - Potensi kawasan Sembalun, Lombok Timur sebagai destinasi sport tourism untuk Paralayang sudah mencuat sejak 2013 silam. Sayangnya, meski sejumlah atlit paralayang andal muncul dari kawasan ini, potensi yang ada belum digarap maksimal oleh Pemda Lombok Timur.
Ketua Sembalun Paralayang Club, Royal Sembahulun mengatakan, Paralayang sngat berpotensi untuk dikembangkan di Lombok Timur khususnya di Sembalun karena daerah ini cukup banyak memiliki spot yang ideal, baik dari sisi ketinggian maupun arus angin.
Namun, ia menyayangkan, potensi besar untuk mengangkat nama Lombok Timur itu masih dipandang sebelah mata oleh Pemda Lombok Timur.
Sejak awal pengembangan paralayang di Lotim khususnya di Sembalun sama sekali tidak pernah dilirik. Yang ada hanya sebatas wacana di media masa saja bahwa Pemda akan mensuport paralayang. Tapi, implementasinya tidak ada, baik dukungan prasarana ataupun peningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Sejak tahun 2013, adanya paralayang di Sembalun tidak pernah dilirik oleh Pemda. Hanya sebatas wacana hingga saat ini, sejauh ini hanya Dispar Provinsi NTB yang pernah mendukung kawan-kawan Sembalun untuk mengembangkan bakat mereka,” ujar Royal Sembahulun.
Padahal, papar dia, event Paralayang bisa juga mendatangkan banyak wisatawan ke Sembalun. Karena menjadi daya tarik untuk menikmati panorama keindahan Sembalun dari ketinggian sambil terbang.
”Tentunya hal ini akan mendongkrak keterlibatan banyak pihak, terutama untuk mengais rezeki dari aktivitas ini. Ya, artinya bukan hanya masyarakat, bisa juga sebagai Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) Lotim,” katanya.
Royal mengatakan, di daerah lain di NTB, seperti Lombok Utara, Lombok Tengah dan Sumbawa Barat tahun ini melakukan sertifikasi pilot paralayang. Sementara hal ini tidak dilakukan di Lombok Timur. Padahal SDM dan SDA di Lombok Timur sangat mendukung.
"Bahkan ada atlit dari Lombok Timur lotim harus pindah atas nama Sulteng sebagai perwakilan di kejuaraan PON. Yang kita sayangkan itu, justru atlit dari Lombok Timur yang mewakili Sulawesi Tengah di ajang PON. Padahal dari SDM para pilot paralayang sudah mumpuni, bahkan bisa mengalahkan tim lain di Indonesia,” katanya.
Salah seorang atlit, pilot tandem Sembalun Paralayang Club. Taeger Triawan mengaku kecewa dengan Pemda Lombok Timur.
Menurutnya, hingga saat ini tidak ada dukungan dari para pemangku kebijakan untuk mensuport perkembangan paralayang seperti daerah lain di NTB.
“Sebenarnya banyak sekali keluhan kita, salah satunya itu, tidak diperhatikan dan tidak ada support Pemda. Padahal ita memiliki potensi yang begitu besar untuk kemajuan daerah,” ujarnya.
Sejak 2013, Triawan sudah berkeliling ke sejumlah daerah untuk mengikuti lomba Paralayang di sejumlah Provinsi. Ia juga pernah meraih juara pertama dalam Kejurda Paralayang di Desa Mantar, Sumbawa Barat pada tahun 2016. Kemudian menyabet juara pertama dalam lomba Paralayang Festival Mandalika di Lombok Tengah tahun 2017.
Di ajang Trip Of Indonesia (TROI) 2018, Triawan juga meraih juara ke 3. Dan tahun 2019 ia juga menyabet juara 4 nasional di ajang TROI untuk Kejurnas Indonesia.
Namun ia mengaku kecewa, karena selama ini kurang ada pembinaan dari Pemda Lombok Timur. Padahal untuk meraih prestasi tersebut, butuh banyak waktu dan tenaga serta ketekunan.
“Tentunya itu semua butuh proses yang panjang, begitu juga dengan pengorbanan kita selama ini. Untuk itulah sudah saatnya para pemangku kebijakan di Lombok Timur melirik keberadaan kami. Jangan hanya wacana dan berbicara di media massa. Buktikan donk," tukasnya.
Menurutnya, para atlit paralayang di Sembalun berharap Pemda Lombok Timur segera melakukan sertifikasi untuk pilot paralayang.
"Hal ini penting agar atlit kita bisa ikut di PON untuk mewakili Lombok Timur," katanya.
Reporter : Rosyidin