Ilustrasi. |
MANDALIKAPOST.com - Gempa Bumi Lombok 2018 sudah genap lima tahun berlalu, 5 Agustus 2018 silam, namun masih menoreh kenangan tak terlupakan bagi Kusuma Jaya (45), warga Mataram yang berprofesi sopir taksi.
Nasib seorang wanita muda beranak dua, hingga kini masih sering menggelitik pikirannya.
"Waktu itu, baru saja (wanita itu) saya antarkan, baru sampai rumahnya. Belum ada 10 menit setelah itu, gempa besar sekali terjadi. Saya nggak mungkin lupa," kata Kusuma Jaya, kepada Mandalika Post, Sabtu 5 Agustus 2023, di Mataram.
Jaya bercerita, pada Minggu 5 Agustus 2018 silam, suasana Kota Mataram tak begitu ramai. Sejak pagi, lebih banyak aktivitas lalu lintas menuju Sembalun, Lombok Timur.
BACA JUGA : Kode Bank NTB Syariah Terbaru, Cara Transfer
Gempa berkekuatan magnitudo 6,4 baru saja meluluhlantakan daerah sejuk di kaki Gunung Rinjani itu pada Minggu, 29 Juli 2018, sepekan sebelumnya.
Beberapa rekan Kusuma Jaya juga mendapat order penumpang dari Mataram menuju Sembalun, untuk mengirim bantuan kemanusiaan.
"Teman-teman di kantor juga pada iuran untuk nitip sumbangan bagi saudara-saudara kita di Sembalun. Karena memang parah sekali dampaknya di sana," katanya.
Jaya bertugas di shift siang sampai petang saat itu. Meski sejak siang hingga menjelang petang tak dapat penumpang, ia tetap bersyukur, setidaknya ia masih bisa beraktivitas. Karena saat itu, Mataram tidak terdampak, meski getaran gempa Sembalun magnitudo 6.4 Minggu pagi 29 Juli 2018 sempat bikin banyak orang panik.
Seharian, lebih banyak Jaya mangkal di sekitar bekas Bandara Selaparang Mataram. Lokasi ini salah satu titik henti Bus Damri angkutan Bandara Lombok. Ia berharap ada penumpang limpahan dari Damri Bandara.
BACA JUGA : Gempa Malang Magnitudo 6.7 Terasa Hingga Bali dan Lombok
Jaya sudah bersiap untuk kembali ke kantor pusat taksi, berganti shift dengan sopir lain menjelang pukul 18.00 Wita, Minggu 5 Agustus 2018. Namun niatnya urung. Sebuah Damri masuk ke titik henti. Seorang wanita berusia sekitar 24 tahun menggendong bayi dan menggandeng seorang anak berusia 4-5 tahun turun dari Damri dan menghampiri taksi Jaya.
"Dia minta antar ke Tanjung, Lombok Utara.Tadinya saya berniat oper ke teman, karena saat itu shift saya sudah selesai. Tetapi karena kasihan, lihat ibu dan anak-anak itu, akhirnya saya antarkan," kata Jaya.
Dalam perjalanan, Jaya mengetahui ibu muda itu baru saja berlibur ke Jawa bersama suami dan anak-anaknya. Karena pertimbangan ongkos pulang, ibu dan anak-anaknya pulang ke Lombok lewat udara, sementara sang ayah akan menyusul menggunakan bus melalui jalur darat.
BACA JUGA : Kode Bank NTB Syariah Terbaru, Cara Transfer
Menurut Jaya, rumah ibu muda itu tak jauh dari perempatan Bangsal, ke arah Tanjung, ibukota Lombok Utara.
"Belum sampai Tanjung. Hanya beberapa menit dari perempatan Bangsal, kemudian masuk perkampungan agak padat di sebelah kanan," ujar Jaya.
Sampai di tujuan, Jaya ingat benar ibu muda itu sempat mengecup kening bayinya di gendongan, kemudian membangunkan kakak si bayi yang tertidur selama perjalanan.
Setelah memberikan uang bayaran ongkos perjalanan, ibu itu juga sempat meminta maaf pada Jaya, karena si sulung sempat sedikit muntah di dalam taksi.
