Deputi Pemasaran Kemenparekraf RI, Nia Niscaya. |
MATARAM - Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf, Nia Niscaya meminta ITDC sebagai pengelola kawasan The Mandalika Lombok bisa bersinergi dengan asosiasi kepariwisataan dan media untuk menggarap konten-konten promosi digital. Konten-konten tersebut nantinya akan diviralkan Kemenparekraf ke pasar domestik dan mancanegara.
"Soal promosi destinasi, Kemenparekraf kan nggak punya produk sehingga kami lemparkan ke daerah destinasi. Untuk Mandalika, ITDC kita minta bersinergi dengan assosiasi pariwisata dan media ya untuk menggarap konten, nanti tugas kami di Kemenparekraf yang memviralkan," kata Nia Niscaya, kepada wartawan, usai penyerahan sertifikat Indonesia Care (I Do Care) dan Bimbingan Teknis Promosi Destinasi Mandalika, Jumat sore (22/1), di Hotel Lombok Astoria, Kota Mataram.
Menurut Nia, mempromosikan Mandalika sebenarnya tidak susah, karena memang Lombok sudah cukup terkenal sebagai destinasi pariwisata. Apalagi saat ini Mandalika masuk dalam salah satu dari 5 destinasi superprioritas.
BACA JUGA : Kemenparekraf Serahkan Sertifikat Indonesia Care untuk Hotel di Lombok
Hanya saja, di masa pandemi ini strategi promosi destinasi juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada. Di saat tantangan dan hambatan untuk promosi langsung ke daerah atau negara pasar wisata terjadi di masa pandemi, maka salah satu yang harus digencarkan ialah promosi melalui teknologi digital
"Kita juga minta ITDC dan Dinas Pariwisata lebih banyak libatkan media ya. Sebab media juga punya peran penting. Ya rekan media harus bisa kayak rumah makan Padang lah, kalau enak beri tahu semua orang, tapi kalau ada yang kurang enak cukup beritahu kami," ujar Deputi Pemasaran Kemenparekraf, Nia Niscaya.
Menurutnya, strategi promosi pariwisata di masa pandemi global ini memang berbeda dengan ketika dalam kondisi normal. Yang harus diutamakan tiap destinasi termasuk di Mandalika Lombok adalah membangun kepercayaan konsumen, pasar calon wisatawan, bahwa destinasi ini aman. Salah satu indikatornya adalah penerapan protokol kesehatan dan SOP Clean, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE).
"Untuk membangun kepercayaan konsumen dan pasar ini, maka Kemenparekraf bekerjasama dengan Sucofindo mensertifikasi destinasi dan industri pariwisata termasuk perhotelan dengan Sertifikat I Do Care ini," kata Nia.
Nia Niscaya mengungkapkan, upaya promosi pariwisata tetap penting dilakukan di masa pandemi ini. Namun cara dan strategi harus mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini.
"Secara internasional border belum dibuka. Tapi kita harus tetap hadir di pasar agar tetap diingat. Promosi tetap harus dilakukan dengan teknologi digital. Saat ini konten kita fokuskan ke Indonsia Care, baru kemudian destinasi. Jadi untuk saat ini promosi bukan produknya saja tetapi bagaimana meyakinkan calon wisatawan bahwa Indonesia aman dengan penerapan prokes yang baik di destinasi maupun usaha pariwisata," ujarnya.