ISED Dialogue Forum 2020, Indonesia – Jerman Sempurnakan Pendekatan Bisnis Inklusif pada Pariwisata Berkelanjutan di Lombok

MandalikaPost.com
Senin, November 09, 2020 | 12.48 WIB Last Updated 2020-11-09T04:48:32Z

Diskusi bersama seluruh mitra proyek ISED terkait keberlajutan pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata berkelanjutan. (Dok/Istimewa)


JAKARTA - Kerja sama bilateral pemerintah Indonesia dan Jerman yang didukung oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN / Bappenas) dan diimplementasikan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, melalui proyek Inovasi dan Investasi untuk Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan yang Inklusif (ISED) akan memasuki tahun yang keempat dan terakhir pada Juni 2021. 


Dalam kesempatan ini, proyek ISED menyelenggarakan Dialogue Forum 2020 guna memupuk keberlanjutan manfaat kerja sama antara seluruh mitra proyek melalui pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata berkelanjutan di Lombok.


Secara umum terdapat dua hal yang paling menonjol terkait ketenagakerjaan di Indonesia, antara lain kurangnya jumlah pekerja terampil dan ketidakcocokan antara permintaan dan pasokan tenaga kerja. 


Karenanya, proyek ISED ditujukan untuk membantu mengatasi promosi ketenagakerjaan dengan melakukan pendekatan dengan sektor swasta dan publik, mengimplementasikan pendekatan bisnis inklusif dan pelatihan guna meningkatan keterampilan dan peluang kerja bagi penerima manfaat.


Untuk menyempurnakan capaian proyek ISED pada pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata di Lombok, ISED Dialogue Forum 2020 digelar sebagai kegiatan tahunan terakhir proyek, Senin 9 November 2020 secara virtual. 


Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappenas, Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo menjelaskan, melalui forum diskusi ini, keberlanjutan manfaat kerja sama antara seluruh mitra dalam implementasi proyek melalui pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata di Lombok perlu dipupuk dan ditingkatkan ke skala nasional dan kebijakan. 


"Sebab, pariwisata menjadi salah satu sektor pilihan dan andalan dalam pembangunan ekonomi yang paling layak dan berkelanjutan,” katanya. 


Principal Advisor Project ISED, Ruly Marianti mengatakan, bisnis inklusif merupakan suatu pendekatan di mana masyarakat yang berada di piramida ekonomi yang paling dasar, turut diikutsertakan dalam satu mata rantai usaha suatu perusahaan atau entitas usaha, baik sebagai pemasok, distributor, retailer dan konsumen yang bertujuan pada perubahan dan peningkatan ekonomi bagi kedua belah pihak.


“Seluruh kerja sama dalam proyek ISED diimplementasikan dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan yang datang dari sektor swasta, publik serta akademisi guna memastikan hasil capaian yang maksimal. Proyek ISED berupaya menghadapi tantangan dari sisi permintaan (demand side) dengan berkerja secara erat dengan mitra dari sektor swasta,” urainya.


Beberapa implementasi proyek ISED diarusutamakan dalam bentuk pengembangan keterampilan salah satunya menggunakan implementasi pendekatan bisnis inklusif kepada penerima manfaat, seperti karyawan mitra proyek dan juga masyarakat desa. 


Adapun sejumlah kegiatan proyek ISED yang menggunakan pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata berkelanjutan bersama mitra swasta dapat ditemui dalam bentuk: 1) wisata kebugaran bersama Martha Tilaar Group, 2) membuka peluang kegiatan wisata dan tujuan wisata bersama Panorama Group dan Wise Steps Travel, 3) mengembangkan potensi kopi bersama Indonesia Coffee Academy (ICA) di bawah naungan Anomali Group, 4) pembelajaran praktik pertanian kopi yang baik bersama Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), 5) mengembangkan potensi lokal kuliner Lombok bersama Generasi Baru Dapur Indonesia (GBDI), serta 5) mengembangkan potensi tujuan wisata yang ramah lingkungan bersama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika bersama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).


Perwakilan mitra sektor swasta, Head of Corporate Communications Martha Tilaar Group, Palupi Candra mengatakan, pihaknya sangat bangga dapat turut berkontribusi bersama proyek ISED mengembangkan potensi masyarakat menjadi lebih baik lagi melalui pendekatan bisnis inklusif. 


"Kami pun berkomitmen agar anak bangsa terutama kaum perempuan bisa mengembangkan diri, menjadi terampil, dan memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga dapat turut berkontribusi dalam memajukan perekonomian keluarga, wilayah sekitarnya hingga bangsa,” katanya.


Dalam kesempatan yang sama, Ketua Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Pahrul Azim mengungkapkan, Desa Bilebante sangat terbantu dengan implementasi proyek-proyek kerja sama bilateral Indonesia – Jerman. 


Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan dapat dirasakan oleh masyarakat desa, antara lain pengembangan keterampilan yang berujung pada perbaikan pendapatan keluarga. 


"Masih banyak pekerjaan rumah yang menanti Desa Bilebante agar lebih berkembang lagi, tapi kami optimis dengan keberlanjutan kerja sama yang sudah terjalin,” katanya.


Melalui ISED Dialogue Forum 2020, partisipasi para pemangku kepentingan dalam proyek ISED dapat diperluas. Hal ini sangat penting mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan penurunan yang signifikan pada sektor pariwisata. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, kegiatan pariwisata terus meningkat dan menyumbang pendapatan devisa tertinggi dari keseluruhan sektor jasa, dan pemerintah telah menetapkan pengembangan sepuluh destinasi pariwisata prioritas termasuk di dalamnya Nusa Tenggara Barat.


Untuk diketahui, kerja sama bilateral pemerintah Indonesia – Jerman di sektor pariwisata berkelanjutan akan terbina selama sepuluh tahun di 2021 mendatang. 


Beberapa capaian utama yang telah dikontribusikan antara lain: 


1) Pendekatan yang digunakan dalam memilih sektor atau komoditas unggulan untuk pengembangan ekonomi lokal dan daerah, antara lain melalui pendekatan rantai nilai (value chain approach).


2) Adopsi standar global (Global Sustainable Tourism Council) untuk pelaksanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan nasional dan menjadi Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.


3) Pedoman Desa Wisata Hijau yang disusun dengan kolaborasi strategis dengan 5 kementerian terkait dan 1 sektor swasta.


4) Lebih dari 300 orang menerima manfaat dari pekerjaan baru yang dibarengi dengan kondisi kerja yang lebih baik serta perbaikan pendapatan.


5) Lebih dari 1.700 orang menerima pelatihan yang inovatif untuk meningkatkan peluang kerja, termasuk di dalamnya, pemberdayaan lebih dari 5.000 masyarakat dan/atau pemilik usaha kopi lokal di kegiatan pelatihan e-learning barista. Keterampilan yang diperoleh dari pelatihan-pelatihan ini akan sangat membantu masyarakat untuk bertahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang sangat menghantam sektor pariwisata.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • ISED Dialogue Forum 2020, Indonesia – Jerman Sempurnakan Pendekatan Bisnis Inklusif pada Pariwisata Berkelanjutan di Lombok

Trending Now