Talkshow Pariwisata NTB Menyambut New Normal, dalam rangkaian Rebound Lombok Sumbawa Fair 2020 di Lombok Epicentrum Mall, Kota Mataram. |
MATARAM - Meski terdampak dan mengalami penurunan angka kunjungan sangat parah, sejumlah pelaku industri pariwisata di NTB bisa memanfaatkan masa sulit pandemi untuk berbenah diri.
Menguatkan konsep Clean, Health, Safety and Environment (CHSE) dalam operasional industri dan destinasi menjadi salah satu persiapan NTB untuk menyambut masa new normal, pasca pandemi kelak.
Hal ini terungkap dalam talkshow bertema "Pariwisata NTB Menyambut New Normal", yang diselenggarakan dalam rangkaian Rebound Lombok Sumbawa Fair 2020, Sabtu malam (21/11) di Lombok Epicentrum Mall, Kota Mataram.
Rebound Lombok Sumbawa Fair 2020 merupakan kegiatan misi penjualan yang terselenggara berkat kerjasama Kemenparekraf bersama Dinas Pariwisata NTB, untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata di NTB.
Hadir sebagai narasumber dalam talkshow tersebut, Kepala Dinas Pariwisata NTB, H Lalu Moh Faozal, Ketua BPPD NTB Anita Achmad, Ketua Gili Hotel Assosiation (GHA) Lalu Kusnawan, dan Wakil Ketua Assosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) NTB, Sahlan.
Membuka talkshow, Kadispar NTB Lalu Moh Faozal mengatakan, sektor pariwisata NTB sudah dua kali diuji bencana. Bencana alam gempa bumi pada 2018 dan kini bencana non alam pandemi corona.
"Pariwisata kita yang sudah berangsur pulih pada 2019 setelah bencana gempa bumi, akhirnya terdampak kembali akibat pandemi di awal 2020," katanya.
Lebih dari 29 ribu pekerja di sektor pariwisata NTB terdampak di NTB. Secara psikologis juga terpukul karena pandemi berdampak secara nasional bahkan internasional.
Menurut Faozal, yang bisa dilakukan di NTB adalah bagaimana pemerintah bersama industri pariwisata tetap bersinergi dan bergandengan tangan menghadapi masa pandemi ini.
"Sampai sekarang belum ada strategi yang pasti untuk menghadapi pandemi, bukan hanya di NTB dan Indonesia, tetapi secara internasional. Tetapi kami di Dinas Pariwisata, pemerintah NTB bersama pelaku industri pariwisata tetap melakukan upaya-upaya untuk bisa bertahan," kata Faozal.
Ia juga mengapresiasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang terus mensupport dan meemperhatikan sektor pariwisata NTB selam pandemi ini berlangsung.
Faozal mengatakan, meski pandemi berdampak buruk secara umum, namun ada sisi baik yang bisa diambil hikmahnya, yakni kesempatan untuk berbenah dan menyiapkan diri menjadi destinasi yang berstandar internasional.
Menurutnya, pendekatan CHSE dan upaya sertifikasi yang menjadi kebijakan Kemenparekraf menjadi satu formulasi bagi kesiapan pariwisata NTB menyambut masa new normal nantinya.
"Yang saat ini kita lakukan adalah bagaimana memastikan semua layanan kita berstandar CHSE. Sehingga saat new normal nanti kita benar-benar sudah siap untuk rebound," tukasnya.
Faozal menegaskan, di masa pandemi ini industru pariwisata harus bisa upgrade. Saat ini sertifikat CHSE sudah diberikan Pemprov NTB kepada industri pariwisata yang memenuhi klasifikasi. Jumlahnya pun akan terus ditingkatkan unuk memastikan seluruhnya CHSE.
"Kami juga berharap agar industri pariwisata bisa mempertahankan sertifikasi CHSE ini, karena sertifikat CHSE ini tidak permanen dan akan terus dievaluasi terutama apabila industri pariwisata tidak memenuhi syarat CHSE tersebut," katanya.
Ketua GHA Lalu Kusnawan mengatakan, kondisi tiga gili, Trawangan, Air dan Meno di Lombok Utara merupakan yang paling terdampak pandemi saat ini.
"Gili perlu efforts lebih dibandingkan dengan pariwisata yang berada di daratan,"katanya.
Menurutnya sejak bulan Juli lalu sudah ada fastboat yang beroperasi dengan jadwal sepekan tiga kali, dari Bali. Wisatawan yang dibawa rata-rata 25-30 orang. Namun kini sudah lebih baik karena fastboat sudah beroperasi setiap hari, kecuali hari Minggu.
Namun aktivitas itu belum mampu menghidupkan gili kembali seperti dulu. Di Gili Trawangan misalnya, ada lebih dar 400 properti industri pariwisata, baik yang kelas atas maupun kelas menengah dan bawah. Kondisi saat ini masih banyak properti yang tutup, meski sebagian lainnya sudah mulai beroperasi.
Kusnawan mengatakan, semangat bangkit di tiga Gili terus diupayakan dengan terus mempererat sinergitas dan kekompakan para pelaku wisata di sana.
"Kami akan menggelar event Pekenan Dayen Gunung pada 12-13 Desember 2020 di Gili Trawangan. Hal ini untuk kembali mempromosikan gili dan menarik wisatawan datang. Mohon pemerintah untuk hadir dalam kegiatan tersebut," katanya.
Ketua BPPD NTB, Anita Achmad mengatakan, di masa pandemi ini BPPD NTB juga terus berupaya mempromosikan wisata NTB dengan beberapa kegiatan dan paket-paket jualan yang sebaik mungkin.
Ia berharap pelaku wisata juga melakukan adaptasi dengan kondisi saat ini. Selain menerapkan protokol kesehatan dan standar CHSE, juga harus meluncurkan diskon-diskon yang bisa menarik minat.
"Yang terpenting saat ini industri pariwisata kita harus benar-benar disiplin menerapkan aturan pemerintah termasuk CHSE yang sudah berstandar internasional. Kita akan terus membranding tiga gili dan destinasi lainnya, namun hotel dan industri lainnya juga mohon untuk memberikan diskon dan harga yang murah," katanya.
Sementara Wakil Ketua Astindo NTB, Sahlan mengatakan, yang paling penting dilakukan saat ini adalah harus dilakukan peningkatan promosi dan misi penjualan.
"Satu hal yang penting dilakukan di posisi ini adalah dengan agresif dalam menjual pariwisata kita," katanya.
Menurutnya, pelaku industri dan masyarakat juga harus terus menerapkan standar protokol kesehatan untuk menekan penyebaran Covid-19 agar pariwisata cepat pulih kembali.
Di akhir talkshow, Kadispar NTB H Lalu Moh Faozal menyampaikan apresiasi kepada pelaku industri pariwisata di NTB, terutama di Gili Trawangan yang sudah aktif bersinergi dalam upaya-upaya melewati masa sulit pandemi ini.
"Kami pemerintah akan memastikan dengan OJK untuk skenario-skenario kredit untuk industri pariwisata," katanya. (*)