Camat Sembalun, Mertawi SPd. |
LOMBOK TIMUR - Gunung Rinjani-Lombok sudah ditetapkan sebagai Global Geopark yang masuk dalam jaringan Geopark UNESCO sejak April 2018, hampir tiga tahun silam. Namun dampak positifnya bagi masyarakat di kawasan penyangga, hingga saat ini belum dirasakan. Bahkan, sebagian besar masyarakat di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur justru masih asing dengan Global Geopark Rinjani-Lombok.
Padahal salah satu misi Global Geopark jaringan UNESCO adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan peran masyarakat dalam pengelolaan Geopark, perluasan kesempatan berusaha serta peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah, serta membangun destinasi pariwisata (GEOSITE) kelas dunia yang menjunjung tinggi norma sosial, budaya dan hukum.
"Sejak ditetapkan (sebagai Global Geopark) oleh UNESCO 2018, sampai saat ini kami belum melihat kegiatan Geopark Rinjani yang riil. Pariwisata Sembalun memang meningkat cukup signifikan 2018-2021 ini, tetapi saya pastikan initidak ada korelasinya dengan keberadaan Global Geopark Rinjani. Kita tidak tahu apa kendalanya," kata Camat Sembalun, Mertawi SPd, Minggu (21/2) kepada Mandalika Post.
Mantan Sekretaris Dinas Pariwisata Lombok Timur ini merupakan salah seorang yang terlibat dalam proses pengusulan Rinjani sebagai Global Geopark ke UNESCO.
Pada 2015, Mertawi ditunjuk sebagai perwakilan masyarakat adat Sembalun dalam proses assessment Rinjani yang dilakukan tim assessor dari UNESCO.
"Saya saat itu ikut mengawal proses assessment Rinjani, dan terlibat langsung saat kedatangan tim assesor UNESCO tahun 2015. Saat itu ya harapan saya ada yang bagus, Geopark Dunia itu bisa jadi angin segar bagi Sembalun dan Lombok secara umum. Tapi kenyataannya sampai sekarang tidak terlihat dampak positifnya secara riil," katanya.
BACA JUGA : Kisruh Geopark Rinjani, Dana Besar Keropos di Dalam
Menurutnya, semula pihaknya dan masyarakat Sembalun umumnya berharao keberadaan Global Geopark Rinjani akan membawa perubahan yang signifikan bagi perkembangan destinasi wisata dan perekonomian masyarakat di Sembalun.
"Semula mimpi kami seperti itu. Tapi kenyataannya pariwisata jalan sendiri, Georpark jalan sendiri. Tidak kita lihat kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat. Bahkan kalau kita tanya masyarakat, mereka tidak tahu apa itu Geopark, dan apa fungsinya. Malah selama ini yang sering muncul justru Taman Nasional ," katanya.
Mertawi mengatakan, Global Geopark Rinjani seharusnya beraktivitas masih dalam hal sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Selain itu kegiatan yang sifatnya peningkatan kapasitas, dan juga kegiatan yang memberi dampak pada pemberdayaan perekonomian masyarakat. Dengan demikian bisa dilihat perbedaan progres kemajuannya, jika dibandingkan Rinjani sebelum geopark dan setelah menyandang status Global Geopark.
"Saat ini sudah hampir tiga tahun berjalan, tetapi kita lihat nggak ada bedanya Rinjani, Geopark Nasional, dan kini Global Geoprak UNESCO. Rinjani sudah terkenal sejak dulu sebelum Geopark, nah kemudian apa perubahannya setelah jadi Geopark?. Tidak ada bedanya. Padahal kita berharao banyak Geopark ini bisa berdampak dari segi promosi ke dunia internasional, hingga manfaat bagi masyarakat seperti peningkatan SDM, keterampilan, dan pemberdayaan ekonomi, khususnya bagi masyarakat di kawasan penyangga, termasuk di Sembalun ini," tukas Mertawi.
Mertawi menegaskan, yang dikhawatirkan pihaknya adalah status Global Geopark Rinjani akan dicabut oleh UNESCO, jika tetap stagnan seperti ini. Apalagi penilaian Geopark empat tahun sekali, yang berarti 2022 mendatang Geopark Rinjani akan dievaluasi UNESCO.
"Masa penilaian dan evaluasi Geopark UNESCO kan 4 tahun sekali, saya khawatir dalam penilaian nantinya Rinjani nggak ada peningkatan apa-apa. Statusnya bisa dicabut," katanya.
Ia tak bisa memastikan stagnannya Global Geopark Rinjani ini disebabkan kebijakan Pemda NTB atau Manajeman Geopark yang tidak bekerja selama ini.
Padahal dengan status Global Geopark dalam jaringan UNESCO, Rinjani dipromosikan dan mengundang banyak orang dari luar untuk datang dan melihat apa saja kelebihan di Rinjani-Lombok.
"Ini kan sudah hampir tiga tahun. Buktinya sekarang nggak ada yang berubah, atensi masyarakat dunia juga begitu-begitu saja. Malah TNGR yang kelihatan tampil. Belum lagi kita bicara Geosite, destinasi Sembalun ini bertumbuh dengan sendirinya tanpa peran Global Geopark Rinjani," tegasnya.
Mertawi berharap Pemerintah Provinsi NTB dan juga manajemen Global Geopark Rinjani untuk bisa memperjelas orientasi dan melaksanakan aktivitas dan kegiatan Geopark dengan lebih maksimal.
Dari situs Bappeda NTB disebutkan, tujuan Geopark adalah untuk mewujudkan pelestarian warisan geologi (geoheritage), Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity) untuk kesejahteraan masyarakat.
Visi Geopark adalah terwujudnya Geopark Rinjani Lombok yang Berkelanjutan dan Berdaya Saing Internasional.
Sementara misinya antara lain, melestarikan keragaman sumber daya geologi, kekhasan dan keunikan budaya, serta kekayaan sumber daya alam hayati secara berkelanjutan. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan peran masyarakat dalam pengelolaan Geopark, perluasan kesempatan berusaha serta peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Membangun destinasi pariwisata (Geosite) kelas dunia yang menjunjung tinggi norma sosial, budaya dan hukum. Membangun masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap geopark, serta peningkatan kesadaran terhadap konservasi alam dan budaya. Membangun tata kelola yang professional, terpadu dan berkelanjutan untuk menjamin terwujudnya keterpaduan pembangunan Geopark yang berkelanjutan.
"Tapi semua itu tidak kita lihat ada hasilnya yang riil. Jangan sampai Geopark ini hanya label-label saja, sekadar untuk gengsi semata," tegas Mertawi.
Reporter : Rosyidin