SUMBAWA - Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa Jarot-Mokhlis berikhtiar akan memperbaiki dan melengkapi infrastruktur air agar kebutuhan air bersih dapat dipenuhi secara merata.
Seperti diketahui, kekeringan di Kabupaten Sumbawa terjadi setiap tahunnya dan tidak pernah kunjung berakhir, dimana sekitar belasan kecamatan di Sumbawa sering mengalami kekeringan dan berdampak kurangnya ketersediaan air bersih bagi ratusan ribu warga.
“Ke depan jika kami memimpin Sumbawa maka salah satu yang akan menjadi perhatian yaitu ketersediaan air bersih bagi warga di sejumlah kecamatan dan puluhan desa yang setiap tahun mengalami kekeringan,” kata Calon Bupati Sumbawa H Jarot saat diwawancarai di Kecamatan Terano, Jumat (6/11).
Salah satu cara yang dapat dilakukan, tambah Jarot, adalah melengkapi dan menambah jumlah dan kapasitas pipa air, bahkan menambah jumlah sumur dan kedalamannya.
“Solusi paling baik adalah menambah kedalaman sumur dari yang saat ini sekitar 30 meter menjadi 50 sampai 80 meter, walaupun musim kemarau tetapi air tetap tersedia. Jumlah dan kapasitas pipa juga haarus ditambah,” jelasnya.
Demikian juga dengan kualitas pipa yang digunakan harus diperhatikan, karena akan digunakan dalam jangka waktu lama.
“Kekeringan ini setiap tahun rutin terjadi, semoga kami memimpin Sumbawa dan melepaskan kesulitan warga khususnya dalam ketersediaan air bersih,” katanya.
Dewan Prihatin
Anggota DPRD Provinsi dari Fraksi Gerindra, H Talib juga prihatin terhadap sejumlah desa yang dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih, menurutnya pemerintah harus tanggap karena air bersih adalah salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan.
“Kami di DPRD siap membantu aspirasi masyarakat, apalagi ini adalah kebutuhan yang sangat penting,” katanya.
Sebagai anggota DPRD Provinsi, Ia meminta kepada desa-desa yang dilanda kekurangan air bersih untuk mengajukan proposal agar dapat dibantu oleh pemerintah provinsi.
Menurut H Talib persoalan yang besar yang dihadapi adalah kurangnya infrastruktur, jika infrastruktur bagus maka air dapat didatangkan.
“Seperti reses saya di Labangka, di sana sumber mata airnya ada tetapi jarak yang jauh memerlukan pipa yang panjang untuk mengaliri air tersebut ke pemukiman warga,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa infrastruktur ini juga perlu dana besar atau dana APBN dan investor dari luar agar dapat membangun infrastruktur lebih matang.
Salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Lopok, Edwan menilai, solusi dari masalah kekeringan ini adalah menambah jumlah sumur bor dan infrastrukturnya, karena saat ini di Kecamatan Lopok kapasitas pipa masih terbilang kurang memadai.