"Itu sudah menjelang Isya. Ibu itu juga nawarin untuk sholat di rumahnya saja. Tetapi saya bilang, nanti saja saya sholat di Masjid. Kemudian saya balik arah dan bersiap kembali ke Mataram," kata Jaya.
Gempa Besar Tak Terlupakan
Kerusakan dampak Gempa Bumi Lombok 2018 di Tanjung Lombok Utara. (Foto: Dok.Istimewa) |
Dalam hitungan Jaya, belum ada 10 menit sejak ia meninggalkan rumah ibu muda itu, menuju jalan raya Tanjung. Baru saja, Jaya berbelok arah ke kiri dan memposisikan taksinya ke arah Mataram, sebuah guncangan dirasakannya.
"Taksi saya sampai oleng, saya kira pecah ban. Lalu saya berhenti untuk memastikan. Nah saat itu lah lampu-lampu pada padam, dan banyak orang berhamburan je jalan. Suara teriak-teriakan juga. Baru saya sadar, ini gempa yang sangat besar," kenang Jaya.
BACA JUGA : Lempeng Selatan Berpotensi Gempa Hingga Magnitudo 9, Kata Ahli
Gempa Lombok Minggu 5 Agustus 2018 tercatat berkekuatan magnitudo 7,0 yang kemudian direvisi Magnitudo 6,8.
Beberapa menit kemudian handphone Jaya berdering. Istrinya di Mataram sangat panik menanyakan posisi Jaya. Informasi potensi Tsunami yang bakal menyertai gempa membuat semua panik.
"Saya juga panik sekali setelah istri nelpon, apalagi ada isu Tsunami saat itu. Saya bilang ke istri saya sangat cinta dan sayang sama dia dan anak-anak. Anak saya ada tiga. Saya suruh istri cepat pergi dari rumah, cari tempat aman," katanya.
Jaya memacu taksinya. Ia memilih melintasi jalur utara ke Mataram lewat Nipah dan Senggigi. Tapi kecepatan tetap tak bisa dipacu, di Melaka dan Nipah hingga Senggigi, banyak warga berhamburan di jalan. Beberapa bongkahan batu juga sempat dijumpai Jaya dalam perjalanan menegangkan.
"Masuk di Senggigi waktu itu, saya sudah nggak bisa jalan. Arus lalulintas seperti tersumbat. Disitu saya coba hubungi istri, dan alhamdulilah waktu itu isu Tsunami tidak terjadi," katanya.
Gempa Lombok 5 Agustus 2018 sangat berdampak pada kehidupan Jaya. Hingga akhir 2018, masa-masa sulit dilalui bersamaan dengan gempa-gempa susulan yang masih seringkali terjadi.
Operasional taksi tempat Jaya bekerja sempat berhenti di awal bencana Gempa Lombok 2018, seiring sektor pariwisata yang juga sempat kolaps saat itu.
Tapi kini, keadaan sudah membaik. Meski pandemi corona melanjutkan kondisi sulit, operasional taksi Jaya tetap berjalan.
Namun satu hal yang masih terpikir saat ini, Jaya selalu mengingat ibu muda dan dua anaknya itu. Sebab pasca gempa besar 5 Agustus 2018, hampir seluruh perkampungan di Tanjung itu lantak, rata dengan tanah.
10 menit sejak turun dari taksi, hanyalah waktu yang cukup untuk membuka pintu, menyalakan lampu, meletakkan bayi di gendongan ke kasur yang empuk, dan entahlah hingga gempa besar mengguncang.
"Saya bersyukur bisa melewati masa-masa sulit Gempa Lombok 2018 bersama keluarga. Tapi memang, soal nasib ibu muda dan dua anaknya di Tanjung itu yang sampai sekarang masih jadi kepikiran bagi saya. Mudah-mudahan semuanya selamat," katanya.
Kusuma Jaya menceritakan pengalamannya dalam Gempa Lombok 2018, sehari setelah Gempa Bumi berkekuatan magnitudo 6,7 mengguncang Malang dan sebagaian besar Jawa Timur, yang terjadi pada Sabtu 10 April 2021.
"Kita sama-sama berdoa, agar gempa di Jawa juga segera berlalu, dan semua kita baik-baik saja," ujarnya.